Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Friday, February 19, 2021

Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

 


1. Pengertian Motorik Halus

Menurut Sujiono dkk (2009:1.14) motorik halus adalah “gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.”

Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti: melipat kertas, menganyam kertas.

Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental. Menurut Hildayani dkk (2008:8.5) Perkembangan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan di bagian jari-jari tangan. Contohnya menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk.

Sedangkan menurut Sumantri (2005:143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.

Hal yang sama dikemukakan oleh Mahendra (dalam Sumantri 2005:143) “keterampilan motorik halus merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil”. Menurut Mangli (dalam Sumantri 2005:143), keterampilan ini melibatkan koordinasi syaraf otot yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering disebut sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan. Menulis, menggambar, bermain piano adalah contoh-contoh keterampilan tersebut.

Saputra dan Rudyanto (2005:118) juga mengatakan bahwa “motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng”.

Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup resleting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus dan lain sebagainya.

Selain gerakan motorik halus seperti: menyikat gigi, menyisir, membuka dan menutup resleting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu, ada aktivitas lainnya yang dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak diantaranya adalah mencocok, menjepit, mengambil benda dengan capit, dan menjahit gambar.

Pada usia 3 (tiga) tahun gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Namun, posisi jari-jarinya masih belum cukup jauh dari mata pensil. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang pensil warna atau krayon untuk menggambar.

Kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tak sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian motorik halus adalah kemampuan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang sering membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang tepat seperti menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk, dan lain-lain.

2. Tahap-tahap Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus pada anak usia dini terjadi secara bertahap. Menurut Fiits dan Postner (dalam Sumantri 2005:101) proses perkembangan belajar motorik halus anak usia dini terjadi dalam 3 (tiga) tahap yaitu:

1) Tahap Verbal Kognitif

Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari.

2) Tahap Asosiatif

Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Pada tahap ini anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari.

3) Tahap Otomatis

Pada tahap ini dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak.Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu anak harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik.

Menurut Sujiono (2009:14) secara umum ada tiga tahap perkembangan keterampilan motorik halus pada anak usia dini, yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous. Pada tahap kognitif anak berusaha memahami keterampilan motorik halus serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan tertentu. Tahap asosiatif anak banyak belajar dengan cara coba meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali. Tahap autonomous gerakan yang ditampilkan anak merupakan respon yang efisien dengan sedikit kesalahan dan anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.

3. Prinsip-prinsip Perkembangan Motorik Halus

Anak usia dini mengalami perkembangan dalam kemampuan motorik halusnya. Sebagai orang dewasa khususnya sebagai guru yang mengarahkan perkembangan kemampuan anak tersebut hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dalam pengembangan kemampuan motorik halus anak.

Menurut Sumantri (2005:147) pendekatan pengembangan motorik halus anak usia TK hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:

1)       Berorientasi pada kebutuhan anak

Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan baik fisik maupun psikis. Dengan demikian, ragam jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.

2)       Belajar sambil bermain

Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia dini 4-6 tahun hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna.

3)       Kreatif dan inovatif

Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

4)       Lingkungan kondusif

Linkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik atau dengan temannya.

5)       Tema

Apabila kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenali berbagai konsep secara mudah dan jelas.

6)       Mengembangkan keterampilan hidup

Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup. Pengembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu:

a)     Memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin dan sosialisasi.

b)     Memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada jenjang selanjutnya.

7)       Menggunakan kegiatan terpadu

Kegiatan pengembangan hendaknya dirancang dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak (center of interest).

8)       Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak

a)     Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis.

b)     Siklus belajar anak selalu berulang

c)     Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lain.

d)     Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya.

e)     Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.

 

Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini perlu menekankan pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan motorik dan pengembangan lainnya terdapat dua hal yang seyogyanya tidak dilupakan, pertama adalah pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan pengembangan daya fikir dan daya cipta anak. Hal kedua adalah bila anak tanpa bergerak bebas, tanpa kesempatan bermain dan tanpa kesempatan menjelajahi lingkungannya anak akan kurang tumbuh kembang secara optimal.

Dari prinsip pembelajaran di atas sebagai seorang pendidik kita akan dengan mudah mengajar di Taman Kanak-kanak dengan menjadikan prinsip pembelajaran tersebut sebagai acuan pengajaran di Taman Kanak-kanak sehingga kebutuhan anak dalam belajar dan kemampuan anak dalam mengembangkan aspek perkembangannya khususnya aspek motorik halus dapat dikembangkan dengan baik.

 

4. Tujuan Perkembangan Motorik Halus

Menurut Sumantri (2005:145) aktivitas pengembangan keterampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan menggunting, memotong merangkai benda dengan benda (meronce).

Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa), kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan keterampilan motorik halus lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.

Kemudian Saputra dan Rudyanto (2005:115) menjelaskan tujuan dari pengembangan motorik halus yaitu “mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan mata dengan tangan, mampu mengendalikan emosi”.

Pengembangan motorik halus dilakukan agar otot-otot kecil seperti jari tangan dapat berfungsi dengan baik. Selain itu pengembangan motorik halus dilakukan agar terjadi koordinasi yang baik antara kecepatan mata dengan tangan serta emosi dapat dikendalikan dengan baik. 

Sedangkan menurut Sumantri (2005:146) tujuan pengembangan motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan serta mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.

Begitu pula halnya seperti diungkapkan oleh Depdiknas (dalam Sumantri 2005:146) secara khusus tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia TK (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik halus anak tidak terlalu membutuhkan tenaga yang kuat, namun lebih terpaku pada koordinasi mata dan tangan yang lebih cermat. Hal tersebut memungkinkan anak untuk dapat mengurus dirinya sendiri misalnya menyisir rambut, menggosok gigi, mengancingkan baju dan lain-lain.

 

5. Fungsi Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus pada seorang anak sangat penting bagi perkembangan bagi kehidupannya. Menurut Suyanto (2005:51) menyatakan bahwa :

Motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu, dan menggunting. Berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat, mengelem, menggunting kertas melatih motorik halus pada anak. Demikian pula menggambar bebas dengan kuas besar, kuas kecil, dan mewarnai mengembangkan otot-otot halus pada jari tangan. Hal itu akan sangat bermanfaat untuk melatih jari anak agar bisa memegang pensil dan belajar menulis kelak.

 

Sedangkan menurut Saputra dan Rudyanto (2005:116) mengatakan “fungsi pengembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi”. Sumantri (2005:146) juga menjelaskan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain.

Untuk meningkatkan fungsi motorik halus anak maka diperlukan usaha-usaha dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Menurut Wijaya (my.opera, 2008) upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menggunting kertas

Kegiatan memegang dan menggerakkan gunting melatih otot-otot yang sama yang akan digunakan untuk menulis. Posisi yang benar adalah ibu jari dan jari tengah berada dalam lubang gunting jari telunjuk berada di bagian luar lubang gunting untuk menstabilkan gerak gunting. Sementara jari keempat dan kelima menekuk ke arah telapak tangan.

2) Melipat kertas

Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot telapak tangan anak, yaitu saat anak melipat dan menekan lipatan itu. Kekuatan bagian telapak tangan dan jari dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan pensil.

3) Menyambung titik-titik

Ajak anak melatih keterampilan motoriknya dengan menyambung titik-titik kecil membentuk sebuah gambar karena keterampilannya ini dibutuhkannya untuk menulis. Jangan paksa anak ketika anak tidak mau menyelesaikan latihannya karena otot lengan bagian atas memegang masih terbatas.

4) Meronce dan menjahit

Kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Cara anak memegang benang untuk dimasukkan ke dalam lubang sama anak ketika anak memegang pensil untuk menulis. Meronce adalah teknik membuat benda pakai atau benda hias dari bahan manik-manik atau biji-bijian yang dirangkai dengan benang. Menjahit adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk anak usia dini sebagai upaya untuk mengembangkan keterampilan motorik halus. Selain untuk mengembangkan keterampilan motorik halus menjahit juga dijadikan media pendidikan yang dapat membantu anak meningkatkan konsentrasi, kemampuan logika, dan melatih koordinasi mata dan tangan anak, juga untuk kemampuan menulis dan meningkatkan kemampuan gerakan tangan, pergelangan tangan dan jari.

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts