Pateda (1989:86) mengindikasikan adanya beberapa kesalahan dalam
bercerita, yaitu “kesalahan pelafalan dan diksi”. Pendapat yang lebih lengkap
dikemukakan Semi (1996:12) yang berpendapat
sebagai berikut.
Setiap orang
mestinya memiliki kemampuan berbicara. Bila tidak memiliki kemampuan itu, tentu saja kurang mampu melakukan hubungan
baik dengan lingkungannya. Walaupun penting, tidak banyak orang yang memiliki
kemampuan berbicara. Dengan mudah kita jumpai
orang yang tidak dapat menyampaikan pendapatnya dengan bahasa yang lancar dan mudah
dimengerti. Kalaupun
ia dapat berbicara, caranya berbicara tidak menarik.
Ada beberapa indikator
kekurangmampuan siswa dalam bercerita. Kelemahan bercerita berkaitan dengan aspek-aspek bercerita
yang baik, yaitu tidak memiliki ketepatan isi, sistematika, kelancaran, dan
kebahasaan. Masalah kesulitan bercerita disebabkan oleh faktor psikologis dan metodologis.
Biasanya kesulitan untuk bercerita disebabkan
karena miskinnya bahan yang akan diceritakan. Selain itu, aspek kejiwaan masih
mewarnai kekurangmampuan siswa
dalam bercerita. Misalnya, masih ada perasaan malu, tidak berani, kurang percaya diri, dan sebagainya. Tambahan
lagi, dalam struktur bahasa, ekspresi lisan tersebut masih belum
sistematis. Masalah tersebut
setidaknya dapat dikurangi dengan penerapan teknik
pembelajaran bercerita
yang stimulatif,
diantaranya teknik melanjutkan cerita.
Tujuan penggunaan teknik
melanjutkan cerita dalam berbicara atau bercerita berkaitan dengan upaya metodologis untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara, meningkatkan kemampuan guru
dalam melaksanakan prosedur mengajar yang terfokus pada membantu siswa dalam berbicara,
dan menghidupkan kondisi pengajaran
berbicara agar lebih menarik atau
tidak monoton. Secara umum
tujuan penggunaan teknik tersebut adalah membantu siswa
menentukan bahan karangan dan mendorongnya untuk
meningkatkan daya konseptual dan
persepsi yaitu kemampuan menangkap gagasan yang
telah disediakan (dibaca atau dibacakan) sebagai bahan bercerita
dan meningkatkan daya ekspresi atau kreasi, yaitu kemampuan
menuangkan gagasan lanjutan secara kreatif, imajinatif kontinu, kohesi dan
koheren, serta sistematis. Dalam konteks
fungsionalitas teknik tersebut, Djago Tarigan (1991:59),
mengemukakan beberapa manfaat
penggunaan teknik melanjutkan cerita, yaitu “siswa terlatih mendalami jalan
pikiran orang lain, terlatih melanjutkan jalan pikiran orang lain yang belum selesai menjadi pikiran yang lengkap, melatih
siswa berpikir logis”.
Berdasakan uraian di atas, secara khusus
teknik ini bertujuan untuk membantu siswa : 1) menemukan
unsur narasi; 2) menemukan bahan bercerita, 3) menangkap jalan pikiran; 4)
melatih keterampilan dan ketelitian siswa dalam memperhatikan alur cerita; 5) mengembangkan daya interpretasi cerita ke dalam imajinasi pribadi; 6) menata urutan gagasan; 7)
mengembangkan gagasan lanjutan seaera teratur, sistematis dan kontekstual; 8) mempertajam daya kognitif dan imajinatif; 9) melatih kecermatan.
Sementara itu tujuan kedua menyangkut peran
guru dalam mengelola
pembelajaran menulis, yaitu : 1) menambah
wawasan tentang fungsi teknik melanjutkan cerita
dalam bercerita, 2) membantu menanggulangi kurang bervariasinya serta
monotonitas pembelajaran bercerita atau berbicara; 3) menciptakan proses pengajaran yang efektif dan efisien; dan 4) membantu menciptakan kelas yang menarik.
No comments:
Post a Comment