Tidak terasa pandemi akibat Covid-19 sudah
berlangsung 1 tahun. Virus yang menyebabkan terjadinya berbagai dampak pada
manusia menjadi faktor yang mengakibatkan terjadi perubahan yang cukup besar
dalam berbagai aspek kehidupan. Baik itu kehidupan sosial, kehidupan ekonomi,
kehidupan politik, kehidupan budaya dan aspek kehidupan lainnya.
Infeksi coronavirus merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus corona dan menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernapasan.
Penyakit ini menjadi sorotan karena kemunculannya di akhir tahun 2019 pertama
kali di Wuhan, China. Lokasi kemunculannya pertama kali ini, membuat
coronavirus juga dikenal dengan sebutan Wuhan virus.
Selain China, coronavirus juga menyebar secara
cepat ke berbagai negara lain, termasuk Jepang, Thailand, Jepang, Korea
Selatan, bahkan hingga ke Amerika Serikat.
Penyebab Corona virus merupakan virus single
stranded RNA yang berasal dari kelompok Coronaviridae. Dinamakan coronavirus
karena permukaannya yang berbentuk seperti mahkota (crown/corona).
Virus lain yang termasuk dalam kelompok yang
serupa adalah virus yang menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome
(MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) beberapa tahun
silam.
Namun, virus corona dari Wuhan ini merupakan
virus baru yang belum pernah teridentifikasi pada manusia sebelumnya. Karena
itu, virus ini juga disebut sebagai 2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV.
Virus corona umumnya ditemukan pada hewan
–seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan kelelawar. Manusia dapat
tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan hewan tersebut, misalnya
pada peternak atau pedagang di pasar hewan.
Namun, adanya ledakan jumlah kasus di Wuhan,
China menunjukkan bahwa corona virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
Virus bisa ditularkan lewat droplet, yaitu partikel air yang berukuran sangat
kecil dan biasanya keluar saat batuk atau bersin. Apabila droplet tersebut
terhirup atau mengenai lapisan kornea mata, seseorang berisiko untuk tertular
penyakit ini.
Meski semua orang dapat terinfeksi virus
corona, mereka yang lanjut usia, memiliki penyakit kronis, dan memiliki daya
tahan tubuh rendah lebih rentan mengalami infeksi ini serta komplikasinya.
Hingga saat ini, belum ada terapi anti-virus
yang terbukti efektif untuk mengatasi infeksi 2019-novel coronavirus. Beberapa
anti-virus yang telah berhasil menangani infeksi MERS-CoV dan SARS-CoV
sebelumnya, belum menunjukkan hasil memuaskan untuk mengatasi infeksi
coronavirus yang baru ini.
Penderita yang terinfeksi virus corona akan
menerima terapi yang bersifat suportif untuk mengurangi gejala. Misalnya
anti-piretik untuk menurunkan suhu tubuh dan cairan untuk mencegah dehidrasi,
serta terapi oksigen pada pasien yang mengalami sesak napas. Pada kondisi yang
berat, bantuan napas melalui mesin ventilator dapat diberikan pada pasien untuk
menyokong fungsi organ vital lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization) telah menetapkan status gawat darurat global untuk wabah virus corona.
Dunia menjadi waspada akan wabah virus ini. Tidak hanya waspada terhadap
penyebaran penyakitnya saja akan tetapi juga waspada terhadap dampak yang
mungkin terjadi terhadap perekonomian dunia. Menurut Direktur Pelaksana IMF,
Kristalina Georgieva, dengan adanya wabah virus corona, diperkirakan dalam
jangka pendek akan terjadi perlambatan ekonomi global (katadata.co.id, 5
Februari 2020).
Kurang dari 30 hari kita akan memasuki bulan
Ramadan dan momen menjelang bulan tersebut biasanya dimaksimalkan oleh para
perusahaan di Indonesia untuk melakukan produksi yang lebih banyak dibandingkan
bulan biasanya. Namun, semua itu berubah karena munculnya wabah COVID-19 atau
Virus Corona yang menjangkit seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia.
Penyebaran virus ini memang memperlambat
pertumbuhan ekonomi baik itu secara nasional maupun dunia. Akhirnya juga
berdampak ke berbagai sektor industri di tanah air mulai dari manufaktur hingga
finansial. Jadi, sebenarnya siapa sih yang paling terasa dampak corona?
Menurut riset dari Moody’s industri yang paling
terkena dampaknya terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama yang paling terkena
dampak cukup tinggi yaitu industri seperti garment, otomotif, supplier
otomotif, konsumer, pariwisata, maskapai penerbangan, hingga pengiriman.
Pada bagian kedua yang terkena dampak secara
moderat adalah industri minuman, kimia, manufaktur, media, logam dan tambang,
minyak dan gas, properti, agrikultur hingga perusahaan teknologi hardware.
Pada bagian ketiga yang terkena dampak agak
minim adalah industri-industri seperti konstruksi, pertahanan, peralatan,
transportasi, farmasi, pengemasan, ritel makanan hingga telekomunikasi.
Industri adalah salah satu penyumbang terbesar
dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun lalu. Kontribusi yang
diberikan dari industri ini pada PDB 2019 tercatat 19,62%. Kontribusi tersebut
jauh di atas Perdagangan, Pertanian, Konstruksi hingga Pertambangan.
Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat
Statistik (BPS) selama Februari 2020 nilai impor dari semua golongan barang
turun dibanding Januari 2020. Mulai dari impor bahan konsumsi yang menurun
39,91%, lalu impor bahan baku/penolong turun 15,89% hingga barang modal turun
18,03%. Hal tersebut juga membuktikan bahwa penurunan impor bahan baku tersebut
dalam negeri tengah lesu.
Penurunan ini juga memang akan muncul
dikarenakan memang adanya pembatasan terhadap segala bentuk aktivitas di luar
rumah demi mencegah penyebaran COVID-19 yang akhirnya berdampak pada aktivitas
ekonomi serta membuat perputaran uang semakin melambat. Tetapi, pemerintah
memberikan keyakinan bahwa walaupun virus ini merebak, segala bentuk kebutuhan
harian seperti sembako tetap terjaga.
Selaku regulator yang mengawasi lembaga
keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menyebutkan bahwa munculnya virus
ini tentu berdampak kepada kinerja pada setiap lembaga jasa keuangan, tak
terkecuali juga pada industri non-bank yang termasuk asuransi di dalamnya.
Seperti yang diketahui bahwa virus ini membuat
banyak investor asing maupun domestik mulai mencari sebuah aset yang aman dan
keluar dari pasar modal negara berkembang. Sesuai dari data pasar modal
Indonesia sepanjang merebaknya COVID-19 para investor asing mencatat nett sell
atau jual bersih sebesar Rp2,7 triliun. Ini juga langsung berdampak pada investasi
di berbagai bidang seperti manufaktur, perhotelan, consumer goods,
hingga komoditas perkebunan yang menjadi korban utama dari COVID-19.
Jadi, apa yang harus dilakukan untuk mengelola
keuangan dengan lebih baik saat ini? Pilih instrumen pengembangan dana yang
prosesnya mudah, aman serta tetap memberikan kelebihan.
Peer-to-Peer (P2P) Lending bisa jadi solusinya,
di sini proses melakukan pengembangan dana sangat mudah karena segala prosesnya
bisa dilakukan secara online tanpa harus bertatap muka, ditengah munculnya
wabah ini kamu dapat meminimalisir kontak dengan orang lain sehingga P2P
Lending ini bisa menjadi solusinya. Selain itu, instrumen ini juga relatif
lebih aman karena kamu dapat menyesuaikannya sesuai dengan preferensi
pilihanmu. Kelebihan melakukan pengembangan dana di sini juga cukup
menjanjikan, mulai dari 15% hingga 21% per tahun. Jadi, bagaimana lumayan
bukan?
Karena itu untuk menjaga keuanganmu tetap
berjalan baik, pastikan untuk mengelola terus keuangan pribadimu agar dana yang
kamu miliki tetap dapat dioptimalkan dengan baik. Walaupun munculnya wabah
COVID-19 yang serba mempersulit semua keadaan, kamu tetap dapat membuat
keuanganmu berjalan dengan lancar terkendali.
Dengan adanya pandemi covid-19 menyebabkan
dunia industri mengalami kesulitan dalam berusaha dan mengembangakn usahanya.
Apalagi dengan adanya pemberlakuan Pembatasan Bersakala Mikro di berbagai
daerah juga mengakibatkan aktifitas industri mengalami hambatan. Suplay bahan
baku serta suplay produk jadi dari industri mengalami gangguan.
Situasi ini menuntut para pengusaha untuk
mengambil tindakan-tindakan taktis dan komprehensif dalam mempertahankan
usahanya agar tidak mengalami kebangkrutan. Apabila mengalami kebangkrutan maka
akan berdampak sosial bagi para karyawannya. Tindakan taktis dan komprehensif
yang dilakukan pengusaha disesuaikan dengan jenis bidang usaha dari industri
tersebut. Industri pariwisata misalnya dapat melakukan aktifitasnya dengan
mengedepankan dan menjalankan protokol kesehatan seefisien mungkin.
Industri jasa juga dapat menjalankan usahanya
dengan melakukan berbagai inovasi dan kreasi yang lebih efektif sehingga
usahanya dapat tetap bertahan. Industri otomotif di tengah kelesuan ekonomi
global, sudah mendapat stimulus dari pemerintah berupa keringan pajak PPn BM.
Hal ini dapat mendorong industri otomotif dalam menjalankan usahanya.
Akan tetapi dari semua usaha dan iktiar dari
manusia tidak terlepas dari kehendak Allah SWT. Setelah berbagai usaha dan
ikhtiar dilakukan maka hendaknya bertawakal kepada Allah SWT. Sesuai dengan
firmanNya
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah-lah kalian betawakal,
jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS. Al-Maidah : 23).
Dan firman-Nya:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah,
maka Dialah Yang Mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq: 3).
Hadist Nabi, artinya:
...لَوْ
أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا
يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا (رواه الترمذي)
Artinya: “Jikalau kamu tawakal kepada Allah dan
berserah diri sepenuhnya, maka kamu akan mendapat rizki seperti rizki
burung-burung yang diwaktu pagi berada dalam keadaan lapar dan kembali sore
dengan perut kenyang.”(HR.Turmuzi).
No comments:
Post a Comment