Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Wednesday, August 1, 2018

KONSEP ANDRAGOGI DALAM PENDIDIKAN


Istilah yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata paid, yang artinya anak, dan agogos, yang berarti memimpin/membimbing, dimana secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak, maka memakai pendekatan pedagogi untuk orang dewasa tidak tepat, karena mereka bukan lagi anak-anak.
Tingkat ketergantungan anak-anak kepada orang dewasa masih tinggi dan menurun seiring dengan bertambahnya usia mereka. Karenanya praktek pedagogi lebih cocok pada anak-anak, yang berarti bahwa anak-anak dapat diajar untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman tertentu. Berbeda halnya dengan orang dewasa, mereka sudah punya self directing, dan tingkat ketergantungan kepada orang lain berkurang. Orang dewasa lebih cenderung dibimbing, dimotivasi untuk memperoleh sesuatu yang pada akhirnya mereka sendiri dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Perbedaan antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.
Terdapat 4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:
(1) konsep diri,
(2) konsep pengalaman,
(3) konsep kesiapan belajar, dan
(4) konsep perspektif waktu atau orientasi belajar. 
Perbedaan Andragogi dan Paedogogik sebagai berikut:
Pertama, jika dilihat dari sisi siswa atau pelajar;
Dalam pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa ia yang bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Guru yang mengevaluasi hasil belajar. Sementara dalam andragogi, siswa kerap mandiri , siswalah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa dan bagaimana. Jadi, siswa yang bertanggung jawab atas belajarnya sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan evaluasi, siswa perlu diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi diri (self-assessment).
Kedua, dlihat dari sisi peran pengalaman siswa atau pelajar;
Dalam pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa mengikuti aktifitas belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami sesuatu, kecuali sebagai peserta pasif. Sedangkan dalam andragogi, pelajar mengalami sesuatu secara leluasa. Pengalaman menjadi sumber utama mengidentifikasi penguasaan dirinya akan sesuatu. Satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar.
Ketiga, dilihat dari sisi orientasi terhadap belajar;
Dalam pedagogi, pembelajaran dianggap sebagai proses perolehan suatu pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya. Materi belajar telah diurutkan secara sistematis dan logis sesuai dengan topik-topik mata ajar. Sedangkan dalam andragogi sebaliknya. Pelajar harus memiliki keinginan untuk menguasai suatu pengetahuan/keterampilan tertentu, atau pemecahan masalah tertentu yang dapat membuat dirinya sendiri puas. Pelajaran harus relevan dengan kebutuhan tugas nyata pemelajar itu sendiri. Mata belajar didasarkan atas situasi pekerjaan atau kebutuhan real pelajar, bukan berdasarkan topik-topik tertentu yang sudah ditentukan.
Keempat, dilihat dari sisi motivasi belajar;
Dalam pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau diwajibkan atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu. Dalam andragogi, motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai wujud dari aktualisasi diri, penghargaan diri.
Pendidikan Orang Dewasa
            Sejak tahun 1920 pendidikan orang dewasa telah dirumuskan dan diorganisasikan secara sistematis. Pendidikan dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mancari jawabannya.
            Pendidikan orang dewasa (andragogy) berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedogogy). Pendidikan anak-anak berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah.
            Ada perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa jika ditinjau berdasarkan umur, ciri psikologis, dan ciri biologis. Ditinjau dari segi umur, seseorang yang berumur antara 16-18 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan yang kurang dari 16 tahun dapat dikatakan masih anak-anak. Ditinjau dari ciri-ciri psikologis, seseorang yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung pada orang lain, mau bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko, dan mampu mengambil keputusan, orang tersebut dikatakan telah dikatakan dewasa secara psikologis. Sedangkan ditinjau dari ciri-ciri biologis, seseorang yang menunjukan tanda-tanda kelamin sekunder pada laki-laki, antara lain tumbuhnya jakun pada leher, berubahnya suara menjadi besar dan berat, dan tumbuhnya bulu-bulupada tubuh seperti kumis, jenggot, cambang, bulu dada. Pada perempuan antara lain   terjadinya menstruasi dan tumbuhnya payudara.
            Pendidikan orang dewasa mempunyai beberapa definisi, tergantung pada penekanan yang dibuat oleh penyusun definisi itu. Sebagai contoh, UNESCO (Townsend Coles,1977 dalam lanudi, 1982) mendefinisikan pendidikan orang ewasa sebagai berikut.
Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan  pendidikan semula disekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan  mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas.
            Menurut Bryson, pendidikan orang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan tenaganya (bukan seluruh waktu dan tenaga) untuk memperoleh peningkatan intelektualnya. Sedangkan Reeves, Fansler, dan Houle menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan oleh individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya.

Karakteristik Pendidikan orang dewasa sebagai berikut :
1. Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2. Orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
3. Orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab.
4. Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali.
5. Orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
6. Makna belajar bagi orang dewasa.
Tujuan POD secara umum terdapat beberapa tujuan :
1.      Pengembang kecerdasan / intelektual warga belajar,
2.      Aktualisasi dari indvidu peserta belajar
3.      Pengembangan personal dan sosial warga belajar
4.      Perubahan sosial (masyarakat)
5.      Pengembangan SDM dalam organisasi kerja ( efektivitas organisasi )

Berbeda dengan pedagogi, andragogi adalah suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Andragogi diterapkan di perguruan tinggi.
Berbeda dengan pedagogi, gaya belajar dalam andragogi lebih independent (tidak bergantung). Warga belajarlah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa dan bagaimana. Jadi, warga belajar yang bertanggung jawab atas belajarnya sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan evaluasi, warga belajar perlu diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi diri (self-assessment).
 Misalnya, saat kuliah sekarang, gaya belajar yang diberikan lebih bebas tergantung apa yang membuat warga belajar merasa nyaman. Saat perkuliahan, guru juga tidak hanya menjelaskan/ ceramah, tapi juga diberikan kesempatan untuk menjelaskan. Dalam andragogi warga belajar juga diharapkan untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar teorits tetapi sudah terpusat pada kehidupan nyata. Misalnya, dalam beberapa mata kuliah saya dan warga belajar lainnya juga diberikan tugas untuk observasi langsung ke lapangan.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts