1.
Pengertian Literasi Digital
Istilah literasi
digital telah digunakan
sejak tahun 1990-an
untuk merujuk pada kemampuan berhubungan dengan informasi. Dengan berkembangnya teknologi, muncul konsep kompetensi digital. Paul Gilster, tokoh yang menulis buku
berjudul Digital Literacy,
sederhananya. Dalam bukunya
Digital Literacy, literasi digital
didefinisikan sebagai kemampuan
untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai
sumber yang diakses
melalui perangkat komputer
(Sulianta, 2020).
Kemendikbud mendefinisikan literasi digital anak usia dini sebagai sikap, pengetahuan dan keterampilan anak usia dini dalam menggunakan media digital di sekitarnya
untuk mencari dan menggunakan informasi,
belajar, bermain atau bersenang-senang dengan bantuan orang dewasa. Peranan ibu dapat mendamping anak
dalam proses pengenalan literasi digital
sangat penting agar anak mengetahui mengenai literasi digital,
dengan sikap pengetahuan dan keterampilan
anak.
Pengenalan literasi
digital sangat baik bila digunakan
pada pendidikan anak usia dini karena merupakan
sarana pembelajaran, misalnya menggunakan laptop, komputer, handphone, kamera berperan sebagai materi pendidikan, misalnya
mengajak anak untuk mencari informasi, mendengarkan lagu, menonton
video pendidikan atau bermain game
untuk belajar tentang bentuk geometris; sebagai sarana komunikasi, misalnya
pada pembelajaran jarak jauh dengan menelepon atau video conferenc.
Pentingnya
kompetensi digital dalam konteks pendidikan berperan sangat penting dalam
pengembangan (kognitif) pengetahuan pada anak usia dini dengan merangsang rasa ingin
tahu dan kreativitas anak. Anak dikenalkan
dengan digital skill, yaitu kemampuan menggunakan teknologi digital
dengan cara yang sederhana. Misalnya
mengenalkan cara mengakses situs teknologi digital dengan
baik. Selain itu mengajarkan mengoprasikan perangkat teknologi digital sesuai
dengan ketentuannya.
Literasi adalah
kemampuan membaca dan menulis yang dikenalkan
pada anak sejak usia dini literasi dijelaskan bahwa komponen literasi, terdiri
dari: Kesadaran fonem, pengetahuan bentuk huruf, pengetahuan dan pemahaman buku.
Komputer berkembang pada 1980-an ketika komputer mikro digunakan secara luas tidak hanya dalam bisnis tetapi juga dalam masyarakat.
Namun, literasi informasi baru menyebar pada tahun 1990-an, ketika teknologi informasi
di Internet mempermudah pengumpulan, pengambilan, dan penyebaran informasi
demikian, merujuk pada pandangan
Bawden, literasi digital lebih kepada keterampilan teknis untuk mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi (Kemendikbud, 2017).
Literasi Media
pendidikan merupakan alat untuk menyimpan atau
menyampaikan informasi. Media dalam arti yang lebih luas adalah
televisi, komputer, cetak atau
gambar, media visual, suara, film, multimedia dan lain-lain (Ginting, dkk, 2021).
Literasi
digital merupakan gabungan dari berbagai bentuk literasi, yaitu literasi komputer,
informasi, teknologi, desain grafis, media dan komunikasi. Dengan menggunakan kelima keterampilan dasar tersebut, Martin merumuskan dimensi
keterampilan digital sebagai
berikut, mengkaji enam
keterampilan dasar yaitu keterampilan membaca, menulis, berhitung, informasi, teknologi, media, komunikasi, dan visual.
Martin merumuskan dimensi
kompetensi digital berikut
ini.
a.
Literasi
digital mencakup kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas digital yang berkaitan dengan pekerjaan,
belajar, bersenang-senang, dan aspek kehidupan sehari-hari lainnya.
b.
Literasi digital
individu bervariasi sesuai dengan situasi
kesehariannya dan juga proses seumur hidup seperti situasi kehidupan seorang
individu.
c.
Literasi digital
mirip dengan literasi
TIK, tetapi lebih
luas.
d.
Literasi digital
mencakup keahlian agar mengumpulkan serta menggunakan
informasi, teknik, sikap dan karakteristik pribadi, serta kemampuan untuk merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi aktivitas digital
sebagai bagian dari pemecahan masalah dari tugas kehidupan.
e.
Literasi
digital juga meliputi kesadaran seseorang terhadap tingkat literasi
digital dan perkembangan
literasi digital (Hasbi,
2020)
2. Mengenalkan
Literasi Digital dalam Pembelajaran Anak Usia Dini di Usia.
Anak-anak perlu bermain dengan berbagai benda yang menarik
perhatian mereka. Perangkat yang menawarkan fungsi berbeda pasti sangat menarik
bagi anak-anak.
a.
Pada
usia 0-2 tahun tidak boleh dikenalkan dengan media digital karena dikhawatirkan cahaya dari layar smartphone
akan membahayakan mata
anak dan radiasinya akan mempengaruhi otak anak.
b.
Pada
usia 2-4 tahun diperbolehkan menggunakan perangkat untuk bermain game sederhana
maksimal 1 jam per hari.
c.
Pada
usia 4 hingga 7 tahun, anak-anak dapat datang berkunjung dengan bantuan orang tua atau orang dewasa.
Anak-anak harus memiliki
aturan dan batasan
waktu untuk menggunakan media digital, maksimal 2 jam per hari.
Perlunya pengawasan dari ibu dalam mengakses konten-
konten yang dilihat
oleh anak. Ibu perlu mendampingi atau mengawasi anak pada saat anak memegang
gadgetnya. Dengan duduk berdampingan sembari
memberikan arahan kepada anak mengenai
kegiatan mengakses konten-konten digital oleh anak tersebut.
3. Mengenalkan Literasi
Digital dalam Pembelajaran Anak Usia Dini Sangat
Penting.
a.
Mengenali Kebutuhan
Anak
Setiap anak memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap
produk teknis. Itu semua tergantung pada usia anak dan faktor lingkungan.
Tergantung pada kebutuhan anak anda, usia anak adalah faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan. Kelompok
usia yang berbeda, pilihan
yang berbeda dan kebutuhan mereka akan akses
ke teknologi. Misalnya,
anak di bawah usia lima tahun masih membutuhkan
permainan aktif yang membutuhkan banyak aktivitas fisik. Oleh karena itu, ketersediaan sumber daya teknis harus
dibatasi..
b.
Memasang Aplikasi
Pendukung
Langkah selanjutnya dapat menginstal aplikasi
yang mendukung tumbuh kembang
anak. Contohnya adalah ensiklopedia berikut; permainan yang dapat sesuai dengan usia anak, aplikasi khusus ini digunakan untuk mendukung
keterampilan dan minat anak, agar anak memperoleh pengetahuan dan informasi dalam pengembangannya
c.
Melakukan Edukasi
dan Asistensi.
Ketika ibu
menjauhkan anak atau melarang anak menggunakan
teknologi, maka itu dapat membuat rasa ingin tahu anak lebih tinggi. Hal ini mendorong
anak untuk menggunakan teknologi di luar pengawasan
orang dewasa. Cara cerdas adalah menggunakan aplikasi dengan kontrol atau fitur orang tua untuk membatasi akses anak-anak
ke konten yang ditujukan untuk orang di luar usia mereka. Para ibu harus mendampingi anaknya saat menggunakan
internet. Selain itu, orang tua memberikan tips atau langkah
berkomunikasi di dunia maya.
d.
Mengajarkan Cara Menggunakan Teknologi
Jadilah kreatif
Sama pentingnya bagi anak-anak untuk
memahami bahwa teknologi bukan hanya tentang menemukan konten, tetapi juga tentang membuatnya. Beberapa
hal yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut. 1. Anak-anak dapat membuat dokumen dan presentasi dengan Google Apps for Education. 2. Anak-anak dapat menggunakan
perangkat seluler untuk membuat podcast, film pendek, musik untuk membuat cerita, animasi, dan e-book. 3. Anak-anak dapat mengirimkan
karyanya ke teman atau orang di seluruh dunia melalui aplikasi berbagi seperti
YouTube untuk Anak (Hasbi, 2020).
4.
Peran Literasi
Digital dalam Pendidikan
Literasi digital memegang peranan
penting dalam kebutuhan
pendidikan saat ini. Literasi digital memungkinkan siswa untuk belajar kalistung (membaca, menulis, berhitung)
sejak usia dini dan bahkan di daerah
lain sebagai landasan pendidikan siswa. Peran literasi digital dalam dunia pendidikan membantu siswa
mengembangkan potensi yang dimiliki setiap
individu siswa. Kehadiran literasi digital memberikan kesan bahwa tidak ada perbedaan antara sumber
informasi dan pencari. Semua sumber informasi tersedia
kapanpun dan dimanapun
dengan mudah dan cepat. Literasi digital dalam pendidikan dapat meningkatkan kapasitas
pembelajaran untuk kompetensi dan kerjasama dalam persaingan global.
Namun untuk memilih informasi
yang akurat dan tepat sesuai dengan kebutuhan
peserta didik sesuai dengan tingkatan
usianya, diperlukan bimbingan
dan arahan dari ibu, agar anak tersebut
tidak menyalah gunakan
informasi yang diterima melalui media digital. Anak harus mampu berpikir kritis dan bijaksana untuk menemukan
informasi yang mendukung pembelajaran
dan menghindari efek negatif (Silalahi, 2022).
Literasi digital pada anak usia dini didefinisikan sebagai
sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menggunakan media digital di sekitar
mereka, untuk mencari
dan menggunakan informasi, untuk belajar, bermain
atau berinteraksi secara sehat dengan bantuan hiburan oleh orang dewasa di sekitar
mereka. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan
digital ini juga merupakan pelopor perkembangan digital di masa depan.
Karena itu pengenalan keterampilan digital perlu
dilakukan sejak dini karena anak-anak
sangat ingin tahu, terutama tentang gadget.
Gadget
memiliki fitur yang menantang dan menyenangkan anak-anak. Gambar, lagu, game, dan film dengan suara dan warna menarik
menawarkan pengalaman bermain
yang berbeda bagi anak. Selain itu, melarang atau menjauhkan anak dari media digital dikhawatirkan justru akan
membuat rasa penasaran anak semakin
tinggi (Kemendikbud, 2020). Pada saat yang sama, mengajari anak-anak
kapan dan bagaimana
menggunakan perangkat media, membantu anak-anak
menggunakannya dengan aman. Para ibu perlu
diikutsertakan dalam literasi
digital sehat anaknya
melalui bimbingan belajar, sehingga perangkat digital yang
digunakan secara tepat menjadi alat yang membantu anak belajar dan mendukung perkembangannya.
5.
Jenis-jenis
Literasi Digital
Dapat
dijelaskan ada beberapa jenis-jenis literasi digital diantaranya yaitu:
a.
Internet
merupakan jaringan yang sangat luas dan saling berhubungan satu dengan yang lain dimana setiap pengguna
dapat mengakses berbagai
dunia.
b.
Media sosial merupakan sebuah media yang digunakan untuk
bersosialisasi serta berinteraksi secara online tanpa dibatasi
ruang dan waktu.
c.
Buku
berbicara elektronik (ETB) merupakan buku cerita digital yang bunyi suaranya berasal dari komputer dengan perangkat elektronik disambungkan dengan internet.
d.
E-Book merupakan jenis buku yang dicetak
dalam bentuk digital.
Jenis
perangkat ini memungkinkan pengguna untuk men-download, download dan menyimpan ribuan majalah, surat kabar, atau buku dalam
bentuk digital.
e.
Blog
atau weblog merupakan buku harian
yang bisa ditulis oleh siapa saja dan ditampilkan disuatu halaman web.
f.
Iphone dan smart-phone bisa juga disebut dengan
handphone pintar
yang dapat digunakan oleh pengguna dalam berbagai hal untuk dapat
berkomunikasi, dan mendapatkan informasi termasuk secara online.
g.
CD dan DVD adalah media optik dan populer
untuk menyimpan video
dan data yang dapat diputar sesuai permintaan (Nisriani, 2022).
Animasi pendidikan dalam memperkenalkan keterampilan digital kepada anak-anak
mereka; komputer, laptop,
kamera digital, mesin faks, ponsel, tablet, game, cerita interaktif, game ter
program, perangkat lunak komunikasi
dan kreativitas, peralatan konferensi video,
televisi, proyektor, dan
papan tulis.
6. Penyebab dari Literasi Digital
Teknologi sebagai sarana untuk
hiburan pada saat anak tidak bermain diluar bersama
teman temanya diluar.
Maka digunakan sebagai
alat sebagai teman untuk anak
bermain. Ketika peranan ibu tidak mendampingi
anak. Hasil penggunaan teknologi ini menyebabkan diantaranya:
a.
Anak menjadi
agresif (memukul atau menendang
apa yang ditiru anak dari youtube).
b.
Sulit memanggil
anak yang sedang menggunakan media digital (anak
mengabaikan panggilan ibu karena lebih
fokus ke media digitalnya)
c.
Komunikasi antara anak dan ibu berkurang
saat terfokus pada media digital (Munawar, 2019).
7.
Langkah-langkah Membangun Literasi Digital
Menurut Hasugian (2018), langkah-langkah membangun literasi digital
adalah:
a.
Lebih banyak informasi dan wawasan tentang
peran ibu dalam mengetahui situs
mana yang bermanfaat bagi keluarga.
b.
Dengan
berkomitmen pada teknologi digital yang sehat, para ibu dapat menggunakan teknologi digital untuk membuat peraturan bagi anggota
keluarga. Seperti semua anggota keluarga,
jangan menggunakan media
digital saat makan atau membuka situs web yang tidak berguna dan membatasi jam penggunaan nya saat belajar.
c.
Para ibu bisa memberikan atau menawarkan berbagai
aktivitas hiburan, sehingga
teknologi digital bukan
lagi satu-satunya pilihan.
d.
Meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap segala standar
dan etika yang diterapkan di dunia
nyata seharusnya juga diterapkan di dunia
digital. Seperti yang disampaikan oleh Hasugian, hal tersebut juga dibenarkan oleh Palupi, Y dan Wates, P.P.I.P. Pengasuhan digital mencakup program yang memberi anak batasan yang jelas tentang
apa yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan saat menggunakan perangkat digital (Hasugian, 2009).
Adapun
yang harus dilakukan peranan ibu terhadap anak atau dalam pengasuhan digital atau digital
parenting adalah sebagai berikut:
(1) meningkatkan dan memperbaharui
wawasan tentang internet dan gadget, (2) jika dirumah terdapat internet
posisikan pada ruang keluarga dan siapa yang
dapat melihat apa yang dilakukan
anak dalam mengakses
internet, (3) membatasi
waktu anak memakai
gadget pada anak saat menggunakan gadget, (4)
menyampaikan pemahaman serta kesadaran beserta
akibat negatif yang berasal
dari internet atau gadget . 5) secara
tegas melarang jika terdapat yang tidak pantas ditonton, (6) menjalin komunikasi terbuka dengan anak-anak.
No comments:
Post a Comment