Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Wednesday, October 23, 2024

Hambatan Emosi dan Perilaku

 

A.    Pengertian hambatan Emosi dan Perilaku

Gangguan Emosional atau Perilaku (EBD) mengacu pada suatu kondisi di mana tanggapan perilaku atau emotional seorang individu di sekolah sangat berbeda dari norma-norma pria/wanita yang umumnya diterima, sesuai dengan usia, etnis, atau budaya yang mempengaruhi secara berbeda kinerja pendidikan di wilayah seperti perawatan diri, hubungan sosial, penyesuaian pribadi, kemajuan akademis, perilaku di ruang kelas atau penyesuaian terhadap pekerjaan. Gangguan EBD lebih dari respon yang diharapkan dan bersifat sementara terhadap tekanan pada lingkup anak-anak atau remaja dan akan bertahan bahkan dengan intervensi individual, seperti umpan balik kepada individu, konsultasi dengan orang tua atau keluarga serta modifikasi pada lingkungan pendidikan. Keputusan kelayakan harus didasarkan pada beberapa sumber data tentang berfungsinya perilaku individu atau emosional. EBD harus dilampirkan dalam setidaknya dua pengaturan yang berbeda, setidaknya salah satu yang harus terkait dengan sekolah.

Para guru di sekolah reguler perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan beserta karakteristik anak dengan gangguan emosi dan perilaku agar mampu melakukan identifikasi terhadap mereka, baik yang sudah menjadi terdaftar sebagai peserta didik pada sekolah yang bersangkutan maupun yang belum masuk sekolah yang ada atau bertempat tinggal di sekitar sekolah.

Secara definitif anak dengan gangguan emosi dan perilaku adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun lingkungannya (ditjenPLB.com, 2006).

 

B.     Ciri-ciri anak yang memiliki Hambatan Emosi dan Perilaku

Dirjen PLB merumuskan ciri-ciri perilaku anak dengan gangguan emosi dan perilaku dengan tipe externalizing behavior setidak-tidaknya memiliki empat ciri (http://www.ditplb.or.id, 2006), yaitu :

1.      Bersikap membangkang.

2.      Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.

3.      Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.

4.      Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.

Hallahan dan Kauffman (2006) dapat dimulai dari tiga ciri khas kondisi emosi dan perilaku, antara lain yaitu :

1.      Tingkah laku yang sangat ekstrim dan bukan hanya berbeda dengan tingkah laku anak lainnya.

2.      Suatu problem emosi dan tingkah perilaku yang kronis, yang tidak muncul secara langsung.

3.      Tingkah laku yang tidak diharapkan oleh lingkungan karena bertentangan dengan harapan sosial dan cultural.

Heward & Orlansky (1988) dalam Sunardi (1996) mengatakan seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki satu atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu:

1.      Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor intelektualitas, alat indra maupun kesehatan.

2.      Ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.

3.      Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan normal.

4.      Mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi.

5.      Kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau

6.      Ketakutan-ketakutan yang diasosiasikan dengan permasalahan permasalahan pribadi atau sekolah.

Simptom gangguan emosi dan perilaku biasanya dibagi menjadi dua macam, yaitu externalizing behavior dan internalizing behavior. Externalizing behavior memiliki dampak langsung atau tidak langsung terhadap orang lain, contohnya perilaku agresif, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Internalizing behavior mempengaruhi siswa dengan berbagai macam gangguan seperti kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan makan, dan kecenderungan untuk bunuh diri. Kedua tipe tersebut memiliki pengaruh yang sama buruknya terhadap kegagalan dalam belajar di sekolah (Hallahan & Kauffman, 1988; Eggen & Kauchak, 1997).

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts