A.
Pengertian Literasi
Secara etimologis, literasi berasal
dari bahasa latin literatus yang
berarti, ‟learned person‟‟ atau “orang yang belajar”. Kata literasi sendiri sering diartikan kemampuan membaca dan
menulis. Jacoby dan Lesaux mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu
dalam memahami dan mengetahui konsep-konsep bahasa yang mencakup kemampuan
menuliskan bentuk huruf, mengetahui huruf beserta bunyi huruf dan mengeja kata.
Melalui kemampuan ini maka seseorang dapat melakukan aktivitas literasi yaitu
membaca dan menulis sebagai cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Program literasi mencakup upaya
untuk meningkatkan kognitif, sosial, emosional dan yang paling utama adalah
bahasa. Program literasi mencakup banyak sasaran anak-anak, siswa pendidik dan
sebagainya. Dengan adanya program literasi seseorang dapat memahami ilmu
pengetahuan dan mengaktualisasikan informasi melalui kegiatan membaca dan
menulis. Dengan demikian, program literasi merupakan kegiatan yang dapat
menumbuhkan minat membaca dan menulis (Suwandi, 2019).
Literasi diartikan sebagai proses
membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, melihat dan berpendapat (Amariana,
2012). National Institutes of Children
and Human Development, mengartikan literasi dini sebagai kemampuan membaca
dan menulis sebelum anak benar-benar mampu membaca dan menulis (Pradipta, 2011).
Dan PIRLS, 2001, mengartikan literasi sebagai kemampuan untuk memahami dan
menggunakan bahasa tulis yang diperlukan oleh masyarakat atau yang bernilai
bagi individu. UNESCO, mendifinisikan literasi sebagai the ability to identify, understand, interpret, create, communicate,
compute and use printed and written materials associated with varying contexts.‟
Hal ini dapat diartikan bahwa literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi,
memahami, menginterpretasikan, membuat, mengkomunikasikan, memperhitungkan, dan
menggunakan simbol dan tulisan dengan konteks yang bervariasi.
B.
Macam-Macam Literasi
Ruang lingkup literasi seperti
konsep kemampuan berbahasa terbagi atas empat aspek atau biasa disebut
“Caturtunggal Bahasa” atau kemapuan berbahasa.dalam ilmu bahasa,keterampilan
berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena
ketika orang bisa menguasai keterampilan berbahasa seorang akan lebih mudah
dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud. Farid ahmadi dkk, sejak
lama membagi keterampilan berbahasa meliputi empat aspek. Empat aspek tersebut,
yaitu (Ahmadi, 2019):
1. Literasi Membaca
Membaca merupakan keterampilan yang
berguna sepanjang hidup. Menurut Laily dalam Abdul Kholiq kemampuan membaca
merupakan kemampuan memahami dan mengenali kata yang ada pada bacaan (Kholiq,
2018). Membaca diartikan sebagai upaya memahami dan menggunakan dalam berbagai
jenis teks untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan membaca yaitu mengembangkan
pengetahuan seseorang. Maka, membaca diartikan sebagai kegiatan memahami makna
serta menggunakan informasi dalam suatu bacaan. Dengan memiliki kemampuan
membaca anak akan mudah menyelesaikan tugas serta dapat memahami pelajaran
dengan mudah.
Abidin berpendapat bahwa membaca
merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk memiliki kemampuan
membaca (Khasanah,2016). Membaca dilakukan tidak semata-mata untuk membaca saja
tetapi mengembangkan keterampilan, kemampuan siswa dalam memahami, mengkritisi
sebuah wacana yang tertulis. Membaca merupakan sebagian proses dari pendidikan
dan dengan pendidikan siswa akan mengembangkan potensi yang dimilikinya serta
menjadikan siswa berpikir secara rasional terhadap apa yang telah dibaca, didengar
dan dilihat.
2. Literasi Menulis
Menurut Marwoto menulis merupakan
kegiatan untuk mengungkapkan ide, gagasan, pengetahuan serta pengalamannya
melalaui bahasa tulis (Mahmud, 2017). Dalam dunia pendididkan menulis diajarkan
sejak usia dini. Meskipun menulis bukan aspek yang utama untuk anak usia dini,
akan tetapi dengan kemampuan menulis akan membantunya saat belajar dan
pendidikan selanjutnya. Menurut Lado dalam Ahmad Susanto menulis merupakan kemampuan
menirukan dan melukiskan simbol-simbol secara alamiah (Susanto, 2011). Kegiatan
menulis tidak diperoleh secara alamiah akan tetapi harus rajin dan rutin
berlatih. Pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan pendekatan melalui
cerita.
Sehubungan dengan pengertian menulis
di atas, literasi menulis haruslah diartikan sebagai suatu proses yang
bertujuan mengembangkan kemampuan menulis siswa. Guru harus membekali siswa
dengan menggunakan strategi menulis yang sesuai dengan tahapannya. Dengan
adanya kolaborasi antara guru dan siswa maka program literasi menulis di
sekolah akan mencapai hasil memuaskan, dan tanpa adanya kolaborasi antara guru
dan siswa maka kemampuan berbahasa anak tidak akan berkembang.
Tujuan program literasi menulis, yaitu:
a.
Kegiatan
memahami teks.
b.
Program
literasi menulis diorientasikan kepada siswa agar mampu berpikir kritis, problem solving dan kreatif.
c.
Membekali
siswa dalam strategi menulis, sehingga siswa terhindar dari kesulitan saat
menulis (Abidin, dkk, 2018).
3. Literasi Menyimak
Sejak awal kehidupan menyimak telah
digunakan. Indera pendengaran yang pertama digunakan untuk menyimak sebelum
membaca, menulis dan berbicara. Menurut Tarigan, kemampuan menyimak merupakan
kemampuan mendengarkan dan menanggapi isi cerita. Secara teoritis menyimak
berbeda dengan mendengarkan. Mendengarkan merupakan bahasa reseptif pasif dari
indra pendengaran. Serta mendengar sengaja atau tanpa tujuan. Menyimak
merupakan kegiatan mendengarkan secara aktif untuk memperoleh pesan dan
informasi dari sesorang secara lisan. Menyimak merupakan kegiatan aktif untuk
memahami subjek dengan komunikasi (memori) dan interpretasi (berfikir).
Menyimak merupakan aspek yang
penting untuk mencapai tujuan pembelajaran terutama bahasa. Menyimak melibatkan
suara dan bicara dan memberikan makna terhadap komunikasi yang disampaikan.
Adapun faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak menurut pendapat Bromley
yaitu:
a.
Faktor
penyimak, hal ini berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap informasi yang
telah disampaikan.
b.
Faktor
situasi, faktir situasi berkaitan dengan lingkungan anak, untuk menyerap
informasi terhindar dari gangguan suara dan bunyi-bunyian.
c.
Faktor
pembicara, pembicara dalam hal menyimak ini yang dimaksud adalah guru harus
bisa menyampaikan informasi dengan berbagai cara (redundancy) sehingga anak
dapat menyimak secara aktif (Anggraeni, 2019).
Secara umum tujuan menyimak adalah
memahami informasi atau pesan lisan yang disampaikan baik secara langsung
maupun tidak. Menurut Tarigan tujuan menyimak adalah:
a.
Belajar
b.
Mengevaluasi
c.
Menyampaikan
ide-ide
d.
Memecahkan
masalah
e.
Mengapresiasi
(Anggraeni, 2019).
4.
Literasi
Berbicara
Bahasa (language) dan bicara
(speech) merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Hurlock berpendapat
bahasa merupakan bentuk komunikasi yang ditimbulkan dari pikiran dan
menyampaikan makna kepada orang lain. (Zubaidah, 2004) Anak memperoleh bahasa
dari perbendaharaan kata yang diucapkannya maupun diucapkan orang lain. Menurut
Brown & Yule, kemampuan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan kemampuan
bunyi bahasa. Apabila anak tidak memiliki perbendaharaan kata atau kosa kata
maka anak akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan pesan atau berbicara.
Anak belajar bicara untuk pemenuhan kebutuhan. Anak akan lancar berbicara
ketika ia sudah siap berbicara dan memiliki perbendaharaan kata. Ada dua aspek
yang dapat mempengaruhi berbicara anak
usia dini yaitu aspek kognitif dan aspek bahasa.
Perkembangan berbicara merupakan
perkembangan yang setiap harinya akan semakin baik, yang dibagi atas beberapa
periode yaitu:
a.
Periode
pralingual (preverbal)
b.
Periode
lingual dini (awal verbal)
c.
Periode
deferensiasi
d.
Periode
pematangan (Karlina, 2018).
Dari setiap tahapan periode perkembangan berbicara
tersebut terdapat beberapa aspek di dalamnya yaitu:
a.
Fonologis
(anak usia dini belajar mengatur bunyi/suara menjadi makna/ bahasa).
b.
Semantik
(tahapan kemampuan memahami bahasa)
c.
Sintaksis
(tahapan kemampuan menempatkan kata menjadi suatu kalimat).
d.
Morfologis
(tahapan kemampuan membedakan bentuk kata dan kalimat).
e.
Metalinguistik
(tahapan kemampuan berbahasa serta berbicara dengan benar).
f.
Pragmatik
(tahapan kemampuan penggunaan bahasa secara tepat).
C.
Pentingnya Literasi untuk PAUD
Literasi merupakan dasar yang sangat
penting bagi anak usia dini. Dengan adanya literasi anak akan terbiasa
dengan baca-tulis. Anak usia dini
akan mengalami pembiasaan yang positif. Secara pelahan anak akan mencintai bahan literasinya. Dengan rasa senang
anak akan memahami bahan literasi yang dibaca/tulisnya. Lebih lanjut dalam
penelitian Hilbert & Eis, mengemukakan
penggunnaan/penerapan intervensi awal perkembangan literasi awal terhadap
kemampuan literasi anak terutama berkaitan dengan kemampuan penamaan gambar,
bersajak/aliterasi dan kosa kata mempunyai
manfaat yang sangat
besar bagi kehidupan anakselanjutnya. Intervensi awal yang dilakukan
oleh guru maupun orang tua sebenarnya, membantu anak dalam mengembangkan kemampuan
literasi dan bahkan sebagai media untuk mendiagnosa kesulitan anak terkait
kemampuan literasinya. Oleh karena itu, dengan gencar dilakukannya gerakan
literasi oleh para praktisi pendidikan akan sangat membantu mencetak individu yang tidak hanya cerdas dalam bidang
akademik, namun juga memiliki pola pikir kritis dan logis. Kemampuan itu
dimaksudkan agar anak mempunyai fondasi yang kokoh untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan dasar
Khusus untuk anak PAUD, pendidikan
literasi penting dilakukan karena memiliki banyak manfaat. Berikut adalah
beberapa alasan mengapa pendidikan
literasi perlu diterapkan
sejak dini.
1.
Melatih
kemampuan dasar anak untuk membaca, menulis, dan menghitung
Pendidikan
literasi untuk anak PAUD dapat dilakukan
dengan kebiasaan membacakan buku cerita atau dongeng pada anak
secara rutin. Meski terkesan seperti kegiatan sederhana, membacakan
buku pada anak adalah tahap awal mengenalkan mereka pada
dunia literasi. Sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu divisi
Kementerian Pendidikan Amerika Serikat
menunjukkan bahwa balita yang terbiasa dibacakan buku
oleh orang tua mereka bisa lebih
cepat mengenal abjad. Survei lainnya memperlihatkan keberhasilan balita
dalam tahapan literasi awal, seperti menulis namanya sendiri, membaca atau
berinteraksi dengan buku. Dalam kegiatan membaca itu
anak hendaknya juga diajak berhitung.
2.
Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis
Kemampuan
literasi yang tinggi akan berbanding lurus dengan kemampuan anak
untuk menerima, mengolah, dan
menyikapi setiap informasi yang
diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan
literasi yang diterapkan pada
anak PAUD berperan sebagai fondasi untuk anak agar bisa memiliki kemampuan berpikir
kritis dan logis. Hal tersebut
perlu dipersiapkan agar anak ketika dihadapkan dengan berbagai situasi dapat
menyelesaikannya dengan baik. Hal tersebut
juga sebagai sebagai investasi yang akan berguna saat
anak mulai memasuki dunia masyarakat yang sebenarnya di
masa mendatang.
3.
Mempersiapkan
anak untuk memasuki dunia sekolah
Mengenalkan
poin-poin utama dalam pendidikan literasi pada anak prasekolah/PAUD akan sangat
membantu anak mempersiapkan diri saat memasuki dunia sekolah. Perkembangan
sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan literasi merupakan aspek-aspek penting
yang harus dimiliki anak. Aspek-aspek
tersebut saling berhubungan satu sama
lain. Tahapan literasi awal yang
meliputi bahasa lisan dan tulisan
serta pengetahuan mengenai angka dan
huruf menjadi kunci keberhasilan
anak PAUD dalam baca-tulis. Kemampuan tersebut akan
menjadi andalan mereka ketika memasuki sekolah dasar. Perkembangan literasi yang baik sangat berkolerasi dengan
prestasi anak pada
masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment