Permainan
ini dirancang sebagai permainan berkelompok. masing-masing anggota kelompok
diberi kartu yang beruliskan bilangan ratusan secara acak. Setelah itu mereka
disuruh untuk membuat formasi barisan berdasarkan urutan yang dikehendaki,
mulai dari yang terkecil atau mulai dari yang terbesar secepat mungkin.
Kelompok yang bisa menyusun barisan paling cepat sesuai urutan menjadi
pemenang. Demi keleluasaan bermain, sangat disarankan permainan ini dilakukan
di luar ruangan.
Kartu bisa dibuat dari kertas
yang tidak terpakai, bisa dari bahan bekas kartun minuman yang dipotong dengan
ukuran sama. Misalnya ukuran 12 cm X 17 cm. Menentukan ukuran kartu
bilangan cukup kita perhitungkan bahwa kartu tersebut jika ditulisi bilangan
ratusan, masih bisa terbaca jelas dalam jarak 5-7 meter. Biaya yang dikeluarkan
untuk media ini cukup sebuah gunting ukuran sedang serta 2 atau 3 spidol besar
baik yang permanen atau board maker. Murid murid dalam permainan ini secara
tidak langsung juga belajar bekerja sama dalam kelompok dan bagaimana
mengembangkan komunikasi yang efektif dalam kelompok mereka. Permainan ini juga
bisa dimodifikasi menjadi sebuah permainan bisu atau permainan buta. Pada
permainan bisu, mereka dilarang meneriakkan angka mereka, hanya boleh
menunjukkan angka pada kartu mereka.
Sebaliknya
pada permainan buta mereka tidak boleh menunjukkan angka pada kartu mereka
namun boleh meneriakkannya. Dengan modifikasi ini mereka bisa belajar, proses
komunikasi mana yang lebih efektif, meneriakkan nomor yang ada pada kartunya
atau menunjukkan kartunya sambil memperhatikan kartu teman sekelompoknya.
Modifikasi ini juga mengaktifkan secara serentak semua panca indra murid dan
saraf motorik mereka. Dengan demikian konsep makna angka yang mereka pegang
pada kartunya lebih dipahami murid. Murid bisa membaca angka pada kartu, tahu
bagaimana bentuk tulisannya dan yang terpenting mengerti maknanya.
Bermain Kartu Bilangan
Kartu bilangan
adalah kartu yang memuat satuan matematika yang akrab dan dapat diunitkan,
ditambah, atau dikalikan. (KBBI,
2001:510)
Jadi pengertian
bermain kartu bilangan adalah melakukan suatu pekerjaan yang menyenangkan
dengan menggunakan kartu yang memuat satuan matematika yang akrab dan dapat
diunitkan, ditambah, atau dikalikan. Hal ini
dapat merangsang rasa keingintahuan anak agar anak dapat belajar sambil
bermain dengan menggunakan kartu bilangan.
Dalam
bermain kartu bilangan hendaknya dibimbing oleh
pengajar yang notabene adalah orang-orang yang telah mendapat pendidikan
anak usia dini, sedangkan dalam pendidikan non formal, pengajarnya bukanlah
selalu orang yang berlatar pendidikan guru. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
lebih banyak difokuskan pada bidang dasar (basic), yaitu membaca, menulis, dan
berhitung yang dikenal dengan “Three Rs” (Tiga R), yaitu Reading,
Writing, dan Aritmathic. Istilah “Back to Basic” yang sering
didengar tidak lain merupakan istilah “Tiga R” tersebut, yang artinya
mengembalikan fokus pembelajaran di Taman Kanak-kanak atau Sekolah Dasar kelas
awal kearah kegiatan membaca, menulis, dan berhitung. Di Indonesia “Tiga R”
dikenal dengan istilah “calistung”, yaitu membaca, menulis, dan berhitung.
Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak tidak sekedar untuk mengembangkan
“Tiga R”, tetapi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, terutama
aspek kognitif. Di samping itu matematika juga berfungsi untuk mengembangkan
kecerdasan anak, khususnya kecerdasan yang oleh Gardner (Hidayat, 2003:55) disebut Logico-mathematics.
Kecerdasan Logico-mathematics menyangkut kemampuan seseorang menggunakan
bilangan, operasi bilangan dan silogisme. Matematika atau berhitung merupakan
hal yang akrab dalam kehidupan manusia. Setiap hari, bahkan setiap menit orang
menggunakan matematika. Belanja, menghitung benda, waktu, tempat, jarak, dan
kecepatan merupakan fungsi matematis.
Memahami
grafik, tabel, berat, dan volume juga merupakan fungsi matematika. Dengan kata
lain matematika sangat penting bagi kehidupan kita. Pada proses perkembangan
pada anak usia dini, pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka dan operasi
bilangan matematis. Secara bertahap sesuai perkembangan mentalnya anak belajar
membilang, mengenal angka dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata
dengan simbol-simbol matematika. Sebagai contoh, sebuah jeruk diberi simbol
angka “1” dan dua buah jeruk diberi simbol dengan angka “2”. Demikian pula
simbol “+” yang berarti dijumlah dan simbol “-“ yang berarti dikurangi.
No comments:
Post a Comment