Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Wednesday, January 16, 2019

Kajian Pustaka Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini




A. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak (Sujiono, 2009:6).
Anak usia dini atau anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf, 2005:162).
Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Di samping memiliki kesamaan, anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
12
Pada saat memasuki usia 3 tahun, biasanya seorang anak akan semakin mandiri dan mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan usia anak mulai menyadari tentang apa yang dirasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan yang belum mampu dilakukan. Selain itu, pola kegiatan bermainnya pun telah berubah karena anak mulai memasuki tahapan bermain paralel di mana seorang anak bermain dengan anak lain tanpa interaksi dan tidak mau memberikan mainannya ketika ada yang ingin meminjam atau sebaliknya menolak mengembalikan mainan yang dipinjamnya. Hal ini berdampak pada kegiatan bermain mereka yang seringkali diwarnai dengan konflik atau pertikaian yang biasanya hanya bersifat sementara saja (Sujiono dan Sujiono, 2010:23).
         Pada hakikatnya anak usia dini selalu termotivasi untuk bermain. Artinya bermain secara alamiah memberi kepuasan pada anak. Melalui bermain bersama dalam kelompok atau sendiri tanpa orang lain, anak mengalami kesenangan yang lalu memberikan kepuasan baginya (Montolalu, 2009:2).
         Menurut Montessori (dalam Putra dan Dwilestari, 2012:35) mengemukakan bahwa “Anak usia dini menyerap ilmu pengetahuan secara langsung ke dalam alam psikisnya. Semata-mata dengan melanjutkan hidup, anak belajar menuturkan bahasa ibu/aslinya dan menciptakan otot mentalnya sendiri menggunakan semua hal yang dijumpainya disekelilingnya untuk tujuan itu.”
Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1)    Anak-anak pada usia tersebut menunjukkan perilaku yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak kasar pada saat-saat tertentu.
2)   Anak mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih sulit untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan.
3)   Pada suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan dapat bekerja sama dengan teman dan orang lain tetapi pada saat yang lain mereka menjadi anak yang pengatur dan penuntut.
4)   Anak mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali terlihat berbicara sendiri dengan suara keras ketika mereka memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan, serta
5)   Secara fisik, anak memiliki tenaga yang besar tetapi rentang konsentrasinya pendek sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.
Karakteristik anak usia dini berdasarkan ilmu jiwa modern menurut Kartono (1990:109) adalah :
1)   Bersifat egosentif-naif mementingkan diri sendiri, sebab secara naif dia sangat terkait pada dirinya sendiri sebagai dari awal perkembangan kehidupan jiwanya. Anak berpendapat bahwa pribadi jiwanya adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya.
2)   Mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif. Anak berkeyakinan bahwa orang lain itu menghayati dan merasakan setiap peristiwa seperti penghayatan sendiri (anak membangun dunianya sesuai dengan khayalan dan keinginannya), kehidupan individual dan sosial masih belum terpisahkan oleh anak.
3)   Ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas. Dunia lahiriah dan batiniah anak masih belum terpisahkan, oleh karena itu pribadi anak tampak polos, yang tampak polos dengan perilakunya.
4)   Sikap hidup yang fisiognomis, anak secara langsung memberikan sifat lahiriah (sifat konkrit, nyata, seperti sifatnya benda-benda) pada setiap penghayatannya.
Jadi anak usia dini merupakan masa dimana anak sedang berada pada fase perkembangan yang perlu mendapatkan bimbingan dan pengarahan yang tepat sehingga potensi yang dimilikinya akan berkembang dengan baik.

B. Kemampuan Motorik
1. Pengertian Motorik
Motorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan penggerak (Poerwadarminta, 2003:538). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak. Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak. Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat mengagumkan terbentuk pada periode prenatal/dalam kandungan (Gesell, dalam Santrock, 2007:58).
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Misalnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Selain itu teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor diantaranya yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Hal ini akan terlihat ketika misalnya anak akan mulai berjalan. Jika sistem syarafnya sudah matang, proposi kakinya cukup kuat menopang anak itu sendiri sekaligus ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah masa anak-anak, yang mana terjadi dalam usia anak dan terbagi dalam 3 tahapan yaitu usia 0 sampai 3 tahun, usia 3 sampai 6 tahun, dan usia 6 sampai 11 tahun. Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak, karena motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996:54) sebagai berikut:
1)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3)   Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4)   Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang terpinggirkan
5)   Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang menyetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot semakin matang memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.
2. Faktor yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik
Pencapaian suatu keterampilan dianggap dipengaruhi oleh banyak faktor. Diikuti beberapa variasi yang mempengaruhi pola perkembangan motorik anak. menurut Depdiknas (2008:6) perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya. Lebih lamjut dikatakan bahwa tahapan perkembangan motorik anak pra sekolah yaitu tahap verbal kognitif, tahap asosiatif, dan tahap otomatisasi.
Menurut Mahendra (1998:25) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan motorik anak yaitu (1) faktor proses belajar, (2) faktor pribadi dan (3) faktor situasional (lingkungan). Ketiga faktor inilah yang diyakini telah menjadi penentu utama dari tercapainya tidaknya keterampilan yang dipelajari.
Adapun definisi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembagan motorik juga dikemukakan oleh Rahmatia (2008:18) yang menyatakan bahwa perkembangan fisik anak dipengaruhi oleh faktor keturunan dalam keluarga, jenis kelamin, gizi, kesehatan, status sosial, ekonomi, dan gangguan emosional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tubuh secara langsung akan menentukan keterampilan gerak anak, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak dalam memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain.
Menurut Sujiono (2009:28) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan keterampilan gerak yaitu faktor tampilan dan faktor lingkungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor tampilan paling sering berpengaruh pada keterampilan gerak tertentu, faktor tampilan dapat berupa ukuran tubuh, pertumbuhan fisik, kekuatan, danberat tubuh serta sistem syaraf.
Hurlock (1996:25) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik yaitu faktor keturunan, kehamilan dan kelahiran, kondisi anak, dan motivasi.
1) Faktor keturunan
Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik. Anak yang memiliki IQ tinggi menunjukkan perkembangan motorik yang lebih cepat daripada anak yang memiliki IQ normal atau di bawah normal.
2) Kehamilan dan kelahiran
Kondisi status gizi ibu dan lingkungan yang baik saat ibu hamil mendorong perkembangan janin yang baik sehingga perkembangan motorik anak juga akan baik. Kelahiran yang sukar terlebih lagi kelahiran yang mengakibatkan trauma kepala akibat jalan lahir pada umumnya menghambat perkembangan motorik. Anak dengan riwayat lahir prematur juga memiliki perkembangan motorik yang lebih lambat daripada anak yang lahir normal.
3) Kondisi anak
Status gizi anak yang baik pada dasarnya akan mempercepat perkembangan motorik anak. Keadaan cacat fisik yang terdapat pada anak, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik.

4) Motivasi
Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. Perlindungan orangtua yang berlebihan akan menghambat berkembangnya kemampuan motorik. Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan.
Hurlock (1956, dalam Yusuf, 2005:46) menyatakan ada beberapa alasan penting tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan anak, yaitu:
1)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Misalnya anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan memainkan alat-alat mainan.
2)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessness) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang bebas atau tidak bergantung (indenpendence). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan dapat menunjang perkembangan rasa percaya diri (self confidence).
3)   Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4)   Melalui perkembangan motorik yang normal, anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil.
5)   Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self consept atau kepribadian anak.

3. Jenis Motorik
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya (Sunardi dan Sunaryo, 2007:113-114). Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari pada motorik halus, misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang ukuran besar dari pada ukuran yang kecil.
Karena anak belum mampu mengontrol gerakan jari-jari tangannya untuk kemampuan motorik halusnya, seperti meronce, menggunting dan lain-lain. Sujiono (2007:13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak.
Menurut Sukamti (2007:72) bahwa aktivitas yang menggunakan otot-otot besar di antaranya gerakan keterampilan non lokomotor, gerakan lokomotor, dan gerakan manipulatif. Gerakan non lokomotor adalah aktivitas gerak tanpa memindahkan tubuh ke tempat lain. Contoh, mendorong, melipat, menarik dan membungkuk. Gerakan lokomotor adalah aktivitas gerak yang memindahkan tubuh satu ke tempat lain. Contohnya, berlari, melompat, jalan dan sebagainya, sedangkan gerakan yang manipulatif adalah aktivitas gerak manipulasi benda. Contohnya, melempar, menggiring, menangkap, dan menendang.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Kedua jenis perkembangan motorik anak tersebut akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya sampai dewasa kelak. Karena kedua jenis motorik tersebut akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap perkembangan anak sebagai individu yang menjalankan berbagai aktifitasnya sehari-hari.
C. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
1. Pengertian Motorik Halus
Menurut Sujiono dkk (2009:1.14) motorik halus adalah “gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.”
Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti: melipat kertas, menganyam kertas.
Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental. Menurut Hildayani dkk (2008:8.5) Perkembangan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan di bagian jari-jari tangan. Contohnya menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk.
Sedangkan menurut Sumantri (2005:143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.
Hal yang sama dikemukakan oleh Mahendra (dalam Sumantri 2005:143) “keterampilan motorik halus merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil”. Menurut Mangli (dalam Sumantri 2005:143), keterampilan ini melibatkan koordinasi syaraf otot yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering disebut sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan. Menulis, menggambar, bermain piano adalah contoh-contoh keterampilan tersebut.
Saputra dan Rudyanto (2005:118) juga mengatakan bahwa “motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng”.
Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup resleting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus dan lain sebagainya.
Selain gerakan motorik halus seperti: menyikat gigi, menyisir, membuka dan menutup resleting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu, ada aktivitas lainnya yang dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak diantaranya adalah mencocok, menjepit, mengambil benda dengan capit, dan menjahit gambar.
Pada usia 3 (tiga) tahun gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Namun, posisi jari-jarinya masih belum cukup jauh dari mata pensil. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang pensil warna atau krayon untuk menggambar.
Kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tak sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian motorik halus adalah kemampuan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang sering membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang tepat seperti menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk, dan lain-lain.
2. Tahap-tahap Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada anak usia dini terjadi secara bertahap. Menurut Fiits dan Postner (dalam Sumantri 2005:101) proses perkembangan belajar motorik halus anak usia dini terjadi dalam 3 (tiga) tahap yaitu:
1) Tahap Verbal Kognitif
Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari.
2) Tahap Asosiatif
Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Pada tahap ini anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari.
3) Tahap Otomatis
Pada tahap ini dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak.Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu anak harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik.
Menurut Sujiono (2009:14) secara umum ada tiga tahap perkembangan keterampilan motorik halus pada anak usia dini, yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous. Pada tahap kognitif anak berusaha memahami keterampilan motorik halus serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan tertentu. Tahap asosiatif anak banyak belajar dengan cara coba meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali. Tahap autonomous gerakan yang ditampilkan anak merupakan respon yang efisien dengan sedikit kesalahan dan anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.
3. Prinsip-prinsip Perkembangan Motorik Halus
Anak usia dini mengalami perkembangan dalam kemampuan motorik halusnya. Sebagai orang dewasa khususnya sebagai guru yang mengarahkan perkembangan kemampuan anak tersebut hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dalam pengembangan kemampuan motorik halus anak.
Menurut Sumantri (2005:147) pendekatan pengembangan motorik halus anak usia TK hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)       Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan baik fisik maupun psikis. Dengan demikian, ragam jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
2)       Belajar sambil bermain
Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia dini 4-6 tahun hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna.
3)       Kreatif dan inovatif
Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
4)       Lingkungan kondusif
Linkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik atau dengan temannya.
5)       Tema
Apabila kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenali berbagai konsep secara mudah dan jelas.
6)       Mengembangkan keterampilan hidup
Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup. Pengembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu:
a)     Memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin dan sosialisasi.
b)     Memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada jenjang selanjutnya.
7)       Menggunakan kegiatan terpadu
Kegiatan pengembangan hendaknya dirancang dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak (center of interest).
8)       Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
a)     Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis.
b)     Siklus belajar anak selalu berulang
c)     Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lain.
d)     Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya.
e)     Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.

Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini perlu menekankan pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan motorik dan pengembangan lainnya terdapat dua hal yang seyogyanya tidak dilupakan, pertama adalah pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan pengembangan daya fikir dan daya cipta anak. Hal kedua adalah bila anak tanpa bergerak bebas, tanpa kesempatan bermain dan tanpa kesempatan menjelajahi lingkungannya anak akan kurang tumbuh kembang secara optimal.
Dari prinsip pembelajaran di atas sebagai seorang pendidik kita akan dengan mudah mengajar di Taman Kanak-kanak dengan menjadikan prinsip pembelajaran tersebut sebagai acuan pengajaran di Taman Kanak-kanak sehingga kebutuhan anak dalam belajar dan kemampuan anak dalam mengembangkan aspek perkembangannya khususnya aspek motorik halus dapat dikembangkan dengan baik.

4. Tujuan Perkembangan Motorik Halus
Menurut Sumantri (2005:145) aktivitas pengembangan keterampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan menggunting, memotong merangkai benda dengan benda (meronce).
Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa), kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan keterampilan motorik halus lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.
Kemudian Saputra dan Rudyanto (2005:115) menjelaskan tujuan dari pengembangan motorik halus yaitu “mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan mata dengan tangan, mampu mengendalikan emosi”.
Pengembangan motorik halus dilakukan agar otot-otot kecil seperti jari tangan dapat berfungsi dengan baik. Selain itu pengembangan motorik halus dilakukan agar terjadi koordinasi yang baik antara kecepatan mata dengan tangan serta emosi dapat dikendalikan dengan baik. 
Sedangkan menurut Sumantri (2005:146) tujuan pengembangan motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan serta mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Begitu pula halnya seperti diungkapkan oleh Depdiknas (dalam Sumantri 2005:146) secara khusus tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia TK (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik halus anak tidak terlalu membutuhkan tenaga yang kuat, namun lebih terpaku pada koordinasi mata dan tangan yang lebih cermat. Hal tersebut memungkinkan anak untuk dapat mengurus dirinya sendiri misalnya menyisir rambut, menggosok gigi, mengancingkan baju dan lain-lain.

5. Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada seorang anak sangat penting bagi perkembangan bagi kehidupannya. Menurut Suyanto (2005:51) menyatakan bahwa :
Motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu, dan menggunting. Berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat, mengelem, menggunting kertas melatih motorik halus pada anak. Demikian pula menggambar bebas dengan kuas besar, kuas kecil, dan mewarnai mengembangkan otot-otot halus pada jari tangan. Hal itu akan sangat bermanfaat untuk melatih jari anak agar bisa memegang pensil dan belajar menulis kelak.

Sedangkan menurut Saputra dan Rudyanto (2005:116) mengatakan “fungsi pengembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi”. Sumantri (2005:146) juga menjelaskan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain.
Untuk meningkatkan fungsi motorik halus anak maka diperlukan usaha-usaha dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Menurut Wijaya (my.opera, 2008) upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menggunting kertas
Kegiatan memegang dan menggerakkan gunting melatih otot-otot yang sama yang akan digunakan untuk menulis. Posisi yang benar adalah ibu jari dan jari tengah berada dalam lubang gunting jari telunjuk berada di bagian luar lubang gunting untuk menstabilkan gerak gunting. Sementara jari keempat dan kelima menekuk ke arah telapak tangan.
2) Melipat kertas
Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot telapak tangan anak, yaitu saat anak melipat dan menekan lipatan itu. Kekuatan bagian telapak tangan dan jari dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan pensil.
3) Menyambung titik-titik
Ajak anak melatih keterampilan motoriknya dengan menyambung titik-titik kecil membentuk sebuah gambar karena keterampilannya ini dibutuhkannya untuk menulis. Jangan paksa anak ketika anak tidak mau menyelesaikan latihannya karena otot lengan bagian atas memegang masih terbatas.
4) Meronce dan menjahit
Kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Cara anak memegang benang untuk dimasukkan ke dalam lubang sama anak ketika anak memegang pensil untuk menulis. Meronce adalah teknik membuat benda pakai atau benda hias dari bahan manik-manik atau biji-bijian yang dirangkai dengan benang. Menjahit adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk anak usia dini sebagai upaya untuk mengembangkan keterampilan motorik halus. Selain untuk mengembangkan keterampilan motorik halus menjahit juga dijadikan media pendidikan yang dapat membantu anak meningkatkan konsentrasi, kemampuan logika, dan melatih koordinasi mata dan tangan anak, juga untuk kemampuan menulis dan meningkatkan kemampuan gerakan tangan, pergelangan tangan dan jari.
6. Tahapan Kemampuan Motorik Halus
Tahapan kemampuan motorik halus anak usia dini dan cara menstimulasinya (Wijaya, my.opera, 2008) sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tahapan Kemampuan Motorik Halus
Usia
Kemampuan
Stimulasi
5 tahun
Mewarnai dengan rapi (tidak keluar dari gambar)
Menulis namanya sendiri
Melipat sehelai pakaian
Memakai pakaian
Mencoba untuk mengancingkan baju dan memakai sepatu walaupun masih dibantu
Melakukan aktivitas mandi dengan bantuan
Belajar mewarnai bentuk sederhana
Berlatih memakai pakaian yang berkancing dan sepatu tanpa tali
Berlatih melipat kertas dengan bentuk yang sederhana
6 tahun
Dapat menulis huruf cetak ataupun latin dengan rapi termasuk menulis angka
Dapat membuat berbagai bentuk geometris
Berpakaian tanpa dibantu
Memakai sepatu bertali dengan sedikit bantuan mewarnai dengan rapi
Menggunting tanpa ada hambatan dapat melakukan aktivitas di kamar mandi tanpa bantuan
Dapat menyelesaikan puzzle 12 keping
Latihan menulis dengan beberapa variasi huruf
Latihan membuat bentuk geometris
Bermain puzzle dengan kesulitan yang lebih kompleks
Membiasakan anak mandi sendiri
Membiasakan anak berpakaian tanpa dibantu

D. Kegiatan Menjahit
Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang, pepagan dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang.Menjahit dapat dilakukan dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan mesin jahit. (https://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit).
Sedangkan menurut Sujiono (2009:14) menjahit adalah salah satu kegiatan yang dilakukan anak usia dini untuk mengembangkan ketrampilan motorik halus. Menjahit juga di jadikan media pendidikan yang dapat membantu anak meningkatkan konsentrasi dan koordinasi mata dan tangan.
Menjahit untuk anak tidak sama dengan menjahit untuk dewasa. Pada dasarnya teknik menjahit untuk anak sama dengan teknik menjahit yang dilakukan orang dewasa, yaitu menggunakan benang, jarum dan bahan. Namun untuk anak, kain, jarum dan benang yang digunakan sedikit berbeda. Bahan dan alat menjahit untuk anak diciptakan dengan memenuhi kriteria keamanan dan mudah untuk dipegang.
Menjahit adalah merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk anak usia dini yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus. Alat permainan menjahit sampai saat ini banyak dipasarkan dengan bentuk  dan model yang bermacam-macam. Tidak hanya berbentuk 2 dimensi tapi semakin banyak alat permainan menjahit yang berbentuk 3 dimensi. Berikut ini disajikan beberapa mainan menjahit untuk anak dengan berbagai variasi dan kreativitas.
Salah satu alat kegiatan menjahit adalah meronce, memasukkan benda-benda yang berlubang kedalam tali. Permainan ini tergolong menjahit. Beberapa alat mainan dibuat berbentuk binatang dan berbentuk buah. Jika dilihat sekilas alat permainan tersebut tidak seperti alat permainan menjahit, namun pada prinsipnya teknik yang digunakan adalah teknik menjahit. Alat permainan ini tersedia dalam berbagai tingkat kesulitan. Untuk usia anak yang lebih besar, kegiatan menjahit dapat dilakukan selayaknya kegiatan menjahit yang dilakukan orang dewasa.
Benang yang digunakan untuk menjahit pada anak menggunakan berbagai ukuran. Menjahit untuk anak tidak menggunakan benang jahit yang digunakan orang dewasa karena benang yang digunakan orang dewasa terlalu halus dan tipis. Benang untuk menjahit pada anak-anak menggunakan tali atau benang kingwool yang berukuran lebih besar. Tali sepatu juga kadang digunakan sebagai benang. Tali/benang yang digunakan untuk anak memiliki diameter yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatan umur. Untuk anak yang masih berusia 2 tahun tali yang digunakan harus berukuran lebih besar dari pada tali yang digunakan anak yang berusia 3 tahun atau lebih.
Usahakan anak tidak merasa kesulitan memegang tali tersebut. Jarum yang digunakan untuk menjahit pada anak usia dini umumnya tidak menggunakan jarum yang digunakan orang dewasa. Sebagai pengganti jarum, tali untuk menjahit, pada salah satu ujungnya dibuat agak keras. Namun ada beberapa alat permainan menjahit yang menggunakan jarum plastik (berbentuk seperti jarum, tetapi ukuran lebih besar seperti pensil). Bahan kain untuk menjahit pada anak adalah bahan keras yang biasanya terbuat dari kayu lembut dan halus. Kayu untuk menjahit biasanya terbuat dari serpihan kayu yang dipadatkan.
Kayu digunakan sebagai bahan untuk menjahit karena beberapa jenis kayu padatan dari rempah potongan kayu biasanya lebih ringan, kuat dan tidak mudah rusak. Kayu tersebut berbentuk beragam objek dan pada hamparan kayu tersebut terdapat lubang-lubang yang diatur jarak dan jumlahnya. Jumlah lubang pada kayu biasanya dihubungkan dengan tingkatan usia. Semakin besar usia anak maka jumlah lubang yang disediakan semakin banyak.
Mengajarkan menjahit untuk anak tidak untuk mendapatkan hasil jahitan yang rapi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun lebih kepada proses anak untuk melakukan kegiatan tersebut. Pada prinsipnya penilaian menjahit untuk anak adalah anak mampu mengkoordinasikan tangan dan mata untuk memasukkan dan mengeluarkan sesuatu dari sebuah benda sambil berpikir agar tali/benang terjahit semua.
Untuk anak yang lebih besar menjahit dapat menggunakan teknik yang dilakukan oleh orang dewasa dengan berbagai macam tusuk dan kreasi. Menjahit untuk anak yang agak besar bisa juga dilakukan dengan menghias dan membuat baju boneka secara sederhana. Anak-anak menyukai kegiatan menjahit karena menjahit merupakan hal yang baru bagi mereka. Secara psikologis ada aliran kepuasan tersendiri setelah berhasil memasukkan benang kedalam lubang dan menghabiskan sisa benang yang ada ke semua lubang yang masih kosong.
Pendidik bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Kesulitan yang dihadapi anak dapat dibantu jika sekiranya anak membutuhkan bantuan. Berikan sedikit waktu pada anak untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan anak untuk memecahkan masalah. Kesalahan-kesalahan menjahit yang sering terjadi pada anak seperti anak tidak mampu memasukkan benang secara berurutan sesuai dengan lubangnya, atau anak memasukkan benang pada sisi yang salah, atau benang yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi setiap lubang satu per satu, sebaiknya tidak langsung diperbaiki oleh guru. Berikan kesempatan pada anak untuk berusaha memecahkan masalahnya dan menemukan kesalahannya sendiri. Jika memang perlu bantuan, guru dapat memberikan contoh bagaimana cara pemecahannya, kemudian anak dapat mengulangi apa yang dicontohkan guru.
Untuk memberikan evaluasi terhadap hasil karya anak, sebaiknya tidak dilakukan dengan memberikan penguatan yang negatif. Guru memberikan pujian dan penghargaan anak terhadap hasil kerjanya.

E. Deskripsi Tali Sepatu
1. Pengertian Tali
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tali adalah benang yang berutas-utas panjangnya, terbuat dari bermacam-macam bahan (sabut kelapa, ijuk, sisa plastik), ada yang dipintal dan ada yang tidak. Sedangkan temali merupakan bermacam-macam tali, tali yang berkaitan.
Menurut Soemarjadi, dkk (2001:57) tali adalah bahan yang dipintal. Oleh karena dipintal maka pada ujung-ujungnya sering terbuka pintalannya. Akibatnya ujung tali jadi tidak teratur lagi (mengembang).
Nurdin (2012:52) menjelaskan bahwa tali dan temali berarti untaian-untaian panjang yang terbuat dari berbagai bahan yang berfungsi untuk mengikat, menarik, menjerat, menambat, menggantung dan sebagainya. Secara etimologi, tali temali dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan fungsi dan kegunaan tali. Tali dan temali pada mulanya berasal dari akar-akar pohon. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan manusia, tali juga mengalami perkembangan, khususnya dalam hal bahan dan konstruksinya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tali temali terbuat dari beberapa macam bahan dimana merupakan tali yang saling berkaitan.

2. Jenis-jenis Tali
Tali bermacam-macam jenisnya, menurut Soemarjadi, dkk (2001:55-57) jika ditinjau dari segi bahan asalnya, maka tali dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:

a)   Tali yang berasal dari tumbuhan:
(1)    Tali Goni
Tali goni berwarna coklat muda. Teksturnya kasar dan sedikit agak keras, keadaan tali sedikit berbulu.
(2)    Tali Katun
Tali katun berwarna putih. Teksturnya kasar dan lentur, terdiri dari bermacam-macam ukuran dan dapat diwarnai dengan bahan pewarna.
(3)    Tali Ijuk
Tali ijuk berwarna hitam. Teksturnya kasar dan keras, sukar dibuhul dengan rapi dan bulu-bulu tali sedikit tajam dank eras.
(4)    Tali Linen (Tali Kur)
Tali linen diperdagangkan dalam warna-warni, seperti merah, kuning, hijau, coklat, biru, putih hitam dan sebagainya. Warnanya cerah dan lembut serta bertekstur lunak.
(5)    Tali Rami
Tali rami berwarna putih kekuning-kuningan, keadaan tali agak keras dan sedikit kaku serta bertekstur kaku.
(6)    Tali Sumbu Kompor
Tali sumbu kompor berwarna putih, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan dalam berupa benang yang tidak dipintal dan lapisan luar yang dipintal. Tekstur tali sumbu kompor lunak dan lembut
b)   Tali yang bahan dasarnya dari bulu hewan
(1)    Tali Mool
Tali moll sering juga disebut sebagai benang wol. Bahannya dari bulu biri-biri. Tali ini diperdagangkan dalam aneka warna, teksturnya kasar dan tidak begitu kaku. Pada bagian tali masih terasa serat-serat bulu yang menyebabkan tali ini mempunyai karakteristik tersendiri.
(2)    Tali ekor Kuda
Tali ekor kuda bertekstur kasar, pada bagian tali masih terasa bulu-bulu yang tajam dan warna tali sesuai dengan warna aslinya sedikit berbintik-bintik dan mengkilap.

c)   Tali yang bahan dasarnya dari serat sintesis
Tali yang berasal dari serat sintesis diproses secara kimia. Dalam proses pembuatannya tali sering pula dicampur dengan serat alam seperti katun dan wol sehingga lebih kuat dan lebih elastis. Adapun jenisnya adalah :
(1)    Tali Nilon
Tali ini agak kaku namun berkilat. Warnanya putih kekuning-kuningan dan bertekstur halus
(2)    Tali Metalik
Tali metalik merupakan campuran antara metal dan rayon. Penampilannya sangat menarik karena warnanya yang cerah dan berkilat. Oleh karena itu, tali ini sering dipakai sebagai aksentuasi (unsur penonjolan) dari sebuah karya macramé.
(3)    Tali Polyester
Tali polyester diproduksi dalam aneka warna yang terang. Teksturnya halus dan lembut sebagai aksentuasi (unsur penonjolan) dari sebuah karya macramé.





No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts