Dirjen PLB
merumuskan ciri-ciri perilaku anak dengan gangguan emosi dan perilaku dengan tipe externalizing
behavior setidak-tidaknya memiliki empat ciri
(http://www.ditplb.or.id, 2006), yaitu :
1.
Bersikap membangkang.
2.
Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
3.
Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
4.
Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
Hallahan
dan Kauffman (2006) dapat dimulai dari tiga ciri khas kondisi emosi dan
perilaku, antara lain yaitu :
1.
Tingkah laku
yang sangat ekstrim dan bukan hanya berbeda dengan tingkah laku anak lainnya.
2.
Suatu problem
emosi dan tingkah perilaku yang kronis, yang tidak muncul secara langsung.
3.
Tingkah laku
yang tidak diharapkan oleh lingkungan karena bertentangan dengan harapan sosial
dan cultural.
Heward & Orlansky (1988) dalam Sunardi
(1996) mengatakan seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila
memiliki satu atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang
lama, yaitu:
1.
Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan
oleh faktor intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.
2.
Ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara
kepuasan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
3.
Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang
di bawah keadaan normal.
4.
Mudah terbawa suasana hati (emosi labil),
ketidakbahagiaan, atau depresi.
5.
Kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom
fisik atau
6.
Ketakutan-ketakutan yang diasosiasikan dengan permasalahan permasalahan pribadi atau
sekolah.
Simptom gangguan emosi dan perilaku biasanya
dibagi menjadi dua macam, yaitu externalizing behavior dan internalizing
behavior. Externalizing behavior memiliki dampak
langsung atau tidak langsung terhadap orang lain, contohnya perilaku
agresif, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Internalizing
behavior mempengaruhi siswa dengan berbagai macam gangguan seperti kecemasan,
depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan makan, dan kecenderungan untuk
bunuh diri. Kedua tipe tersebut memiliki pengaruh yang sama buruknya terhadap
kegagalan dalam belajar di
sekolah (Hallahan & Kauffman, 1988; Eggen &
Kauchak, 1997).
No comments:
Post a Comment