Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Friday, January 8, 2021

Pendidikan Karakter

 


Menurut kamus Bahasa Indonesia definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam   usaha mendewasakan manusia upaya pengajaran dan pelatihan. Secara etimologis, kata karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang  membedakan seseorang dengan orang lain. Dalam bahasa Inggris, karakter (character) diberi arti a distinctive differentiating mark, tanda atau sifat yang membedakan seseorang dengan orang lain.[1]

Sedangkan secara terminologis, para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda  mengenai karakter. Doni Koesoema[2] menjelaskan bahwa kita sering mengasosiasikan karakter dengan apa yang disebut temperamen yang membina definisi yang menuntut unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Kita juga bisa memahami karakter dari sudut behavior yang menekan unsur psikis yang dimiliki individu sejak lahir. Di sini istilah karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari seseoarang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.

Dalam kamus sosiologi, istilah karakter menurut Sunarta adalah ciri khusus dari struktur dasar kepribadian seseorang (watak). Sedangkan watak yang diperoleh (character acquired) merupakan atribut seseorang yang perkembangannya berasal dari sumber lain di luar dirinya oleh karena berhubungan dengan lingkungan alam atau sosial. Karakter juga dapat diartikan personality bagi individu, dan karakteristik (characteristic) bagi kelompok atau kebudayaan yang menjadi identitasnya. Kita juga mengenal istilah characterization yaitu proses pengambilan ciri-ciri tertentu melalui warisan atau karena lingkungan atau karena kombinasi keduanya.[3]

Menurut Endang Sumantri, kata karakter dapat dilacak dari kata latin Kharakter,  kharasein dan kharax, yang  maknanya tools for aking, to engrave, dan pointed stake. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis “caracter” pada abad ke-14 dan kemudian masuk ke dalam bahasa inggris menjadi “character” sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia ‘karakter’. Sementara itu Wynne menjelaskan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, orang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan  kaidah moral.[4]

Dari berbagai pendapat itu dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah sifat yang mantap, stabil dan khusus yang melekat dalam pribadi seseorang yang membuatnya bersikap dan bertindak secara spontan, tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan dan tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu.

Dari konsep karakter ini muncul istilah pendidikan karakter (character education). Terminologi pendidikan karakter  mulai dikenalkan sejak tahun 1990-an.Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku yang berjudul Educating for character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility.[5] Melalui buku itu, ia menyadarkan dunia barat akan pentingnya pendidikan karaker. Sedangkan di Indonesia sendiri, istilah pendidikan karakter mulai diperkenalkan sekitar tahun 2005-an. Hal itu secara implisit ditegaskan dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional ( RPJN) Tahun 2005-2015, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan  untuk mewujudkan sisi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila. “Lalu, apa itu pendidikan karakter? Dalam rencana aksi nasional pendidikan karakter disebutkan bahwa pendidikan karakter adalah” pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan akhlak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.”[6]

Manusia adalah makhluk yang memiliki tabiat, potensi dan kecenderungan ganda, yakni positif ke arah baik atau negatif ke arah buruk. Sifat dasar inilah yang kemudian akan dapat berubah, baik bertambah, berkembang, atau bahkan hilang seiring pertumbuhan usianya. Perubahan tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai hal, baik internal maupun eksternal.

Dan ayat ini dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT telah memberi ilham atau jalan kepada semua manusia mengenai mana yang baik dan mana yang buruk. Namun hal ini tergantung kepada manusia itu sendiri apakah akan memilih jalan yang baik atau jalan yang buruk. Orang yang memilih jalan yang baik tentu menjadi sebuah keberuntungan baginya sedangkan sebaliknya orang yang memilih jalan kejahatan maka akan merugi baik ketika hidup di dunia maupun nanti kelak di akhirat.

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”[7]

Dengan melihat ayat di atas terdapat kelemahan dalam diri semua orang (bisa jaksa, ustad, guru, polisi, hakim, dosen, pejabat negara dan lain sebagainya), bahkan orang-orang yang beragama, tokoh partai, tokoh organisasi dan lain sebagainya yang hafal tentang rumus-rumus, undang-undang, ayat-ayat, tetapi belum mampu melaksanakan apa yang ia ketahui dan ia hafal dalam kehidupan sehari-hari, korupsi, mudah tergoda oleh berbagai  bujuk rayu, iming-iming, kepentingan golongan, ekonomi, agama, partai dan lain sebagainya.

Dari gambaran tersebut, bangsa Indonesia sangat memerlukan sumber manusia dalam jumlah dan mempunyai kualitas karakter yang memadai, konsisten, jujur, kepribadian yang menyatu antara perkataan dan perbuatannya serta bertanggung jawab sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut pendidikan memiliki peran yang sangat penting, untuk mengubah bangsa ini dan warga negaranya serta masyarakat sipil, pejabat negara, institusi sosial kemasyarakatan dan keagamaan untuk intropeksi diri serta melakukan langkah-langkah perbaikan menangani krisis multidimensional bangsa ini. Ayat Al- Qur’an di atas yaitu surat Ash-Shaff ayat 2-3 di samping mendidik kaum muslimin dengan keimanan yang lurus, Al-Qur’an juga sangat menaruh perhatian untuk mengarahkan mereka pada amalan yang Shaleh. Sebab keimanan yang benar tidak boleh tidak harus terungkap dalam tingkah laku dan tindakan. Ini dilaksanakan dengan menghiasi diri dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur, cinta berbuat baik pada orang lain dan bersegera dalam melaksanakan apa yang diridhai Allah SWT dan Rasul-Nya.

 

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad saw juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik. Dengan bahasa yang sederhana, tujuan dari pendidikan adalah mengubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.[8]

Pendidikan Karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Dalam karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan           nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

 

Menurut Dharma, dkk,[9] tujuan penting pendidikan karakter adalah memfasilitasi pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah dan setelah lulus dari sekolah.

Sedangkan tujuan pendidikan karakter yang diharapkan Kementerian Pendidikan Nasional adalah:

a.        Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

b.       Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

c.        Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

d.       Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

e.        Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).[10]

Doni Koesoema dalam bukunya mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk kepentingan pertumbuhan individu secara integral, pendidikan karakter semestinya mempunyai tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus (on going information). Tujuan jangka panjang ini tidak sekadar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan itu tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang semakin mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus-menerus, antara idealisme, pilihan sarana dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.[11]

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakannya pendidikan karakter, baik di sekolah, madrasah, maupun di rumah adalah dalam rangka mencetak manusia agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, mandiri, demokratis serta memiliki tanggung jawab yang tinggi, mampu hidup tenang dan produktif dalam kehidupan bersama.

4. Nilai-Nilai Yang Dikembangkan Dalam Pendidikan Karakter 

Kementerian Agama, melalui Direktorat Jendral Pendidikan Islam mencanagkan nilai karakter dengan merujuk pada Muhammad SAW sebagai tokoh agung yang paling berkarakter. Empat karakter yang paling terkenal dari Nabi Muhammad SAW adalah shidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabliq (menyampaikan kebenaran), dan fathonah (cerdas). Namun demikian, dalam pembahasan ini tidak mencakup empat nilai karakter versi Kementerian Agama tersebut, melainkan fokus pada 18 nilai karakter versi Kemendiknas. Menurut Suyadi nilai karakter versi Kemendiknas telah mencakup nilai-nilai karakter dalam berbagai agama, termasuk Islam. Di samping itu, 18 nilai karakter tersebut telah disesuaikan dengan kaidah-kaidah ilmu pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif diterapkan dalam praktis pendidikan, baik sekolah maupun madrasah. Selain itu, 18 nilai karakter dari Kemendiknas telah dirumuskan standar kompetensi dan indikator pencapaiannya di semua mata pelajaran.[12]

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah sebenarnya telah mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, budaya, dan falsafah bangsa, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.[13]

Nilai-nilai karakter tersebut merupakan implementasi dari Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Nilai-nilai karakter versi Kemendiknas dapat dilihat dalam tabel berikut:[14]

Tabel 1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

No

Nilai

Deskriptif

1.      

Religius

Ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain serta hidup rukun dan berdampingan.

2.      

Jujur

Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan, sehingga menjadikan orang yang

bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3.      

Toleransi  

Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka serta dapat hidup tenteram di tengah

perbedaan tersebut.

4.      

Disiplin

Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5.      

Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.

6.      

Kreatif

Sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah.

7.      

Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak bergantung kepada orang lain.

8.      

Demokratis

Sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

9.      

Rasa  ingin tahu

Cara berpikir, sikap ingin tahu yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal.

10.   

Semangat  kebangsaan

Sikap dan tindakan yang menepatkan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya.

11.   

Cinta  tanah air

Sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan tinggi terhadap budaya, bahasa dan sebagainya.

12.   

Menghargai prestasi

Sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat prestasi yang lebih tinggi.

13.   

Bersahabat

Senang bersahabat atau proaktif

14.   

Cinta damai

Sikap dan perilaku yang mencerminkan cinta damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

15.   

Gemar  membaca

Kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, sehingga menimbulkan berbagai kebijakan dalam dirinya

16.   

Peduli  lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17.   

Peduli  sosial

Sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan.

18.   

Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajiban baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama.

 

5. Penerapan Pendidikan Karakter

Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui langkah-langkah pengembangan pembentukan karakter dengan cara memasukkan konsep karakter dalam pembelajaran, pembuatan slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dan pemantauan secara kontinyu serta melalui pelaksanaan program-program pembinaan kejiwaan, kerohanian, kepribadian, kejuangan, jasmani, dan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. Pendidikan karakter secara komprehensif dilaksanakan melalui tiga bentuk kegiatan yaitu dalam proses pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan.

a.    Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran.

Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai. Fasilitasi diperoleh kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran. Baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku terhadap budi pekerti.

b.   Pendidikan Karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah

Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter juga terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah, antara lain : (a). Penilaian terhadap tata tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan hukuman atau pembinaan; (b). Penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah; (c). penyediaan kotak saran; (d). Penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah misalnya: shalat dzuhur berjamaah; (e). Salim-taklim (jabat tangan) setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah; pengelolaan dan kebersihan ruang kelas oleh siswa dan bentuk-bentuk kegiatan lainya.

c.    Pendidikan Karakter secara terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan

Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidikan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat pembentukan karakter antara lain : olah raga (sepak bola, bola voli, kasti dan lain-lain). Keagamaan (baca tulis Al-Qur’an, shalat dhuha berjamaah, yasinan (setiap hari jumat), pembiasaan surat-surat pendek, ibadah).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk pendidikan karakter terpadu dalam tiga kegiatan yaitu terpadu atau terintegrasi dengan proses pembelajaran pada semua mata pelajaran, terpadu dalam manajemen sekolah dan terpadu dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.[15]



[1] Amirulloh Syarbini, Buku pintar pendidikan karakter, (Bandung : as@-prima pustaka, 2012). hlm. 13

[2] Amirulloh Syarbini, Buku pintar pendidikan karakter, (Bandung : as@-prima pustaka, 2012). hlm.14

[3] Amirulloh Syarbini, Buku pintar pendidikan karakter, (Bandung : as@-prima pustaka, 2012). hlm, 14-15

[4] Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, (Bandung : as@-prima pustaka, 2012). hlm 15

[5] Thomas Lickona, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. (New York: Bantam Books, 1993)

[6] Amirulloh Syarbini, Buku pintar pendidikan karakter, (Bandung : as@-prima pustaka, 2012). hlm. 16

[7] Depag RI, Al-„Aliyy Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2003) hlm. 318

[8] Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 30.

[9] Dharma Kesuma, dkk. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011). hlm. 15

[10] Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: 2010), hlm. 7

[11] Doni Koesuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 135

[12] Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 7.

[13] Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, (Bandung : as@-prima pustaka,2012). hlm 25

[14] Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: 2010), hlm. 9-10.

[15] Sanjaya, W.  Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006). hlm. 45

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts