Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Thursday, June 20, 2024

Mengenalkan Literasi Digital dalam Pembelajaran Anak Usia Dini Sangat Penting

 

   

a.         Mengenali Kebutuhan Anak

Setiap anak memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap produk teknis. Itu semua tergantung pada usia anak dan faktor lingkungan. Tergantung pada kebutuhan anak anda, usia anak adalah faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan. Kelompok usia yang berbeda, pilihan yang berbeda dan kebutuhan mereka akan akses ke teknologi. Misalnya, anak di bawah usia lima tahun masih membutuhkan permainan aktif yang membutuhkan banyak aktivitas fisik. Oleh karena itu, ketersediaan sumber daya teknis harus dibatasi..

b.        Memasang Aplikasi Pendukung

Langkah selanjutnya dapat menginstal aplikasi yang mendukung tumbuh kembang anak. Contohnya adalah ensiklopedia berikut; permainan yang dapat sesuai dengan usia anak, aplikasi khusus ini digunakan untuk mendukung keterampilan dan minat anak, agar anak memperoleh pengetahuan dan informasi dalam pengembangannya

c.         Melakukan Edukasi dan Asistensi.

Ketika ibu menjauhkan anak atau melarang anak menggunakan teknologi, maka itu dapat membuat rasa ingin tahu anak lebih tinggi. Hal ini mendorong anak untuk menggunakan teknologi di luar pengawasan orang dewasa. Cara cerdas adalah menggunakan aplikasi dengan kontrol atau fitur orang tua untuk membatasi akses anak-anak ke konten yang ditujukan untuk orang di luar usia mereka. Para ibu harus mendampingi anaknya saat menggunakan internet. Selain itu, orang tua memberikan tips atau langkah berkomunikasi di dunia maya.

d.        Mengajarkan Cara Menggunakan Teknologi

Jadilah kreatif Sama pentingnya bagi anak-anak untuk memahami bahwa teknologi bukan hanya tentang menemukan konten, tetapi juga tentang membuatnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Anak-anak dapat membuat dokumen dan presentasi dengan Google Apps for Education. 2. Anak-anak dapat menggunakan perangkat seluler untuk membuat podcast, film pendek, musik untuk membuat cerita, animasi, dan e-book. 3. Anak-anak dapat mengirimkan karyanya ke teman atau orang di seluruh dunia melalui aplikasi berbagi seperti YouTube untuk Anak (Hasbi, 2020).

Prinsip Pembelajaran Literasi Pada Anak Usia Dini

 


Kern menyatakan terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi diantarannya yaitu (Zubaidah, 2004):

1.      Literasi melibatkan interpretasi

Pembicara dan pembaca atau pendengar berpartisipasi dalam tindak interpretasi, yakni penulis menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan, perasaan, dan lain-lain), dan pembaca atu pendengar kemudian mengiterpretasikan interpretasi penulis/pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.

2.      Literasi melibatkan kolaborasi

Terdapat kerjasama antara dua pihak yakni penulis/pembicara dan pembaca/pendengar. Kerjasama yang dimaksud itu dalam upaya mencapai suatu pemahaman bersama. Penulis/pembicara memutuskan apa yang harus ditulis/dikatakan atau yang tidak perlu ditulis/dikatakan berdasarkan pemahaman mereka terhadap pembaca/pendengarnya. Sementara pembaca/pendengar mencurahkan motivasi, pengetahuan, dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks penulis bermakna.

3.      Literasi melibatkan konvensi

Orang-orang membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh konvensi/kesepakatan kultural (tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi untuk tujuan-tujuan individual. Konvensi disini mencakup aturan-aturan bahasa baik lisan maupun tertulis.

4.      Literasi melibatkan pengetahuan kultural

Karena membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem-sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Sehingga orang-orang yang berada di luar suatu sistem budaya itu rentan/beresiko salah/keliru dipahami oleh orang-orang yang berada dalam sistem budaya tersebut.

5.      Literasi melibatkan pemecahan masalah

Karena kata-kata selalu melekat pada konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya, maka tindak menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu melibatkan upaya membayangkan hubunganhubungan di antara kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, unit-unit makna, teks-teks, dan dunia-dunia. Upaya membayangkan, memikirkan, mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk pemecahan masalah.

6.      Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri

Pembaca/pendengar dan penulis/pembicara memikirkan bahasa dan hubungan-hubungannya dengan dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka berada dalam situasi komunikasi mereka memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana mengatakannya, dan mengapa mengatakan hal tersebut.

7.      Literasi melibatkan penggunaan bahasa

Literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis) melaikan mensyaratkan pengetahuan tentang bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam konteks lisan maupun tertulis untuk menciptakan sebuah wacana atau dialog.

Pentingnya Literasi untuk PAUD

 


Literasi merupakan dasar yang sangat penting bagi anak usia dini. Dengan adanya literasi anak akan terbiasa dengan  baca-tulis. Anak usia  dini  akan mengalami pembiasaan yang positif. Secara pelahan anak akan   mencintai bahan literasinya. Dengan rasa senang anak akan memahami bahan literasi yang dibaca/tulisnya. Lebih lanjut dalam penelitian Hilbert  & Eis, mengemukakan penggunnaan/penerapan intervensi awal perkembangan literasi awal terhadap kemampuan literasi anak terutama berkaitan dengan kemampuan penamaan gambar, bersajak/aliterasi dan kosa kata mempunyai  manfaat  yang  sangat  besar bagi kehidupan anakselanjutnya. Intervensi awal yang dilakukan oleh guru maupun orang tua sebenarnya, membantu anak dalam mengembangkan kemampuan literasi dan bahkan sebagai media untuk mendiagnosa kesulitan anak terkait kemampuan literasinya. Oleh karena itu, dengan gencar dilakukannya gerakan literasi oleh para praktisi pendidikan akan sangat membantu mencetak  individu yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, namun juga memiliki pola pikir kritis dan logis. Kemampuan itu dimaksudkan agar anak mempunyai fondasi yang kokoh untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan dasar

Khusus untuk anak PAUD, pendidikan literasi penting dilakukan karena memiliki banyak manfaat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan  literasi  perlu  diterapkan  sejak dini.

1.      Melatih kemampuan dasar anak untuk membaca, menulis, dan menghitung

Pendidikan literasi untuk anak PAUD dapat dilakukan    dengan kebiasaan membacakan buku cerita atau dongeng pada  anak   secara rutin. Meski terkesan seperti kegiatan sederhana, membacakan buku  pada anak adalah tahap  awal mengenalkan  mereka pada   dunia literasi. Sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu divisi Kementerian Pendidikan  Amerika Serikat menunjukkan bahwa balita yang terbiasa dibacakan  buku  oleh orang tua  mereka  bisa lebih  cepat mengenal abjad. Survei lainnya memperlihatkan keberhasilan balita dalam tahapan literasi awal, seperti menulis namanya sendiri, membaca atau berinteraksi dengan buku. Dalam kegiatan membaca  itu  anak hendaknya juga diajak berhitung.

 

2.      Mengembangkan kemampuan berpikir kritis

Kemampuan literasi yang tinggi akan berbanding lurus dengan kemampuan  anak  untuk  menerima, mengolah, dan menyikapi   setiap informasi yang diterimanya. Oleh karena itu, pendidikan  literasi  yang diterapkan pada anak PAUD berperan sebagai fondasi untuk anak       agar bisa memiliki kemampuan berpikir kritis dan logis. Hal       tersebut perlu dipersiapkan agar anak ketika dihadapkan dengan berbagai situasi dapat menyelesaikannya dengan baik.  Hal   tersebut   juga sebagai sebagai investasi yang akan berguna  saat  anak  mulai  memasuki dunia masyarakat yang sebenarnya di masa mendatang.

3.      Mempersiapkan anak untuk memasuki dunia sekolah

Mengenalkan poin-poin utama dalam pendidikan literasi pada anak prasekolah/PAUD akan sangat membantu anak mempersiapkan diri saat memasuki dunia sekolah. Perkembangan sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan literasi merupakan aspek-aspek penting yang  harus dimiliki anak. Aspek-aspek tersebut saling berhubungan satu   sama lain. Tahapan  literasi awal yang meliputi bahasa lisan dan     tulisan serta pengetahuan mengenai  angka  dan  huruf  menjadi kunci keberhasilan anak PAUD dalam baca-tulis. Kemampuan tersebut    akan    menjadi andalan mereka ketika memasuki sekolah dasar. Perkembangan  literasi yang baik sangat berkolerasi dengan prestasi  anak  pada  masa  yang  akan datang.

Macam-Macam Literasi

 


Ruang lingkup literasi seperti konsep kemampuan berbahasa terbagi atas empat aspek atau biasa disebut “Caturtunggal Bahasa” atau kemapuan berbahasa.dalam ilmu bahasa,keterampilan berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena ketika orang bisa menguasai keterampilan berbahasa seorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud. Farid ahmadi dkk, sejak lama membagi keterampilan berbahasa meliputi empat aspek. Empat aspek tersebut, yaitu (Ahmadi, 2019):

1.      Literasi Membaca

Membaca merupakan keterampilan yang berguna sepanjang hidup. Menurut Laily dalam Abdul Kholiq kemampuan membaca merupakan kemampuan memahami dan mengenali kata yang ada pada bacaan (Kholiq, 2018). Membaca diartikan sebagai upaya memahami dan menggunakan dalam berbagai jenis teks untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan membaca yaitu mengembangkan pengetahuan seseorang. Maka, membaca diartikan sebagai kegiatan memahami makna serta menggunakan informasi dalam suatu bacaan. Dengan memiliki kemampuan membaca anak akan mudah menyelesaikan tugas serta dapat memahami pelajaran dengan mudah.

Abidin berpendapat bahwa membaca merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk memiliki kemampuan membaca (Khasanah,2016). Membaca dilakukan tidak semata-mata untuk membaca saja tetapi mengembangkan keterampilan, kemampuan siswa dalam memahami, mengkritisi sebuah wacana yang tertulis. Membaca merupakan sebagian proses dari pendidikan dan dengan pendidikan siswa akan mengembangkan potensi yang dimilikinya serta menjadikan siswa berpikir secara rasional terhadap apa yang telah dibaca, didengar dan dilihat.

2.      Literasi Menulis

Menurut Marwoto menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan ide, gagasan, pengetahuan serta pengalamannya melalaui bahasa tulis (Mahmud, 2017). Dalam dunia pendididkan menulis diajarkan sejak usia dini. Meskipun menulis bukan aspek yang utama untuk anak usia dini, akan tetapi dengan kemampuan menulis akan membantunya saat belajar dan pendidikan selanjutnya. Menurut Lado dalam Ahmad Susanto menulis merupakan kemampuan menirukan dan melukiskan simbol-simbol secara alamiah (Susanto, 2011). Kegiatan menulis tidak diperoleh secara alamiah akan tetapi harus rajin dan rutin berlatih. Pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan pendekatan melalui cerita.

Sehubungan dengan pengertian menulis di atas, literasi menulis haruslah diartikan sebagai suatu proses yang bertujuan mengembangkan kemampuan menulis siswa. Guru harus membekali siswa dengan menggunakan strategi menulis yang sesuai dengan tahapannya. Dengan adanya kolaborasi antara guru dan siswa maka program literasi menulis di sekolah akan mencapai hasil memuaskan, dan tanpa adanya kolaborasi antara guru dan siswa maka kemampuan berbahasa anak tidak akan berkembang.

Tujuan program literasi menulis, yaitu:

a.       Kegiatan memahami teks.

b.      Program literasi menulis diorientasikan kepada siswa agar mampu berpikir kritis, problem solving dan kreatif.

c.       Membekali siswa dalam strategi menulis, sehingga siswa terhindar dari kesulitan saat menulis (Abidin, dkk, 2018).

3.      Literasi Menyimak

Sejak awal kehidupan menyimak telah digunakan. Indera pendengaran yang pertama digunakan untuk menyimak sebelum membaca, menulis dan berbicara. Menurut Tarigan, kemampuan menyimak merupakan kemampuan mendengarkan dan menanggapi isi cerita. Secara teoritis menyimak berbeda dengan mendengarkan. Mendengarkan merupakan bahasa reseptif pasif dari indra pendengaran. Serta mendengar sengaja atau tanpa tujuan. Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan secara aktif untuk memperoleh pesan dan informasi dari sesorang secara lisan. Menyimak merupakan kegiatan aktif untuk memahami subjek dengan komunikasi (memori) dan interpretasi (berfikir).

Menyimak merupakan aspek yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran terutama bahasa. Menyimak melibatkan suara dan bicara dan memberikan makna terhadap komunikasi yang disampaikan. Adapun faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak menurut pendapat Bromley yaitu:

a.       Faktor penyimak, hal ini berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap informasi yang telah disampaikan.

b.      Faktor situasi, faktir situasi berkaitan dengan lingkungan anak, untuk menyerap informasi terhindar dari gangguan suara dan bunyi-bunyian.

c.       Faktor pembicara, pembicara dalam hal menyimak ini yang dimaksud adalah guru harus bisa menyampaikan informasi dengan berbagai cara (redundancy) sehingga anak dapat menyimak secara aktif (Anggraeni, 2019).

Secara umum tujuan menyimak adalah memahami informasi atau pesan lisan yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak. Menurut Tarigan tujuan menyimak adalah:

a.       Belajar

b.      Mengevaluasi

c.       Menyampaikan ide-ide

d.      Memecahkan masalah

e.       Mengapresiasi (Anggraeni, 2019).

4.      Literasi Berbicara

Bahasa (language) dan bicara (speech) merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Hurlock berpendapat bahasa merupakan bentuk komunikasi yang ditimbulkan dari pikiran dan menyampaikan makna kepada orang lain. (Zubaidah, 2004) Anak memperoleh bahasa dari perbendaharaan kata yang diucapkannya maupun diucapkan orang lain. Menurut Brown & Yule, kemampuan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan kemampuan bunyi bahasa. Apabila anak tidak memiliki perbendaharaan kata atau kosa kata maka anak akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan pesan atau berbicara. Anak belajar bicara untuk pemenuhan kebutuhan. Anak akan lancar berbicara ketika ia sudah siap berbicara dan memiliki perbendaharaan kata. Ada dua aspek yang dapat mempengaruhi  berbicara anak usia dini yaitu aspek kognitif dan aspek bahasa.

Perkembangan berbicara merupakan perkembangan yang setiap harinya akan semakin baik, yang dibagi atas beberapa periode yaitu:

a.       Periode pralingual (preverbal)

b.      Periode lingual dini (awal verbal)

c.       Periode deferensiasi

d.      Periode pematangan (Karlina, 2018).

Dari   setiap   tahapan periode perkembangan berbicara tersebut terdapat beberapa aspek di dalamnya yaitu:

a.       Fonologis (anak usia dini belajar mengatur bunyi/suara menjadi makna/ bahasa).

b.      Semantik (tahapan kemampuan memahami bahasa)

c.       Sintaksis (tahapan kemampuan menempatkan kata menjadi suatu kalimat).

d.      Morfologis (tahapan kemampuan membedakan bentuk kata dan kalimat).

e.       Metalinguistik (tahapan kemampuan berbahasa serta berbicara dengan benar).

f.       Pragmatik (tahapan kemampuan penggunaan bahasa secara tepat).

Ciri – Ciri Gangguan Komunikasi

 


Anak berkebutuhan khusus biasanya diikuti dengan beberapa karakteristik atau ciri-ciri sesuai dengan gangguan yang di alami, bagi anak yang mengalami gangguan komunikasi terdapat 8 ciri-ciri, yaitu :

1.      Menurut Hallahan dan Kaufan (2006) dalam buku yang ditulis oleh Frieda menjelaskan bahwa anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah mereka yang tidak memiliki perhatian untuk berkomunikasi dengan orang-orang dilingkungannya dengan tujuan bersosial.

2.      Sewaktu kecil, gumaman yang biasanya muncul ketika anak sudah mulai atau sebelum dapat bicara tidak muncul. Ini terjadi pada anak yang terdiagnoasa autisma.

3.      Berbicara tapi ada hal yang abnormal dari segi intonasi, rate, volume dan isi bahasanya. Misalnya bicara seperti robot, mengulang-ulang perkataan yang didengar, sulit menggunakan bahasa karena mereka tidak sadar dengan reaksi pendengarnya.

4.      Sering tidak memahami ucapan yang ditujukan kepada mereka. Sulit memahami bahwa satu kata memiliki makna atau banyak arti.

5.      Meggunakan kata-kata yang aneh, seperti ketika melihat mobil mereka mengatakan “empat”.

6.      Terus mengalami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meskipun mereka sudah tahu jawaban dari pertanyaan tersebut. Contoh kecilnya adalah “Ma, itu kambing ya.?. Mereka tidak menghiraukan lawan bicaranya, yang jelas mereka suka dengan topik pembahasan yang diangkat dan tidak jarang memperpanjang pembicaraan.

7.      Sering mengulang-ngulang kata-kata yang baru atau pernah mereka dengar tanpa ada maksud untuk berkomunikasi sama sekali. Mereka sering berbicara dengan diri mereka atau benda yang disukai dengan bahasa mereka sendiri.

8.      Menarik diri dari lingkungan yang mereka tinggali, tidak paham dengan pembicaraan yang didengarnya, kesulitan dalam mengolah kata-kata.

9.      Memiliki gangguan komunikasi non verbal. Tidak pernah menggunakan gerak tubuh ketika berbicara layaknya orang-orang normal lain yang secara spontan terlihat ketika mereka berbicara.

10.  Pada gangguan lain, gangguan komunikasi biasanya terjadi kepada orang-orang yang tuna wicara yang memang tidak pernah tahu atau kesulitan untuk menyebut kata-kata ketika berkomunikasi karena adanya gangguan saraf yang mengontrol komunikasi verbal manusia.

Anak BK  sebenarnya sangat banyak mengalami gangguan komunikasi baik dengan skala besar maupun kecil meskipun dengan gangguan komunikasi tertentu. Misalnya anak retardasi mental, autis, tuna wicara dan tuna-tuna yang lain. Gangguan komunikasi pada anak autisma misalnya yang paling banyak disoroti karena mereka sangat jauh dengan dunia sosialnya, dunia mereka yang kemungkinan besar membuat mereka hanya merasa nyaman jika berada disana. Dengan demikian, hampir semua ABK mengalami gangguan komunikasi, baik itu retardasi mental dan gangguan yang lain.

Definisi Gangguan Komunikasi

 


Komunikasi merupakan suatu proses timbal balik yang terjadi antara pengirim dan penerima pesan. Proses komunikasi terdiri dari orang yang mengirim pesan, isi pesan, serta orang yang menerima pesan. Antara si pengirim pesan maupun si penerima pesan saling mempengaruhi. Orang yang menerima pesan akan menjawab atau memberi reaksi terhadap pengiriman pesan, sehingga terjadi interaksi antara pengirim pesan dan penerima pesan.

Dalam Buku Materi Pokok Mata Kuliah Gangguan Interaksi-Komunikasi (Permanarian Somad, 2007) dijelaskan bahwa istilah komunikasi (dalam bahasa Inggris communication) berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yang berarti memberi (impart). Communicare bersumber dari kata communis yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Komunikasi merupakan suatu aktivitas atau peristiwa transmisi informasi yang merupakan proses penyampaian informasi antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok melalui sistem simbol yang umum digunakan seperti pesan verbal dan tulisan, serta melalui isyarat atau simbol lainnya.

Untuk berlangsungnya suatu komunikasi, diperlukan adanya penggunaan sistem simbol yang sama-sama dimengerti oleh pelaku komunikasi sehingga didapatkan kesamaan makna. Apabila dua orang atau lebih terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Maka percakapan orang-orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila mereka, selain mengerti bahasa yang digunakan, juga mengerti maknanya.

Dalam komunikasi selalu ada tiga komponen yang terlibat yaitu pengirim pesan atau komunikator (a sender), pesan (a message), dan penerima atau komunikan (a receiver).

Secara terminologis, komunikasi berarti penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang pada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial (Sunardi dan Sunaryo, 2006:174). Pengertian komunikasi di sini lebih menekankan komunikasi sebagai alat hubungan sosial sebagai konsekuensi dari manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga untuk menjalankan perannya sebagai makhluk sosial manusia harus berkomunikasi.

Menurut Everet M. Rogers komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.

Menurut Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

Menurut Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.

Menurut Theodore M. Newcomb, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasiyang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif dari sumber kepada penerima.

Jadi komunikasi adalah suatu proses yang kompleks di dalam dan di antara dua mitra (atau lebih) antara pengirim pesan dan penerima pesan artinya selama proses interaksi tersebut dibangun dibutuhkan berbagai hal (tidak hanya kode-kode saja) tetapi dibutuhkan berbagai kemampuan seperti kemampuan untuk memberikan perhatian, menatap dan/atau mendengarkan, termotivasi dan mampu menafsirkan apa yang difahami, dan termotivasi untuk merespon.

The American Speech – Language – Hearing Assosiation (ASHA) mendefinisikan a communication disorder is “An impairment in the ability to receive, send, process, and comprehend concepts or verbal, nonverbal, and graphic symbol systems. A communication disorder may be evident in the processes of hearing, language, and/or speech. A communication disorder may range in severity from mild to profound. It may be developmental or acquired. Individuals may demonstrate one or any combination of the three aspects of communication disorders. A communication disorder may result in a primary disability or it may be secondary to other disabilities” (ASHA, 1993).

Komunikasi pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian pesan. Proses tersebut melibatkan dua pihak yang berkomunikasi yang masing-masing bertujuan membangun suatu makna agar keduanya memahami atas apa yang sedang dikomunikasikan. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pen- golahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan ter- tentu. Pada komunikasi lisan, terdapat istilah yang menjadi prasyarat utama, yaitu interaksi. Interaksi bertujuan mendapatkan makna yang sama-sama dimengerti oleh pihak-pihak yang berkomunikasi.

Bagaimana cara mengoptimalkan komunikasi berkenaan dengan interaksi pada anak usia dini?. Seyogyanya hal ini kita mulai dari lingkungan terdekat anak yaitu keluarga. Melalui pola komunikasi yang tepat seiring dengan kemampuan berbahasa orang tua yang akan ditrasfer pada anak lewat komunikasi yang efektif, maka segala hal positif berkenaan dengan tumbuhkembang anak yang sesuai harapan akan terpenuhi.

Beberapa teori pembelajaran bahasa anak dapat dijadikan bahan acuan analisis penyusunan strategi komunikasi terhadap anak usia dini sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangannya. Perkembangan strategi komunikasi berawal dari perkembangan bahasa anak. Bahasa anak awalnya berkembang secara alami. Proses ini dikenal dengan pemerolehan bahasa. Melalui interaksi dengan lingkungan anak memperoleh pengalaman yang memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa. Di samping itu, bahasa anak juga dapat distimulasi dengan berbagai cara. Stimulasi tersebut dikenal dengan pembelajaran yang direalisasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan belajar atau bermain. Agar pendidik dapat memberikan stimulasi yang tepat, pendidik perlu memiliki pengetahuantentang perkembangan bahasa.

About

Popular Posts