Berdasarkan
uraian di muka, dapat diuraikan beberapa ciri karangan narasi. Ciri-ciri tersebut berkaitan dengan esensi narasi. Esensi
karangan narasi adalah adanya unsur kisahan, waktu, perbuatan, atau tindakan,
dan tokoh. Perbuatan atau tindakan itu dilakukan tokoh dengan perilaku tertentu
yang terjadi dalam satu kesatuan waktu dan terjalin sedemikian rupa dalam alur
cerita sehingga hidup dan dinamis.
Narasi berbeda
dengan deskripsi atau narasi. Narasi mengisahkan suatu kejadian atau
tindak-tanduk, sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami
sendiri peristiwa itu. Tindakan yang dinamis dan perilaku tokoh dianggap
sebagai karakteristik utama, sebab jika tidak ada tindakan tetapi hanya berupa
lukisan pelaku, tempat, serta waktu, maka karangan itu berbentuk deskripsi atau
monolog, karena semuanya dilihat dalam keadaan statis (Keraf, 1992:156).
Rangkaian tindakan atau perbuatan menjadi landasan utama untuk menciptakan sifat
dinamis sebuah narasi. Rangkaian tindakan membuat kisah itu hidup. Berkaitan
dengan perbedaan karangan narasi dengan jenis karangan lainnya, Atmazaki
(1990:28) berpendapat sebagai berikut.
Prosa lebih dekat kepada pemaparan. Sebuah pemaparan dikatakan karya
sastra apabila dipenuhi beberapa syarat.
Pertama, di dalamnya terdapat deretan peristiwa. Sebuah peristiwa ditandai oleh
adanya tindakan dalam satu kesatuan ruang dan waktu. Apabila tidak ada
tindakan, artinya yang ada hanya lukisan tentang tempat atau ruang dan waktu
maka ia berubah menjadi deskripsi. Apabila yang ada hanya tindakan tetapi tidak
ada ruang dan waktu maka ia tidak dapat dipahami; mungkin itu hanya sebuah
monolog, dan karena itu tidak ada peristiwa. Kedua, peristiwa menghendaki
adanya tokoh. Ketiga, deretan peristiwa dan tokoh itu adalah peristiwa dan
tokoh fiktif.
No comments:
Post a Comment