Pada tahun 1966 para mahasiswa anggota KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang berusaha mengagalkan upacara
pelantikan anggota kabinet baru dengan jalan memblokade jalan-jalan yang menuju
istana-istana merdeka dengan kendaraan-kendaraan bermotor yang bannya
dikempesin. Dua puluh tahun kemudian penduduk wilayah palestina yang diduduki
Israel melancarkan gerakan yang dikenal dengan nama demontrasi, pemogokan serta
konfrontasi dengan pasukan Israel dengan menggunakan batu dan bom api.
Bagaimana gerakan seperti itu dilihat oleh sosiologi
? dalam sosiologi gerakan tersebut di atas diklarifikasikan sebagai suatu
bentuk perilaku kolektif tertentu yang diberi nama gerakan sosial.Gerakan
sosial adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang
merupakan kelompok informal yang berbetuk organisasi, berjumlah besar atau
individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik
dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.
Sejumlah ahli sosiologi menekankan pada segi
kolektif dan gerakan sosial ini, sedangkan diantara mereka ada pula yang
menambahkan segi kesengajaan, organisasi dan kesinambungan. Definisikan gerakan
sosial sebagai: “any board social alliance of people who are associated in
seeking to effect or to block an aspect of social change within a society”
artinya, Suatu aliansi sosial sejumlah besar orang yang berserikat untuk
mendorong ataupun menghambat suatu segi perubahan sosial dalam suatu masyarakat.
Organisasi yang dinamis adalah organisasi yang mampu
berkolaborasi dengan sekitarnya. Ketika sumber daya yang ada dapat
berkolaborasi dan berbaur dengan sekitar maka akan tercipta sebuah gerakan yang
besar dan terarah. Jika subjek-subjek yang berada didalam sebuah wadah
organisasi mampu meningkatkan kualitas diri dan mampu meningkatkan jejaring
komunikasi dan kerjasama. Tentunya konsep TriNetwork ini akan menjadi sebuah
konsep yang mampu memberikan arah perubahan yang cukup bagi kemajuan organisasi.
Konsep TriNetwork ini adalah sebuah ilmu yang
memposisikan diri organisasi dari 3 (Tiga) aspek penting dalam dunia
kemasyarakatan. Aspek tersebut adalah:
1)
Masyarakat
Sebuah Organisasi yang mandiri harusnya memiliki
sebuah tujuan agar dapat melakukan perubahan dan tentunya harus berorientasi
terhadap masyarakat. Perjuangan yang tak berorientasi tujuan maka akan sia-sia
karena tidak ada yang akan merasakan hasil dan yang mampu memberikan sebuah
respons terhadap kinerja organisasi
2) Pemerintah
Sebagai penguasa dinegara adalah pemerintah, karena
itu wajib hukumnya kita berkolaborasi dengan penguasa agar kita dapat
memberikan fungsi Sosial Control kita agar Policy yang ditetapkan dapat
bersinergi dengan tujuan kita. Tak lepas dari itu kita juga memiliki peran yang
sentral dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang tentunya merupakan prioritas
dari pemerintahan untuk mensejahterakan rakyat dan tentunya bersinergi dengan
aspek yang pertama yaitu tujuan (masyarakat)
3) Instansi
Swasta
Instansi swasta merupakan aspek yang ketiga karena
perkembangan dunia Ekonomi tak akan lepas dari peran instansi swasta. Aspek
yang menjadi sentral dan tentunya berakibat yang sangat fatal jika ekonomi
mengalami kolaps dan mengakibatkan masyarakat menderita.
Ketiga aspek tersebut harusnya menjadi sebuah
sinergi dalam satu arah gerak dalam membuat kebijakan organisasi yang berorientasi
tujuan dan jejaring. Konsep Dalam Marxisme tradisional perjuangan kelas
ditempatkan pada titik sentral dan faktor esensial dalam menentukan suatu
perubahan sosial. Masyarakat kapitalis dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu
kelas proletar (kelas yang dieksploitasi) dan kelas kapitalis (kelas yang
mengeksploitasi). Oleh karena itu, dalam perspektif ini, masyarakat terdiri
dari dua unsur esensial, yaitu dasar dan superstruktur.
Unsur dasar adalah faktor ekonomi, dianggap sebagai
landasan yang secara esensial menentukan dalam perubahan sosial. Sedangkan
superstruktur, adalah faktor pendidikan, budaya, dan ideologi yang berada di
tempat kedua, karena faktor tersebut ditentukan oleh kondisi perekonomian.
Dengan demikian, menurut pendekatan ini, perubahan sosial terkaji dikarenakan
adanya perjuangan kelas, yaitu kelas yang dieksploitasi (buruh) berjuang
melawan kelas yang mengeksploitasi (kelas kapitalis). Dengan kata lain, aspek esensial perubahan sosial adalah
revolusi kelas buruh, dengan determinisme ekonomi sebagai landasan gerakan
sosial.
Pendekatan yang digunakan dalam Marxisme tradisional
tersebut di atas mendapatkan kritikan dari beberapa tokoh antiesensialisme dan
nonreduksionis, termasuk Antonio Gramsci. Mereka menolak pendekatan bahwa
kompleksitas yang terjadi di masyarakat hanya direduksi secara sederhana dengan
hubungan sebab dan akibat. Setiap sebab itu sendiri merupakan sebuah akibat dan
demikian pula sebaliknya. Inti pemikiran Antonio Gramsci adalah konsep
hegemoni, yang kaitan dengan studi tentang gerakan sosial dan perubahan sosial.
Pendidikan, budaya dan kesadaran merupakan sesuatu
permasalahan yang sangat penting dan perlu diperjuangkan dalam perubahan
sosial. Hegemoni merupakan bentuk kekuasaan kelompok dominan yang digunakan
untuk membentuk kesadaran subordinat. Dalam perspektif Gramscian, konsep
organisasi gerakan sosial dikategorikan sebagai masyarakat sipil terorganisir.
Konsep tersebut didasarkan pada analisis tentang kepentingan konfliktual dan
dealektika atau kesatuan dalam keberbedaan antara Negara (State) dengan Masyarakat
Sipil (Civil Socoety).
Masyarakat sipil terdiri dari berbagai bentuk
masyarakat voluntir dan merupakan dunia politik utama, dimana semuanya berada
dalam aktivitas ideology dan intektual yang dinamis maupun konstruksi hegemoni.
Masyarakat sipil merupakan konteks dimana seseorang menjadi sadar dan seseorang
pertama kali ikut serta dalam aksi politik. Dengan demikian, masyarakat sipil
adalah suatu agregasi atau percampuran kepentingan, dimana kepentingan sempit
ditransformasikan menjadi pandangan yang lebih universal sebagai ideologi dan
dipakai atau diubah. Dalam konteks ini, bagi Gramsci masyarakat sipil adalah
dunia dimana rakyat membuat perubahan dan menciptakan sejarah.
Gerakan sosial berbeda dengan perilaku kolektif yang
telah dibahas terdahulu, maka gerakan sosial ditandai dengan adanya tujuan atau
kepentingan yang bersama. Setelah melakukan perusakan terhadap stadion, stasiun
kereta api, kendaraan atau sarana umum lainnya. Para suporter yang terlibat
dalam perilaku kolektif biasanya tidak mempunyai tujuan atau kepentingan
bersama lagi dan perilaku kolektif akan berhenti sendirinya. Hal sama berlaku
pula bagi orang yang bersama-sama melakukan pemukulan bahkan pembunuhan
terhadap tersangka pelaku kejahatan. Para remaja penggemar aktor atau seniman
tertentu yang telah berdesak-desakan dalam kerumpunan akhirnya berhasil
memperoleh tanda tangan idola mereka.
Gerakan sosial, dipihak lain, ditandai dengan adanya
tujuan jangka panjang, yaitu untuk menghubah ataupun mempertahankan masyarakat
atau institusi yang ada didalamnya. Contoh, gerakan mahasiswa di beberapa kota
di Indonesia pada tahun 1965-1966 yang dilancarkan hampir tiap hari bertujuan
perimbangan politik dan kebijakan ekonomi pemerintah (pembubaran PKI, penurunan
harga, perubahan kabinet). Giddens (1989) dan Light, Keller dan Calhoun (1989)
menyebutkan ciri lain gerakan sosial, yaitu penggunaan cara yang berada diluar
institusi yang ada. Berbagai gerakan sosial memang memenuhi kriteria ini.
gerakan mahasiswa Indonesia pada tahun 1966 dan 1998, gerakan mahasiswa Amerika
Serikat menentang perang Vietnam, memang sering berada diluar institusi yang
ada. Sebagaimana dapat dilihat kasus di atas, cara yang digunakan memang berada
diluar Institusi, misalnya, pemogokan, pawai, unjuk rasa atau demonstrasi tanpa
izin, mogok makan, intimidasi, konfrontasi dengan aparat keamanan.
No comments:
Post a Comment