Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Wednesday, August 1, 2018

Hubungan Antara Lingkup Perkembangan Anak dan Tahapan Usia Perkembangan Anak dengan Jenis Permainan terhadap Kecerdasan Majemuk

A. Kecerdasan Majemuk Menurut Howard Gardner
1. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk menyimpan nada, mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik (Suyadi, 2009:162). Kecerdasan musikal berkaitan dengan merasakan, mengubah, dan membeda-bedakan berbagai format musik/nada, termasuk sensitivitas dalam merasakan ritme, tinggi rendah dan warna nada (Sefrina, 2013:84). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan seseorang di bidang musik baik kepekaan dan penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola ritme, tempo, instrument, dan ekspresi musik, hingga seseorang dapat bermain musik maupun menyanyikan lagu.
Tanpa kita sadari, kecerdasan musikal adalah kecerdasan yang paling awal tumbuh dan berkembang di dalam diri setiap manusia. Sejak lahir masih berada dalam kandungan, ia selalu mendengarkan “musik” alami, yakni detak jantung ibunya. Inilah yang menyebabkan anak-anak lebih menyukai musik klasik yang didominasi nada “bas”, dari pada musik modern yang didominasi nada “jazz”. Nada “bas” ini dikiranya adalah detak jantung ibunya sendiri. Menurut keterangan dokter, alat indera bayi yang berfungsi pertama kali adalah indra pendengaran. Menurut Tafsir dalam Suyadi (2009:225), Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk melantunkan “musik” adzan pada telinga kanannya dan iqamah pada telinga kirinya. Hal ini dimaksudkan agar gendang telinga anak mampu menangkap musik ilahiah (adzan dan iqamah) untuk pertama kalinnya sebelum musik-musik lain didengarnya.
Individu yang memiliki kecerdasan musikal menurut Armstrong dalam Musfiroh ( 2008: 5.5-5.7) memiliki sebagian atau seluruh indikator berikut:
1.        Memiliki suara yang merdu
Mereka memiliki suara yang relatif cocok untuk menyanyikan lagu. Individu ini memiliki warna suara yang enak didengar oleh telinga pendengarnya.
2.        Dapat mengenali dan menunjukan nada-nada yang sumbang
Mereka mampu menyesuaikan suara dengan nada pada musik. Suara mereka padu dengan iringan musik. Mereka dapat merasakan apabila ada ketidak cocokan antara suara dengan musik.
3.        Senang mendengarkan musik radio, piringan hitam, dan kaset
Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan lagu dan musik di berbagai tempat.
4.        Dapat memainkan alat musik
Mereka senang terhadap alat musik tertentu dan berusaha memainkan satu atau lebih alat musik. Mereka mungkin ahli dalam satu alat musik, mungkin pula menguasai berbagai alat musik.
5.        Mereka tidak nyaman apabila tidak mendengarkan/terlibat dengan musik kondisi sunyi menjadi tidak menyenangkan bagi mereka.
6.        Mampu mengingat lagu/musik dengan cepat dan akurat.
7.        Mudah mengikuti irama musik dengan alat perkusi sederhana.
8.        Mengenal nada-nada berbagai macam lagu atau karya musik.
9.        Sering mengetuk-ketukan jari secara berirama atau bernyanyi kecil.
Menurut Suyadi (2009:239) Indikator Perkembangan kecerdasan musikal pada anak usia dini berdasarkan usia 5-6 tahun yaitu Mampu bernyanyi secara koor (kelompok), mampu mengikuti gerak tari sebuah lagu sederhana, menyanyiakan lagu diiringi musik, mampu memainkan alat musik, mampu melukis dengan alat dan bahan bervariasi.

2. Kecerdasan Kinestetik (Kecerdasan Penggunaan Tubuh)
Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan menggerakkan anggota tubuh (Musfiroh, 2010: 9). Anak dengan kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri: (1) Menonjol prestasinya dibidang olahraga; (2) Senang bergerak dan beraktivitas yang melibatkan gerak fisik; (3) Senang melakukan pekerjaan lapangan; (4) Gemar bongkar pasang mainan.
Kecerdasan kinestetik dapat dikembangkan dengan kegiatan melempar, menangkap, bermain bola, memanjat, bergelantung, menari, estafet, dan lain sebagainya (Musfiroh, 2010: 3). Stimulasi kecerdasan kinestetik terjadi pada saat anak bermain. Pada saat bermain itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Stimulasi kinestetik terjadi dalam wilayah-wilayah berikut:
a.    Koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis, memaipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang, menangkap.
b.    Keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris, meloncat, mencongklak, merayap, berguling, dan merangkak.
c.    Keterampilan nonlokomotor, seperti membungkuk, menjangkau, memutar tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk, berdiri.
d.   Kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukkan kesadaran tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan, kemampuan untuk mengambil start, kemampuan menghentikan gerak, dan mengubah arah (Catron & Allen, 1999: 64).
Menurut Gardner (2003) kecerdasan gerak-kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum (otak kecil), basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks. Kecerdasan ini memiliki wujud relatif bervariasi, bergantung pada komponen-komponen kekuatan dan fleksibilitas serta domain seperti tari dan olahraga. Menurut Armstrong (2005: 5) kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerakan tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik adalah orang-orang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
Menurut Yuliani Nurani Sujiono (2009: 188) kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan di mana anak mampu melakukan gerakan-gerakan yang bagus pada saat berlari, menari, membangun sesuatu, semua seni dan hasta karya. Dari berbagai penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk menggunakan seluruh anggota tubuh dalam berbagai kegiatan untuk mengasah keterampilan yang dimilikinya.


B. Permainan Yang Dapat Mengembangkan Kecerdasan Majemuk
1. Kecerdasan Musikal
a. Judul Permainan                  : Permainan Angklung
b. Alat dan bahan Permainan  : Angklung
c. Tujuan Permainan                : Anak mampu memainkan angklung sesuai nada
                                                  yang diinginkan
d. Cara Bermain                      :
Langkah-langkah dalam bermain alat musik angklung untuk mengoptimalkan kecerdasan musikal anak di antaranya yaitu:
1.    Guru memperkenalkan alat musik angklung kepada anak.
2.    Membagikan angklung kepada anak sesuai dengan nada yang tertera di badan angklung.
3.    Guru memperkenalkan tangga nada kepada anak 1=do, 2=re, 3=mi, 4=fa, 5=sol, 6=la, 7=si.
4.    Guru membariskan anak yang bernada sama satu baris mundur kebelakang dilanjutkan baris kelompok dua disamping dan seterusnya dapat membantu anak mengingat barisan nada diatonis “do, re, mi, fa, sol, la, si”. Dalam satu kelompok nada terdiri dari empat orang anak.
5.    Guru mengajarkan anak cara memegang angklung dengan benar agar angklung menghasilkan bunyi yang di inginkan.
6.    Guru mengajarkan anak cara membunyikan angklung setelah itu anak membunyikan angklung secara bersama-sama.
7.    Setelah itu guru menuliskan not angka di papan tulis sesuai dengan lagu yang akan dimainkan.
8.    Anak diajarkan membaca notasi angka yang ada di papan tulis.
9.    Guru mengajarkan anak membunyikan angklung sesuai dengan notasi angka yang ada di papan tulis.
10.  Guru menunjukan satu persatu notasi angka yang ada di papan tulis dan anak membunyikan angklung sesuai dengan notasi angka yang di tunjuk oleh guru.
11.  Guru menyanyikan lagu sambil menunjukkan notasi angka
12.  Anak memainkan angklung dengan lagu “Hujan”.
2. Kecerdasan Kinestetik
a. Judul Permainan                  : Games Ball
b. Alat dan bahan Permainan  : bola dari bahan plastik atau karet yang elastis
c. Tujuan Permainan                : Anak mampu melakukan gerakan melempar,
  menangkap dan menendang bola dengan tepat
d. Cara Bermain                      :
1) . Kegiatan sebelum bermain
Dalam kegiatan pemanasan, anak diajak untuk melenturkan otot-otot misal mengayunkan tangan, senam, dan meloncat dengan hitungan. Pemanasan berfungsi untuk menaikkan suhu tubuh anak, agar tubuh anak siap untuk melakukan berbagai gerakan fisik.
2). Kegiatan bermain
a) Kegiatan tahap awal
Untuk dapat melakukan games ball secara baik, anak harus mengetahui langkah-langkah misalnya posisi badan dan mengayun lengan. Setelah anak mengetahui langkah-langkah tersebut selanjutnya adalah mengajak anak untuk dapat mengintegrasikan seluruh gerakan dalam rangkaian gerakan yang dilakukan dalam sekali waktu.
b) Kegiatan tahap menengah
Pada kegiatan tahap menengah ini, anak sudah diberi kebebasan dalam melakukan kegiatan games ball, akan tetapi masih ada petunjuk ataupun arahan dari guru.
c) Kegiatan tahap telah matang
Pada kegiatan tahap matang ini, anak diminta melakukan kegiatan sendiri tanpa ada-ada dan petunjuk dari guru.
c. Kegiatan penutup
Kegiatan penenangan diberikan pada saat anak beristirahat dengan cara mengambil nafas.



C. Hubungan Antara Lingkup Perkembangan Anak dan Tahapan Usia Perkembangan Anak dengan Jenis Permainan
            Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Stimulasi yang diberikan pada anak usia dini sangat berpengaruh dan ikut menentukan kualitas sumber daya manusia. Apabila di usia dini seorang anak mendapat stimulasi yang optimal, maka anak tersebut akan tumbuh menjadi sosok individu yang berkualitas dengan potensi yang dimiliki.
Menurut Gardner dalam Musfiroh (2008:1.12) Anak usia dini memiliki sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Kesembilan kecerdasan tersebut perlu dikembangkan secara optimal sesuai dengan bakat yang ada pada anak, termasuk didalamnya kecerdasan musikal.
Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan intelegensia seseorang, yaitu “ Efek Mendengarkan Musik Mozart”. Setelah memasuki usia yag tepat untuk bermain anak dapat di perkenalkan dengan kegiatan bermain alat musik karena bermain memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan prilaku. Dengan bermain anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik. Bermain dapat berupa bergerak, seperti berlari, melempar bola atau kegiatan berpikir, seperti menyusun puzzle, mengingat kata-kata sebuah lagu atau nada sebuah lagu dengan menggunakan alat musik.
Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerakan tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik adalah orang-orang cekatan, indra perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
Kegiatan pembelajaran di TK hendaknya merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan pada anak untuk mengadakan penyelidikan,melakukan percobaan dan membuat penemuan bagi diri anak sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain yang ada disekitar anak, dan ini dapat diberikan pada anak melalui permainan yang terencana, bertujuan dan produktif.



DAFTAR PUSTAKA


Amstrong Tomas. 2005:21 Setiap Anak Cerdas! Panduan Membantu Anak Dengan Manfaat Multiple Intellegencenya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Garder, Howard 2003. Multiple intellingences, kecerdsan majemuk teori dan peraktik. Penterjemah Alexander Sendoru. Batam: Interaksara

Musfiroh, T. 2008. Kecerdasan Musikal dan Stimulasinya. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Musfiroh, T. 2010. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka

Sefrina, Rien. 2013. Pendidikan Seni Musik. Bandung: Maulana

Sujiono, Yuliani N., 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Indeks

Suyadi. 2009:162. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Gramedia


No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts