Metode demonstrasi
adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik terhadap suatu
bahan pelajaran dengan cara memperhatikan, menceritakan, dan memperagakan bahan
belajar itu. Untuk itu diperlukan penggunaan alat peraga yang dilandasi dan
dilaksanakan dengan pikiran sistematik agar alat peraga tersebut dapat berperan
dalam proses kegiatan pembelajaran dan disesuaikan dengan materi pelajaran dan
tujuan pelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian alat peraga matematika
harus sesuai dengan tujuan pelajaran matematika.
Tujuan pelajaran
matematika menurut Adzi (2006) adalah sebagai berikut :
1. Melatih
cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan,
konsisten, dan inkonsistasi.
2. Mengembangkan
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan
pengembangan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi,
dan dugaan serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain
melalui pembicaran lisan, catatan grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan
gagasan.
Dari
keempat tujuan tersebut diantaranya mengembangkan aktifitas kreatif yang
melibatkan imajinasi hal ini tehnik menggunakan model menurut Adzi (2006)
adalah sebagai berikut :
1. Sangat
menarik minat siswa, karena semua siswa melihat dengan mengamati model.
2.
Model mengurangi kerumitan konsep
3.
Tehnik ini dapat digunakan secara luas,
apabila mengenalkan konsep bilangan, operasi hitung, penyelesaian masalah,
geometri, dan pengukuran.
Dalam menggunakan
model, harus hati-hati sehingga suatu atribut suatu model yang tidak
berhubungan dengan konsep yang dikembangkan tidak akan membawa siswa kearah
kesalahan konsep terhadap konsep yang dikembangkan. Misalnya dalam menjelaskan
konsep bilangan kita selalu menggunakan satu jenis benda saja atau selalu
menggunakan satu warna saja, hal tersebut akan menimbulkan kesan pada siswa
bilangan tertentu akan menunjukkan pada benda tertentu atau warna tertentu.
Metode demonstrasi pada
pembelajaran matematika adalah suatu metode pengajaran yang melibatkan siswa
untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder,
1994:2).
Wahyuni (2001:8)
menyebutkan bahwa metode demonstrasi merupakan strategi pembelajaran dengan
cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan
berbeda.
Sependapat dengan
pernyataan tersebut, Setyaningsih (2001:8) mengemukakan bahwa metode
demonstrasi pada pembelajaran matematika memusatkan aktivitas di kelas pada
siswa dengan cara pengelompokkan siswa untuk bekerjasama dalam proses
pembelajaran.
Dari tiga pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode
pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil
untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap
kelompok adalah heterogen.
Dalam metode
demonstrasi siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek
belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses
pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran matematika merupakan metode
alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar,
meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan
diri.
Dalam pembelajaran ini
siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik
dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur,
1996:4). Dalam metode demonstrasi lebih mengutamakan sikap sosial untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama.
Metode demonstrasi pada
pembelajaran matematika mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan.
Unsur-unsur tersebut sebagai berikut :
1. Para
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2. Para
siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, di samping
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang
dihadapi.
3. Para
siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4. Para
siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara
para anggota kelompok.
5. Para
siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Para
siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja
sama selama belajar.
7. Para
siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok demonstrasi.
Johnson, dan Smit dalam
Felder (1994 : 2) menambahkan unsur-unsur dalam metode demonstrasi pada
pembelajaran matematika sebagai berikut :
1. Ketergantungan
Positif
Anggota
kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang
gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya.
2. Kemampuan
Individual
Seluruh
siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab melakukan pekerjaannya dan
menguasai seluruh bahan untuk dipelajari.
3. Promosi
tatap muka interaktif
Meskipun
beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap individu, beberapa
diantaranya harus dilakukan secara interaktif, anggota kelompok saling
memberikan timbal balik.
4. Manfaat
dari Penggabungan keahlian yang tepat
Siswa
didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan pembangunan
kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan konflik
manajemen keahlian.
5. Kelompok
Proses
Anggota
kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang mereka lakukan
dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidentifikasi perubahan yang akan
mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur
dalam metode demonstrasi, Johnson dalam Wahyuni (2001:10) menyebutkan peranan
guru dalam pembelajaran matematika sebagai berikut :
1. Menentukan
objek pembelajaran
2. Membuat
keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sebelum
pembelajaran dimulai.
3. Menerangkan
tugas dan tujuan akhir pada siswa
4. Menguasai
kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas
5. Mengevaluasi
prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara bekerja sama.
Berdasarkan temuan di
lapangan diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode demonstrasi adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa
dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan
aktif.
Sedangkan untuk
aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode
demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
pembelajaran, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk aktivitas diatas cukup
besar.
Pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode demonstrasi dapat melatih cara berpikir dan bernalar
dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi.
Metode demonstrasi yang
digunakan dapat mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi dan penemuan dengan pengembangan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba. Siswa akan
tertantang untuk mencari tahu setelah mempelajari materi yang disampaikan
gurunya.
Selain itu penerapan
metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika dapat pula mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi
atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Metode ini memiliki
kelebihan yaitu dapat menimbulkan semangat minat belajar siswa yang tinggi,
sehingga hasil belajar akan bertahan lama, guru mudah mengendalikan kelas, jika
kegiatan-kegiatan siswa sudah terarah dan siswa akan mengerti akan tugas yang
harus dilakukannya, dapat dijadikan guru untuk mendiagnosa kesulitan-kesulitan
dalam belajar siswa. Sedangkan kelemahannya seringkali melakukan kegaduhan,
misalnya dalam keterlibatan lisan atau guru kurang kontrol terhadap aktivitas
siswa.
No comments:
Post a Comment