Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Tuesday, April 18, 2017

Efektivitas Berbicara


Kegiatan berbicara terjadi dalam fase awal ketika pembicara memiliki gagasan. Gagasan tersebut merupakan pesan psikologis yang baru diketahui melalui gejala-gejala perilakunya dalam bentuk ujaran. Sebelum diungkapkan, gagasan atau pesan ini ditata menurut pengetahuan linguistik atau bahasa yang telah diperolehnya melalui pengalamannya dalam peristiwa pemerolehan atau pembelajaran bahasa. Penataan tersebut dilakukan atas pertimbangan-pertimbangan dalam segi komunikasinya. Dalam kaitan ini, Djago Tarigan (1995:186) mengemukakan pentingnya penataan pembicaraan dengan mempertimbangkan aspek-aspek komunikasi yaitu “tujuan komunikasi, materi komunikasi, cara komunikasi dan efek komunikasi”.
Pada aspek pertama, tersirat maksud pembicara sehubungan dengan gagasan atau pesan yang dimilikinya. Dalam hal ini terjadi, pertimbangan untuk apa komunikasi itu dilakukan, misalnya untuk memberitahukan, meminta jawaban, menyuruh atau melarang, mengajar atau meyakinkan dan sebagainya. Pada aspek kedua, pembicara menetapkan pesan apa saja yang selayaknya dikemukakan dalam pembicaraannya. Pada aspek ketiga, sesuai dengan kemampuan linguistiknya, pembicara mempertimbangkan cara-cara yang mungkin dilakukan agar tujuan komunikasinya tercapai. Pada aspek keempat pembicara mempertimbangkan efek atau kemungkinan yang terjadi dalam komunikasi yang akan dilakukannya. Kesalahan dalam mempertimbangkan aspek-aspek tesebut membuka peluang gagal atau rendahnya efektivitas berbicara.
Sehubungan efektivitas berbicara ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Dalam kaitan ini, Djago Tarigan (1995:187) mengemukakan empat faktor yang bersinegi dan besar pengaruhnya terhadap efektivitas berbicara, yaitu “situasi , pembicara, penyimak dan ragam ujaran”. Situasi berbicara mengacu pada keadaan lingkungan tempat kegiatan berbicara diselenggarakan, situasi berbicara dapat diklasifikasikan atas situasi geografis dan situasi sosial. Keduanya memiliki pengaruh yang besar terhadap efektivitas berbicara, baik yang sifatnya verbal maupun non verbal. Dalam peristiwa berbicara, pembicara merupakan faktor utama alam menciptakan kegiatan yang komunikatif. Kegiatan berbicara dilakukan dalam usaha menciptakan suasana yang komunikatif. Untuk itu diperlukan adanya penyimak dalam komunikasi, pesan pembicara diharapkan dapat diterima penyimak sebagai pesan yang sesuai dengan harapan pembicara.
Efektivitas berbicara ditentukan pula oleh derajat kekomunikatifan antara pembicara dan penyimak. Untuk berbicara secara efektif, pembicara dituntut menguasai bahasa yang sama-sama dikuasai pula oleh penyimak. Dalam hal ini pembicara harus mampu menyajikan gagasan atau pesannya ke dalam bentuk bahasa yang berupa ujaran. Kemampuan pembicara dalam menggunakan bahasa dapat ditinjau dari kemampuan linguistiknya. Masing-masing tercakup dalam aspek-aspek ponologis, gramatiknya, dan aspek kosa kata atau leksikal yang berlaku dalam bahasa tersebut.
Untuk menjadi pembicara yang baik, dibutuhkan penguasaan atas beberapa kemampuan. Menurut Djago Tarigan (1995:195), kemampuan yang dimaksud mencakup kemampuan memilih topik yang jelas, menguasai materi, memahami latar belakang pendengar, dan mengetahui situasi. Selain itu, Ehninger sepertoi dikutip Djago Tarigan mengajukan delapan langkah yang harus dilakukan dalam mempersiapkan suatu pembicaraan. Kedelapan langkah tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Menyeleksi dan memusatkan pokok pembicaraan, (2) Menentukan tujuan khusus pembicaraan, (3) menganalisis pendengar dan situasi, (4) mengumpulkan materi pembicaraan, (5) menyusun kerangka dasar pembicaraan, (6) mengembangkan kerangka dasar, (7) berlatih dengan suara keras, jelas dan lancar, dan (8) mengajukan pembicaraan.



No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts