A.
Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok
individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan
fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia
0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup
manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak
harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan
anak (Sujiono, 2009:6).
Anak usia dini atau anak usia
prasekolah merupakan fase perkembangan individu, ketika anak mulai memiliki
kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam
buang air (toilet training), dan
mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf,
2005:162).
Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan,
minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain.
Di samping memiliki kesamaan, anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti
dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola
urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola
perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
12
|
Pada
hakikatnya anak usia dini selalu termotivasi untuk bermain. Artinya bermain
secara alamiah memberi kepuasan pada anak. Melalui bermain bersama dalam
kelompok atau sendiri tanpa orang lain, anak mengalami kesenangan yang lalu memberikan
kepuasan baginya (Montolalu, 2009:2).
Menurut
Montessori (dalam Putra dan Dwilestari, 2012:35) mengemukakan bahwa “Anak usia
dini menyerap ilmu pengetahuan secara langsung ke dalam alam psikisnya.
Semata-mata dengan melanjutkan hidup, anak belajar menuturkan bahasa
ibu/aslinya dan menciptakan otot mentalnya sendiri menggunakan semua hal yang
dijumpainya disekelilingnya untuk tujuan itu.”
Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak
dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1) Anak-anak pada usia tersebut menunjukkan
perilaku yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak kasar pada saat-saat
tertentu.
2) Anak
mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih
sulit untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan.
3) Pada
suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan dapat bekerja sama dengan
teman dan orang lain tetapi pada saat yang lain mereka menjadi anak yang
pengatur dan penuntut.
4) Anak
mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali
terlihat berbicara sendiri dengan suara keras ketika mereka memecahkan masalah
atau menyelesaikan suatu kegiatan, serta
5) Secara
fisik, anak memiliki tenaga yang besar tetapi rentang konsentrasinya pendek
sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.
Karakteristik
anak usia dini berdasarkan ilmu jiwa modern menurut Kartono (1990:109) adalah :
1) Bersifat egosentif-naif mementingkan diri
sendiri, sebab secara naif dia sangat terkait pada dirinya sendiri sebagai dari
awal perkembangan kehidupan jiwanya. Anak berpendapat bahwa pribadi jiwanya
adalah satu dan terpadu erat dengan lingkungannya.
2) Mempunyai relasi sosial dengan benda-benda
dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif. Anak berkeyakinan bahwa orang
lain itu menghayati dan merasakan setiap peristiwa seperti penghayatan sendiri
(anak membangun dunianya sesuai dengan khayalan dan keinginannya), kehidupan
individual dan sosial masih belum terpisahkan oleh anak.
3) Ada kesatuan jasmani dan rohani yang
hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas. Dunia lahiriah dan
batiniah anak masih belum terpisahkan, oleh karena itu pribadi anak tampak
polos, yang tampak polos dengan perilakunya.
4) Sikap hidup yang fisiognomis, anak secara
langsung memberikan sifat lahiriah (sifat konkrit, nyata, seperti sifatnya
benda-benda) pada setiap penghayatannya.
Jadi anak
usia dini merupakan masa dimana anak sedang berada pada fase perkembangan yang
perlu mendapatkan bimbingan dan pengarahan yang tepat sehingga potensi yang
dimilikinya akan berkembang dengan baik.
B. Kemampuan Motorik
1. Pengertian
Motorik
Motorik adalah sesuatu
yang berkenaan dengan penggerak (Poerwadarminta, 2003:538). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan
perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan
tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal
cord.
Perkembangan motorik
beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak.
Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata
lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan
fisik anak. Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat mengagumkan
terbentuk pada periode prenatal/dalam kandungan (Gesell, dalam Santrock, 2007:58).
Teori yang menjelaskan
secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang
dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk
membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya
yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka
tersebut untuk bergerak. Misalnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka
ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi
tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk
mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di
tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Selain itu teori tersebut
pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka
dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru. Kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor diantaranya yaitu
perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak,
keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan
kemampuan motorik. Hal ini akan
terlihat ketika misalnya anak akan mulai berjalan. Jika sistem syarafnya sudah matang,
proposi kakinya cukup kuat menopang anak
itu sendiri sekaligus
ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah masa anak-anak, yang mana
terjadi dalam usia anak dan terbagi dalam 3 tahapan yaitu usia 0 sampai 3 tahun,
usia 3 sampai 6 tahun, dan usia 6 sampai 11 tahun. Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai
stabil. Anak tidak mengalami
sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan
perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik
anak, karena motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu
secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap
konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996:54) sebagai berikut:
1) Melalui
keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2) Melalui
keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk
dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3) Melalui
perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak
sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4) Melalui
perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul
dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk
dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi
anak yang terpinggirkan
5) Perkembangan
keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.
Perkembangan motorik
sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang menyetir setiap gerakan yang
dilakukan anak. Perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot semakin
matang memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.
2. Faktor
yang Mempengaruhi Laju Perkembangan Motorik
Pencapaian suatu keterampilan dianggap dipengaruhi oleh banyak faktor.
Diikuti beberapa variasi yang mempengaruhi pola perkembangan motorik anak. menurut
Depdiknas (2008:6) perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status
kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya. Lebih
lamjut dikatakan bahwa tahapan perkembangan motorik anak pra sekolah yaitu
tahap verbal kognitif, tahap asosiatif, dan tahap otomatisasi.
Menurut Mahendra (1998:25) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
keterampilan motorik anak yaitu (1) faktor proses belajar, (2) faktor pribadi
dan (3) faktor situasional (lingkungan). Ketiga faktor inilah yang diyakini
telah menjadi penentu utama dari tercapainya tidaknya keterampilan yang
dipelajari.
Adapun definisi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembagan motorik juga
dikemukakan oleh Rahmatia (2008:18) yang menyatakan bahwa perkembangan fisik
anak dipengaruhi oleh faktor keturunan dalam keluarga, jenis kelamin, gizi,
kesehatan, status sosial, ekonomi, dan gangguan emosional. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa tubuh secara langsung akan menentukan keterampilan gerak anak,
dan secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak dalam memandang dirinya
sendiri dan memandang orang lain.
Menurut Sujiono (2009:28) menyatakan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan keterampilan gerak yaitu faktor tampilan dan faktor
lingkungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor tampilan paling sering berpengaruh
pada keterampilan gerak tertentu, faktor tampilan dapat berupa ukuran tubuh,
pertumbuhan fisik, kekuatan, danberat tubuh serta sistem syaraf.
Hurlock (1996:25)
menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik
yaitu faktor keturunan, kehamilan dan kelahiran, kondisi anak, dan motivasi.
1)
Faktor keturunan
Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan
kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik.
Anak yang memiliki IQ tinggi menunjukkan perkembangan
motorik yang lebih cepat daripada anak yang memiliki IQ normal atau di bawah
normal.
2) Kehamilan dan kelahiran
Kondisi status gizi ibu dan lingkungan yang
baik saat ibu hamil mendorong perkembangan janin yang baik sehingga
perkembangan motorik anak juga akan baik. Kelahiran yang sukar terlebih lagi
kelahiran yang mengakibatkan trauma kepala akibat jalan lahir pada umumnya
menghambat perkembangan motorik. Anak dengan riwayat lahir prematur juga
memiliki perkembangan motorik yang lebih lambat daripada anak yang lahir
normal.
3) Kondisi anak
Status gizi anak yang baik pada dasarnya akan
mempercepat perkembangan motorik anak. Keadaan cacat fisik yang terdapat pada
anak, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik.
4)
Motivasi
Adanya rangsangan,
dorongan, dan kesempatan anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan
mempercepat perkembangan motorik. Perlindungan orangtua yang berlebihan akan menghambat
berkembangnya kemampuan motorik. Perkembangan keterampilan motorik merupakan
faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan.
Hurlock (1956, dalam Yusuf, 2005:46) menyatakan ada beberapa alasan penting tentang
fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan anak, yaitu:
1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat
menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Misalnya anak merasa senang
dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan memainkan
alat-alat mainan.
2) Melalui keterampilan motorik, anak dapat
beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessness) pada bulan-bulan
pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang bebas atau tidak bergantung (indenpendence).
Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat
sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan dapat menunjang perkembangan rasa
percaya diri (self confidence).
3) Melalui keterampilan motorik, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia
kelas-kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar,
melukis, dan baris-berbaris.
4) Melalui perkembangan motorik yang normal, anak
dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal
akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan
terkucil.
5) Perkembangan keterampilan motorik sangat
penting bagi perkembangan self consept atau kepribadian anak.
3. Jenis Motorik
Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot
besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar
anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya (Sunardi
dan Sunaryo, 2007:113-114). Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu dari
pada motorik halus, misalnya anak akan lebih dulu memegang benda-benda yang
ukuran besar dari pada ukuran yang kecil.
Karena anak belum mampu mengontrol gerakan jari-jari tangannya untuk
kemampuan motorik halusnya, seperti meronce, menggunting dan lain-lain. Sujiono
(2007:13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang
membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar
melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh
tubuh anak.
Menurut Sukamti (2007:72) bahwa aktivitas yang menggunakan otot-otot
besar di antaranya gerakan keterampilan non lokomotor, gerakan lokomotor, dan
gerakan manipulatif. Gerakan non lokomotor adalah aktivitas gerak tanpa
memindahkan tubuh ke tempat lain. Contoh, mendorong, melipat, menarik dan
membungkuk. Gerakan lokomotor adalah aktivitas gerak yang memindahkan tubuh
satu ke tempat lain. Contohnya, berlari, melompat, jalan dan sebagainya,
sedangkan gerakan yang manipulatif adalah aktivitas gerak manipulasi benda.
Contohnya, melempar, menggiring, menangkap, dan menendang.
Sedangkan motorik halus
adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok,
menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting
agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Kedua jenis perkembangan
motorik anak tersebut akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya sampai
dewasa kelak. Karena kedua jenis motorik tersebut akan memberikan dampak yang
cukup besar terhadap perkembangan anak sebagai individu yang menjalankan
berbagai aktifitasnya sehari-hari.
C.
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
1. Pengertian
Motorik Halus
Menurut Sujiono dkk (2009:1.14) motorik halus adalah “gerakan
yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan
pergelangan tangan yang tepat.”
Oleh karena itu gerakan
ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi
mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat
anak dapat berkreasi seperti: melipat kertas, menganyam kertas.
Namun tidak semua anak
memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini. Dalam melakukan gerakan
motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta
kematangan mental. Menurut Hildayani dkk (2008:8.5) Perkembangan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari
bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan di bagian jari-jari
tangan. Contohnya menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan ibu jari dan
telunjuk.
Sedangkan menurut Sumantri
(2005:143) keterampilan motorik
halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari
dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan
tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja
dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik,
menjahit dan lain-lain.
Hal yang sama dikemukakan
oleh Mahendra (dalam Sumantri 2005:143)
“keterampilan motorik halus merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan
kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan
keterampilan yang berhasil”. Menurut Mangli (dalam Sumantri 2005:143), keterampilan ini melibatkan
koordinasi syaraf otot yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk
berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering disebut sebagai
keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan. Menulis, menggambar,
bermain piano adalah contoh-contoh keterampilan tersebut.
Saputra dan Rudyanto (2005:118) juga mengatakan bahwa “motorik
halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus
(kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan
memasukkan kelereng”.
Gerakan motorik halus yang
terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya,
menyisir, membuka dan menutup resleting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan
pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu. Semakin
baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti
menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus dan lain sebagainya.
Selain gerakan motorik
halus seperti: menyikat gigi, menyisir, membuka dan menutup resleting, memakai
sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan
sendok dan garpu, ada aktivitas lainnya yang dapat membantu meningkatkan
kemampuan motorik halus anak diantaranya adalah mencocok, menjepit, mengambil
benda dengan capit, dan menjahit gambar.
Pada usia 3 (tiga) tahun
gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat. Di usia itu, anak
dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Namun, posisi jari-jarinya masih
belum cukup jauh dari mata pensil. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah
dapat memegang pensil warna atau krayon
untuk menggambar.
Kemampuan seorang anak
untuk melakukan gerak motorik tertentu tak sama dengan anak lain walaupun usia
mereka sama. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian motorik halus adalah kemampuan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti menggunakan jari
jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang sering membutuhkan koordinasi
mata dan tangan yang tepat seperti menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan
ibu jari dan telunjuk, dan lain-lain.
2. Tahap-tahap
Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan
motorik halus pada anak usia dini terjadi secara bertahap. Menurut Fiits dan
Postner (dalam Sumantri 2005:101)
proses perkembangan belajar motorik halus anak usia dini terjadi dalam 3 (tiga)
tahap yaitu:
1) Tahap Verbal Kognitif
Tahap ini merupakan tahap
awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan
yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang
dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih
dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak
diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari.
2) Tahap Asosiatif
Tahap ini disebut juga
tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana
anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak
tersendat-sendat pelaksanaannya. Pada tahap ini anak usia dini sedang memasuki
masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari.
3) Tahap Otomatis
Pada tahap ini dikatakan
sebagai fase akhir dalam belajar gerak.Tahap ini ditandai dengan tingkat
penguasaan gerakan di mana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara
otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena anak mampu melakukan
gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu
anak harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Pada tahap
ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik.
Menurut Sujiono (2009:14) secara umum ada tiga tahap
perkembangan keterampilan motorik halus pada anak usia dini, yaitu tahap
kognitif, asosiatif, dan autonomous. Pada tahap kognitif anak berusaha
memahami keterampilan motorik halus serta apa saja yang dibutuhkan untuk
melakukan gerakan tertentu. Tahap asosiatif anak banyak belajar dengan cara
coba meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak
melakukan kesalahan kembali. Tahap autonomous gerakan yang ditampilkan
anak merupakan respon yang efisien dengan sedikit kesalahan dan anak sudah
menampilkan gerakan secara otomatis.
3. Prinsip-prinsip
Perkembangan Motorik Halus
Anak usia dini mengalami perkembangan dalam kemampuan motorik halusnya.
Sebagai orang dewasa khususnya sebagai guru yang mengarahkan perkembangan
kemampuan anak tersebut hendaknya memperhatikan beberapa prinsip dalam
pengembangan kemampuan motorik halus anak.
Menurut Sumantri (2005:147) pendekatan pengembangan motorik halus anak
usia TK hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)
Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada
kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi
secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan baik fisik
maupun psikis. Dengan demikian, ragam jenis kegiatan pembelajaran hendaknya
dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
2)
Belajar sambil bermain
Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia dini 4-6 tahun
hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan
bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek
yang dekat dengannya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna.
3)
Kreatif dan inovatif
Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui
kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi
anak untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
4)
Lingkungan kondusif
Linkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah.
Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam
bermain. Penataan ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak anak
dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik atau dengan
temannya.
5)
Tema
Apabila kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema
hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan
menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenali
berbagai konsep secara mudah dan jelas.
6)
Mengembangkan keterampilan hidup
Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan
hidup. Pengembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu:
a)
Memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin dan sosialisasi.
b)
Memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan
pada jenjang selanjutnya.
7)
Menggunakan kegiatan terpadu
Kegiatan pengembangan hendaknya dirancang dengan menggunakan model
pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak (center of interest).
8)
Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan
anak
a)
Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan
fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis.
b)
Siklus belajar anak selalu berulang
c)
Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang
dewasa dan anak-anak lain.
d)
Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya.
e)
Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan
perbedaan individual.
Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini perlu menekankan
pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan motorik dan pengembangan lainnya
terdapat dua hal yang seyogyanya tidak dilupakan, pertama adalah pemahaman akan
pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan pengembangan daya fikir dan daya
cipta anak. Hal kedua adalah bila anak tanpa bergerak bebas, tanpa kesempatan
bermain dan tanpa kesempatan menjelajahi lingkungannya anak akan kurang tumbuh
kembang secara optimal.
Dari prinsip pembelajaran
di atas sebagai seorang pendidik kita akan dengan mudah mengajar di Taman
Kanak-kanak dengan menjadikan prinsip pembelajaran tersebut sebagai acuan
pengajaran di Taman Kanak-kanak sehingga kebutuhan anak dalam belajar dan
kemampuan anak dalam mengembangkan aspek perkembangannya khususnya aspek
motorik halus dapat dikembangkan dengan baik.
4. Tujuan
Perkembangan Motorik Halus
Menurut Sumantri (2005:145) aktivitas pengembangan
keterampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatihkan kemampuan
koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan
melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah
liat/lilin/adonan, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan menggunting,
memotong merangkai benda dengan benda (meronce).
Pengembangan keterampilan
motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis
(pengembangan bahasa), kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata
yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara
utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan
keterampilan motorik halus lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat kiri dan
kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.
Kemudian Saputra dan
Rudyanto (2005:115) menjelaskan
tujuan dari pengembangan motorik halus yaitu “mampu memfungsikan otot-otot
kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan mata
dengan tangan, mampu mengendalikan emosi”.
Pengembangan motorik halus
dilakukan agar otot-otot kecil seperti jari tangan dapat berfungsi dengan baik.
Selain itu pengembangan motorik halus dilakukan agar terjadi koordinasi yang
baik antara kecepatan mata dengan tangan serta emosi dapat dikendalikan dengan
baik.
Sedangkan menurut Sumantri
(2005:146) tujuan pengembangan
motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan
motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu
menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari seperti
kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, mampu mengkoordinasikan
indra mata dan aktivitas tangan serta mampu mengendalikan emosi dalam
beraktivitas motorik halus.
Begitu pula halnya seperti
diungkapkan oleh Depdiknas (dalam Sumantri 2005:146) secara khusus tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia
TK (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya
dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan
menulis.
Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik halus anak tidak terlalu
membutuhkan tenaga yang kuat, namun lebih terpaku pada koordinasi mata dan
tangan yang lebih cermat. Hal tersebut memungkinkan anak untuk dapat mengurus
dirinya sendiri misalnya menyisir rambut, menggosok gigi, mengancingkan baju dan
lain-lain.
5. Fungsi
Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus
pada seorang anak sangat penting bagi perkembangan bagi kehidupannya. Menurut
Suyanto (2005:51) menyatakan
bahwa :
Motorik halus berfungsi
untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik,
seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu, dan
menggunting. Berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat, mengelem,
menggunting kertas melatih motorik halus pada anak. Demikian pula menggambar
bebas dengan kuas besar, kuas kecil, dan mewarnai mengembangkan otot-otot halus
pada jari tangan. Hal itu akan sangat bermanfaat untuk melatih jari anak agar
bisa memegang pensil dan belajar menulis kelak.
Sedangkan menurut Saputra
dan Rudyanto (2005:116)
mengatakan “fungsi pengembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk
mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dan sebagai alat
untuk melatih penguasaan emosi”. Sumantri (2005:146) juga menjelaskan bahwa fungsi pengembangan keterampilan
motorik halus adalah mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti kognitif
dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan
satu sama lain.
Untuk meningkatkan fungsi
motorik halus anak maka diperlukan usaha-usaha dalam mengembangkan kemampuan
motorik halus anak. Menurut Wijaya (my.opera, 2008) upaya meningkatkan kemampuan
motorik halus anak dapat melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menggunting kertas
Kegiatan memegang dan menggerakkan gunting melatih otot-otot yang sama
yang akan digunakan untuk menulis. Posisi yang benar adalah ibu jari dan jari
tengah berada dalam lubang gunting jari telunjuk berada di bagian luar lubang
gunting untuk menstabilkan gerak gunting. Sementara jari keempat dan kelima
menekuk ke arah telapak tangan.
2) Melipat kertas
Latihan melipat kertas akan memperkuat otot-otot telapak tangan anak,
yaitu saat anak melipat dan menekan lipatan itu. Kekuatan bagian telapak tangan
dan jari dibutuhkan untuk memegang dan menggerakkan pensil.
3) Menyambung titik-titik
Ajak anak melatih keterampilan motoriknya dengan menyambung titik-titik
kecil membentuk sebuah gambar karena keterampilannya ini dibutuhkannya untuk
menulis. Jangan paksa anak ketika anak tidak mau menyelesaikan latihannya
karena otot lengan bagian atas memegang masih terbatas.
4) Meronce dan menjahit
Kegiatan ini mengandalkan kekuatan otot ibu jari, jari telunjuk dan
jari tengah. Cara anak memegang benang untuk dimasukkan ke dalam lubang sama anak
ketika anak memegang pensil untuk menulis. Meronce adalah teknik membuat benda pakai atau benda hias dari bahan
manik-manik atau biji-bijian yang dirangkai dengan benang. Menjahit adalah
salah satu kegiatan yang dilakukan untuk anak usia dini sebagai upaya untuk
mengembangkan keterampilan motorik halus. Selain untuk mengembangkan
keterampilan motorik halus menjahit juga dijadikan media pendidikan yang dapat
membantu anak meningkatkan konsentrasi, kemampuan logika, dan melatih
koordinasi mata dan tangan anak, juga untuk kemampuan menulis dan meningkatkan
kemampuan gerakan tangan, pergelangan tangan dan jari.
6. Tahapan Kemampuan Motorik Halus
Tahapan kemampuan motorik halus anak usia dini dan cara menstimulasinya (Wijaya,
my.opera, 2008) sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tahapan Kemampuan Motorik
Halus
Usia
|
Kemampuan
|
Stimulasi
|
5 tahun
|
Mewarnai dengan rapi
(tidak keluar dari gambar)
Menulis namanya
sendiri
Melipat sehelai
pakaian
Memakai pakaian
Mencoba untuk
mengancingkan baju dan memakai sepatu walaupun masih dibantu
Melakukan aktivitas
mandi dengan bantuan
|
Belajar mewarnai
bentuk sederhana
Berlatih memakai
pakaian yang berkancing dan sepatu tanpa tali
Berlatih melipat
kertas dengan bentuk yang sederhana
|
6 tahun
|
Dapat menulis huruf
cetak ataupun latin dengan rapi termasuk menulis angka
Dapat membuat
berbagai bentuk geometris
Berpakaian tanpa
dibantu
Memakai sepatu
bertali dengan sedikit bantuan mewarnai dengan rapi
Menggunting tanpa ada
hambatan dapat melakukan aktivitas di kamar mandi tanpa bantuan
Dapat menyelesaikan
puzzle 12 keping
|
Latihan menulis
dengan beberapa variasi huruf
Latihan membuat
bentuk geometris
Bermain puzzle dengan
kesulitan yang lebih kompleks
Membiasakan anak
mandi sendiri
Membiasakan anak
berpakaian tanpa dibantu
|
D. Kegiatan Menjahit
Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit binatang, pepagan dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang.Menjahit dapat dilakukan
dengan tangan memakai jarum tangan atau dengan mesin jahit.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit).
Sedangkan menurut Sujiono (2009:14) menjahit
adalah salah satu kegiatan yang dilakukan anak usia dini untuk mengembangkan
ketrampilan motorik halus. Menjahit juga di jadikan media pendidikan yang dapat
membantu anak meningkatkan konsentrasi dan koordinasi mata dan tangan.
Menjahit untuk anak tidak sama dengan menjahit untuk dewasa. Pada
dasarnya teknik menjahit untuk anak sama dengan teknik menjahit yang dilakukan
orang dewasa, yaitu menggunakan benang, jarum dan bahan. Namun untuk anak,
kain, jarum dan benang yang digunakan sedikit berbeda. Bahan dan alat menjahit
untuk anak diciptakan dengan memenuhi kriteria keamanan dan mudah untuk
dipegang.
Menjahit adalah merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk
anak usia dini yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus. Alat
permainan menjahit sampai saat ini banyak dipasarkan dengan bentuk dan model yang bermacam-macam. Tidak hanya
berbentuk 2 dimensi tapi semakin banyak alat permainan menjahit yang berbentuk
3 dimensi. Berikut ini disajikan beberapa mainan menjahit untuk anak dengan
berbagai variasi dan kreativitas.
Salah satu alat kegiatan menjahit adalah meronce, memasukkan benda-benda
yang berlubang kedalam tali. Permainan ini tergolong menjahit. Beberapa alat
mainan dibuat berbentuk binatang dan berbentuk buah. Jika dilihat sekilas alat
permainan tersebut tidak seperti alat permainan menjahit, namun pada prinsipnya
teknik yang digunakan adalah teknik menjahit. Alat permainan ini tersedia dalam
berbagai tingkat kesulitan. Untuk usia anak yang lebih besar, kegiatan menjahit
dapat dilakukan selayaknya kegiatan menjahit yang dilakukan orang dewasa.
Benang yang digunakan untuk menjahit pada anak menggunakan berbagai
ukuran. Menjahit untuk anak tidak menggunakan benang jahit yang digunakan orang
dewasa karena benang yang digunakan orang dewasa terlalu halus dan tipis.
Benang untuk menjahit pada anak-anak menggunakan tali atau benang kingwool yang
berukuran lebih besar. Tali sepatu juga kadang digunakan sebagai benang.
Tali/benang yang digunakan untuk anak memiliki diameter yang berbeda-beda
sesuai dengan tingkatan umur. Untuk anak yang masih berusia 2 tahun tali yang
digunakan harus berukuran lebih besar dari pada tali yang digunakan anak yang
berusia 3 tahun atau lebih.
Usahakan anak tidak merasa kesulitan memegang tali tersebut. Jarum yang
digunakan untuk menjahit pada anak usia dini umumnya tidak menggunakan jarum
yang digunakan orang dewasa. Sebagai pengganti jarum, tali untuk menjahit, pada
salah satu ujungnya dibuat agak keras. Namun ada beberapa alat permainan
menjahit yang menggunakan jarum plastik (berbentuk seperti jarum, tetapi ukuran
lebih besar seperti pensil). Bahan kain untuk menjahit pada anak adalah bahan
keras yang biasanya terbuat dari kayu lembut dan halus. Kayu untuk menjahit
biasanya terbuat dari serpihan kayu yang dipadatkan.
Kayu digunakan sebagai bahan untuk menjahit karena beberapa jenis kayu
padatan dari rempah potongan kayu biasanya lebih ringan, kuat dan tidak mudah
rusak. Kayu tersebut berbentuk beragam objek dan pada hamparan kayu tersebut
terdapat lubang-lubang yang diatur jarak dan jumlahnya. Jumlah lubang pada kayu
biasanya dihubungkan dengan tingkatan usia. Semakin besar usia anak maka jumlah
lubang yang disediakan semakin banyak.
Mengajarkan menjahit untuk anak tidak untuk mendapatkan hasil jahitan
yang rapi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun lebih kepada proses
anak untuk melakukan kegiatan tersebut. Pada prinsipnya penilaian menjahit
untuk anak adalah anak mampu mengkoordinasikan tangan dan mata untuk memasukkan
dan mengeluarkan sesuatu dari sebuah benda sambil berpikir agar tali/benang
terjahit semua.
Untuk anak yang lebih besar menjahit dapat menggunakan teknik yang
dilakukan oleh orang dewasa dengan berbagai macam tusuk dan kreasi. Menjahit
untuk anak yang agak besar bisa juga dilakukan dengan menghias dan membuat baju
boneka secara sederhana. Anak-anak menyukai kegiatan menjahit karena menjahit
merupakan hal yang baru bagi mereka. Secara psikologis ada aliran kepuasan
tersendiri setelah berhasil memasukkan benang kedalam lubang dan menghabiskan
sisa benang yang ada ke semua lubang yang masih kosong.
Pendidik bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Kesulitan yang
dihadapi anak dapat dibantu jika sekiranya anak membutuhkan bantuan. Berikan
sedikit waktu pada anak untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Hal ini dapat
mengembangkan kemampuan anak untuk memecahkan masalah. Kesalahan-kesalahan
menjahit yang sering terjadi pada anak seperti anak tidak mampu memasukkan
benang secara berurutan sesuai dengan lubangnya, atau anak memasukkan benang
pada sisi yang salah, atau benang yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi
setiap lubang satu per satu, sebaiknya tidak langsung diperbaiki oleh guru.
Berikan kesempatan pada anak untuk berusaha memecahkan masalahnya dan menemukan
kesalahannya sendiri. Jika memang perlu bantuan, guru dapat memberikan contoh
bagaimana cara pemecahannya, kemudian anak dapat mengulangi apa yang
dicontohkan guru.
Untuk memberikan evaluasi terhadap hasil karya anak, sebaiknya tidak
dilakukan dengan memberikan penguatan yang negatif. Guru memberikan pujian dan
penghargaan anak terhadap hasil kerjanya.
E. Deskripsi Tali Sepatu
1. Pengertian
Tali
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tali adalah benang yang berutas-utas
panjangnya, terbuat dari bermacam-macam bahan (sabut kelapa, ijuk, sisa
plastik), ada yang dipintal dan ada yang tidak. Sedangkan temali merupakan
bermacam-macam tali, tali yang berkaitan.
Menurut Soemarjadi, dkk (2001:57) tali adalah bahan yang dipintal. Oleh
karena dipintal maka pada ujung-ujungnya sering terbuka pintalannya. Akibatnya
ujung tali jadi tidak teratur lagi (mengembang).
Nurdin (2012:52) menjelaskan bahwa tali dan temali berarti
untaian-untaian panjang yang terbuat dari berbagai bahan yang berfungsi untuk
mengikat, menarik, menjerat, menambat, menggantung dan sebagainya. Secara
etimologi, tali temali dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan fungsi dan kegunaan tali. Tali dan temali pada mulanya berasal dari
akar-akar pohon. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan manusia, tali
juga mengalami perkembangan, khususnya dalam hal bahan dan konstruksinya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tali temali terbuat
dari beberapa macam bahan dimana merupakan tali yang saling berkaitan.
2. Jenis-jenis Tali
Tali bermacam-macam jenisnya, menurut Soemarjadi, dkk (2001:55-57) jika
ditinjau dari segi bahan asalnya, maka tali dapat digolongkan menjadi tiga
jenis yaitu:
a)
Tali yang berasal dari tumbuhan:
(1)
Tali Goni
Tali
goni berwarna coklat muda. Teksturnya kasar dan sedikit agak keras, keadaan
tali sedikit berbulu.
(2)
Tali Katun
Tali
katun berwarna putih. Teksturnya kasar dan lentur, terdiri dari bermacam-macam
ukuran dan dapat diwarnai dengan bahan pewarna.
(3)
Tali Ijuk
Tali
ijuk berwarna hitam. Teksturnya kasar dan keras, sukar dibuhul dengan rapi dan
bulu-bulu tali sedikit tajam dank eras.
(4)
Tali Linen (Tali Kur)
Tali
linen diperdagangkan dalam warna-warni, seperti merah, kuning, hijau, coklat,
biru, putih hitam dan sebagainya. Warnanya cerah dan lembut serta bertekstur
lunak.
(5)
Tali Rami
Tali
rami berwarna putih kekuning-kuningan, keadaan tali agak keras dan sedikit kaku
serta bertekstur kaku.
(6)
Tali Sumbu Kompor
Tali
sumbu kompor berwarna putih, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan dalam
berupa benang yang tidak dipintal dan lapisan luar yang dipintal. Tekstur tali
sumbu kompor lunak dan lembut
b)
Tali yang bahan dasarnya dari bulu hewan
(1)
Tali Mool
Tali moll sering juga disebut sebagai
benang wol. Bahannya dari bulu biri-biri. Tali ini diperdagangkan dalam aneka
warna, teksturnya kasar dan tidak begitu kaku. Pada bagian tali masih terasa
serat-serat bulu yang menyebabkan tali ini mempunyai karakteristik tersendiri.
(2)
Tali ekor Kuda
Tali ekor kuda bertekstur kasar, pada
bagian tali masih terasa bulu-bulu yang tajam dan warna tali sesuai dengan
warna aslinya sedikit berbintik-bintik dan mengkilap.
c)
Tali yang bahan dasarnya dari serat sintesis
Tali yang berasal dari serat sintesis
diproses secara kimia. Dalam proses pembuatannya tali sering pula dicampur
dengan serat alam seperti katun dan wol sehingga lebih kuat dan lebih elastis.
Adapun jenisnya adalah :
(1)
Tali Nilon
Tali ini agak kaku namun berkilat.
Warnanya putih kekuning-kuningan dan bertekstur halus
(2)
Tali Metalik
Tali metalik merupakan campuran
antara metal dan rayon. Penampilannya sangat menarik karena warnanya yang cerah
dan berkilat. Oleh karena itu, tali ini sering dipakai sebagai aksentuasi
(unsur penonjolan) dari sebuah karya macramé.
(3)
Tali Polyester
Tali polyester diproduksi dalam aneka
warna yang terang. Teksturnya halus dan lembut sebagai aksentuasi (unsur
penonjolan) dari sebuah karya macramé.
No comments:
Post a Comment