Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Saturday, October 30, 2021

Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

 


 


             Kegiatan sumber daya manusia merupakan bagian proses manajemen sumber daya manusia yang paling sentral, dan merupakan suatu rangkaian dalam mencapai tujuan organisasi. Kegiatan tersebut akan berjalan lancar, apabila memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen sumber daya manusia di maksud adalah sebagai:

              Hasibuan (2018:21), menyatakan bahwa fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sebagai berikut:               

1.      Perencanaan

Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik, akan membantu tercapainya tujuan perusahaan/instansi, pegawai dan masyarakat.

2.      Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinsi dalam bagian organisasi (Organisasization chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.Pengarahan Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan  masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan tugasnya dengan baikPengendalian

3.      Pengendalian

Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar menanti peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, prilaku, kerja sama, pelaksanaan kerja, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.

4.      Pengadaan

Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.

5.      Pengembangan

 

Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan dan teknis, teoritis konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan. Adapun tujuan dari pengembangan itu sendiri menurut Hasibuan (2018:70), yaitu “Produktivitas kerja, efisiensi, kerusakan, kecelakaan, pelayanan, moral, karier, konseptual, kepemimpinan, balas jasa, konsumen”.

6.      Kompensasi

Kompensasi (compensation) adalah pemberi balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.

7.      Pengintegrasian

 

Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam MSDM, karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang.

8.      Pemeliharaan

Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar mereka tetap mau bekerja sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik digunakan melalui program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.

9.      Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia    (MSDM) yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.

10.   Pemberhentian  

       Pemberhentian (sparation) adalah putusnya hubungan kerja     seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainya. Pelepasan ini diatur undang-undang No. 12 Tahun 1964

Friday, October 29, 2021

SINERGI PENGELOLAAN SUMBER KEKAYAAN ALAM DI LAUT YANG DIHARAPKAN

 


Pembangunan Kelautan bukanlah sektor tunggal melainkan multi sektor dan multi fungsi, sehingga dalam pemanfaatannya diperlukan sinergi antar pengelola sumber kekayaan alam (SKA) di laut dan koordinasi lintas sektoral yang terkait dan kompeten di bidang kelautan. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategis, pengelolaan kelautan ini sangat logis jika dijadikan tumpuan dalam sektor pembangunan ekonomi nasional. Namun ironisnya, dalam Pembangunan Daerah ataupun Pembangunan Nasional dewasa ini, sektor-sektor tersebut masih diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector), dibuktikan dari masih  rendahnya tingkat pemanfaatan sumber daya, penerapan teknologi serta hampir meratanya tingkat kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat kelautan terutama nelayan. Dengan demikian, jika potensi sumber daya kelautan ini dikelola secara sinergi (terpadu) antar komponen pengelola terkait, proporsional, terencana dan terkendali, akan mendorong perwujudan konsepsi Wawasan Nusantara yang bertumpu pada upaya membangun budaya waspada bangsa.
Pembangunan Kelautan bukanlah sektor tunggal melainkan multi sektor dan multi fungsi, sehingga dalam pemanfaatannya diperlukan sinergi antar pengelola sumber kekayaan alam (SKA) di laut dan koordinasi lintas sektoral yang terkait dan kompeten di bidang kelautan. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategis, pengelolaan kelautan ini sangat logis jika dijadikan tumpuan dalam sektor pembangunan ekonomi nasional. Namun ironisnya, dalam Pembangunan Daerah ataupun Pembangunan Nasional dewasa ini, sektor-sektor tersebut masih diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector), dibuktikan dari masih  rendahnya tingkat pemanfaatan sumber daya, penerapan teknologi serta hampir meratanya tingkat kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat kelautan terutama nelayan. Dengan demikian, jika potensi sumber daya kelautan ini dikelola secara sinergi (terpadu) antar komponen pengelola terkait, proporsional, terencana dan terkendali, akan mendorong perwujudan konsepsi Wawasan Nusantara yang bertumpu pada upaya membangun budaya waspada bangsa. Tidak menutup kemungkinan, kekeliruan kebijakan dalam pengelolaan SKA di laut ini justru akan menimbulkan gejolak sosial antar Daerah terutama meruncingnya kesenjangan kesejahteraan masing-masing Daerah (Toto Pandoyo, 1994). Keberhasilan pembangunan termasuk kontribusi sektor kelautan secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Daerah, terutama memberikan kesejahteraan (prospherity) dan keamanan (security). Sementara ini, pengelolaan SKA di laut telah memberikan kontribusi terhadap APBN 2004 sebesar Rp 0,6 Trilliun dari sektor perikanan, Rp 1,6 Trilliun dari sumber daya mineral, Rp 28 Trilliun dari subsektor minyak bumi dan Rp 15,7 Trilliun dari gas alam (Purnomo Yusgiantoro, 2004).  Kontribusi masing-masing sektor ini masih berpeluang untuk ditingkatkan terutama melalui sinergi antar pengelola dan penerapan teknologi yang tepat.
Prospek Pengelolaan Sumber Kekayaan Alam
Prospek pengelolaan SKA di lepas pantai semakin memberikan peluang mengingat ditemukannya indikasi baru potensi ”mineral hidrotermal” di dasar laut dalam (Lili Sarmili, 2002; Subaktian Lubis 2002; dan Halbach, 2003).  Pembentukan sumber daya mineral hidrotermal   dipengaruhi oleh kegiatan magmatisme di dasar laut. Indikasi adanya hydrothermal deposit di perairan Indonesia ditemukan di perairan Sulawesi Utara, Selat Sunda dan perairan Wetar (gunung api bawah laut Komba, Abang Komba, dan Ibu Komba).  Para ahli geologi kelautan menaruh perhatian dan harapan karena diyakini bahwa lubang hidrothermal ini membawa larutan mineral yang selanjutnya mengawali proses mineralisasi pada suatu cebakan mineral dasar laut, terutama mineral oksida emas (dengan ciri adanya white smoker) dan tembaga (dengan ciri adanya black smoker).
SKA lainnya yang masih dalam tahapan eksplorasi adalah pemanfaatan ”gas biogenik”. Gas biogenik merupakan salah satu sumber energi alternatif yang relatif murah, bersih lingkungan dan mudah dikelola.  Pemetaan geologi kelautan sistematik di wilayah perairan Laut Jawa dan Selat Madura yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral sejak tahun 2001-2004 memperlihatkan indikasi sumber gas biogenik yang terperangkap pada sedimen Holocene. Lapisan pembawa gas ini umumnya ditemukan pada kedalaman antara 20-50 m di bawah dasar laut. Pemetaan secara horizontal menunjukkan bahwa hampir seluruh kawasan perairan dangkal terutama di muara sungai-sungai purba ditemukan indikasi sedimen mengandung gas (gas charged sediment) yang diduga merupakan akumulasi gas biogenik yang berasal dari maturasi tumbuhan rawa purba yang tertimbun sedimen Resen. Gas biogenik ini umumnya didominasi oleh gas methan (CH4) yang dikenal sebagai salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan (Qilun Yang, 1995).
Sinergi Pengelolaan Yang Ideal
Dalam Kamus American Websters Dictionary, istilah Synergy didefinisikan sebagai ”cooperative interaction among group especially among the acquired subsidiary or merged parts of a corporation that creates an enhanced combined effect” yang mengandung arti hanya dengan interaksi yang kooperatif maka hasil maksimal dapat dicapai. Menurut Doctoroff (1977), persyaratan utama bagi suatu sistem yang sinergi yang ideal adalah kepercayaan, komunikasi yang efektif, umpan balik yang cepat, dan kreativitas. Dalam makna lainnya, sinergi adalah suatu sumber kekuatan organisasi yang ampuh, bahkan sering digunakan untuk memperlihatkan perbedaan antara sukses dan kegagalan.
Teori sinergi (synergy) mengacu pada Gaya Manajemen Sinergik dalam organisasi yaitu senantiasa menciptakan harmonis (Salusu, 2004). Landasan Teori peningkatan sinergi pengelolaan SKA di laut mengacu pada konsep “competitive advantage, creating and sustaining performance”, sedangkan prinsip yang dikembangkan mengacu pada prinsip dasar kompetisi yang bertumpu pada perkembangan lingkungan strategis.  Dalam istilah manajemen, sinergi diartikan bersaing dengan lebih baik dari yang diharapkan untuk meraih keunggulan kompetitive  (competitive advantage) yang standar. Dengan demikian, maka secara langsung sinergi atau kemitraan kerja antar komponen pengelola SKA di laut akan tumbuh menjadi wadah sinergi yang efisien; berkualitas; fleksibel dan inovatif. Oleh sebab itu, wadah sinergi sebagai ciri kerjasama kemitraan harus senantiasa dikembangkan secara dinamis sesuai dengan konsep “learning organization” mengikuti trend atau perkembangan lingkungan strategis (Senge, 1996).
Silower (1998) dalam buku ”Synergy Trap” mengemukakan dasar-dasar sinergi yang terdiri dari visi strategis, strategi budaya, kekuasaan dan budaya, integrasi sistem dan investasi awal untuk memperoleh imbalan sebagai premium. Keempat komponen itu mewakili unsur-unsur utama dari suatu strategi kerjasama atau kemitraan yang harus berada pada posisinya. Dalam hal ini, komponen sinergi yang dimaksud dikelompokkan menjadi antar Pemerintah Pusat dan Daerah, antar penerapan teknologi, antar Stakeholder, antar pengelola Wilayah Garapan/Kerja dan antar Sektor Pembangunan terkait.  Dalam konteks keterkaitan masing-masing dasar sinergi, berlaku bahwa jika salah satu dari keempat dasar ini tidak ada pada saat kesepakatan kerjasama dilakukan, maka sinergipun akan menjadi ”perangkap”, premium kemungkinan mewakili kerugian total bagi komponen sinergi. Walaupun demikian, berkenaan dengan kondisi-kondisi persaingan ini, dasar-dasar sinergi ini perlu diterapkan tetapi bukan satu-satunya ”komponen yang menentukan” untuk menjamin perncapaian peningkatan kinerja.
Kendala Sinergi Pengelolaan
Sehubungan dengan cukup berlimpahnya potensi SKA di laut dan implementasi UU No. 22/1999 (telah direvisi menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintahan di Daerah, maka dalam  implikasi positif sinergi pengelolaan sumber kekayaan alam di laut terhadap Pembangunan Daerah akan membawa dua konsekuensi penting yaitu: pertama, bagaimanapun juga Daerah dituntut untuk mampu mengidentifikasi potensi dan nilai ekonomi sumber daya kelautan, agar tersedia data akurat tentang potensi sumber kekayaan laut di wilayah laut  kewenangannya; dan kedua, Daerah juga dituntut secara cepat dapat mengikuti prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).  Dalam hal ini, desentralisasi kewenangan ini berarti memberikan peluang diangkatnya kembali nilai-nilai kearifan lokal yang dianut masyarakat daerah dalam mengelola sumber daya alam di laut.
Selain itu, dalam usaha meningkatkan sinergi pengelolaan SKA ini telah diidentifikasi berbagai kendala yang dihadapi yaitu kesenjangan yang terjadi antara kondisi sinergi faktual saat ini dengan kondisi ideal yang diharapkan. Kendala-kendala tersebut adalah:
a.Belum tersediannya Undang Undang Kebijakan Kelautan Nasional (ocean policy) sebagai acuan yang jelas dan tegas. Kebijakan kelautan adalah payung legitimasi yang berfungsi sebagai arahan operasional tentang pengelolaan perairan Indonesia dan digunakan sebagai acuan sektor-sektor terkait, antar Pemerintah Pusat dan Daerah, antar Stakeholder, antar penerapan teknologi dan antar Wilayah Garapan / Wilayah Kerja dalam menyusun sinergi pengelolaan sumber kekayaan alam.
b.Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia dan penguasaan iptek kelautan, menyebabkan ketergantungan iptek pada negara lain. Masih lemahnya penguasaan iptek kelautan dalam pengelolaan lingkungan laut juga masih dikalahkan oleh kuatnya pengaruh issu lingkungan yang berlebihan sehingga menghambat iklim investasi komoditi kelautan.
c.Terbatasnya data dan informasi kelautan dalam format standar Geographic Information System (GIS) terutama data potensi rinci sebagai tumpuan dalam mengembangkan dan merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber kekayaan alam di laut.
d.Sektor kelautan dirasakan masih sebagai sektor pinggiran (periperal sektor) sehingga belum mendapat prioritas yang proporsional dalam Pembangunan Daerah dan Pembangunan Nasional.
e.Luasnya perairan Indonesia (3,2 juta km2) disamping merupakan wilayah yang berpotensi kekayaan alam juga merupakan kelemahan dalam ”span of control” bidang komunikasi, transportasi dan pengendalian sistem pemerintahan yang rawan terhadap berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG).
Disisi lain, pengaruh perkembangan lingkungan strategis terutama global, regional dan nasional telah membawa konsekuensi tersendiri terhadap kebijaksanaan dalam meningkatkan sinergi pengelolaan SKA di laut. Dampak globalisasi yang paling kuat adalah munculnya ketidakpastian (uncertainty), kompleksitas (complexity), dan kompetisi (competition). Oleh sebab itulah, globalisasi disamping memberikan dampak negatif juga memberikan peluang jika dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk meningkatkan daya saing bangsa.  Pergeseran kekuatan politik dunia dari bipolar menjadi multipolar pasca perang dingin, telah berdampak pada situasi yang berubah sangat cepat dan sulit untuk diprediksi. Terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 telah berdampak luas terhadap solidaritas negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN), karena masing-masing negara anggota lebih mencurahkan perhatian serta upaya-upaya penanggulangan untuk mengatasi krisis di dalam negerinya masing-masing. Perkembangan lingkungan strategis di dalam negeri merupakan indikator mulai bangkitnya semangat dan tekad Daerah untuk membangun daerahnya, sesuai amanat Undang Undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. 
Sinergi Pengelolaan Yang Diharapkan
Mengacu pada data faktual dan aktual baik pengelolaan sumber kekayaan alam hayati ataupun non-hayati, sumber daya yang terpulihkan ataupun yang tidak terpulihkan, maka kondisi sinergi pengelolaan SKA di laut yang diharapkan adalah terwujudnya visi pembangunan kelautan yang mengedepankan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan.  Secara keseluruhan Kondisi sinergi pengelolaan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a.  Terwujudnya sinergi antar Pemerintah Pusat dan Daerah Yang Berbasis Kesetaraan
Tingkat sinergi pengelolaan antar Pemerintah Pusat dan Daerah yang diharapkan adalah kerjasama yang saling menunjang sesuai dengan peran dan fungsinya. Adanya tumpang tindih kewenangan yang menjadi kendala dalam optimalisasi pengelolaan, seyogianya diselesaikan berdasarkan aturan yang berlaku namun dalam koridor persatuan dan kesatuan NKRI. Dalam hal ini konsep kesetaraan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber kekayaan alam di laut diharapkan akan membangkitkan semangat kebersamaan. Adanya kesenjangan yang dialami Daerah dalam pengalihan kewenangan pengelolaan terutama berkaitan dengan sistem kontrak generasi lama hendaknya diselesaikan secara elegan, dimana kontrak ini harus senantiasa dihormati namun kepentingan daerah juga harus diutamakan, sehingga Daerahlah yang akan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Kebijakan Daerah yang dikeluarkan untuk tujuan pengaturan agar lebih memberikan ”win-win solution” hendaknya tidak boleh bertentangan dengan isi kontrak yang sudah ditandatangani bersama, hal ini untuk menghindari adanya tuntutan arbitrase akibat perselisihan pelanggaran kontrak.
b.  Tercapainya  sinergi  antar Penerapan Teknologi yang Bertumpu pada Kekuatan Bangsa Sendiri
Sinergi penerapan teknologi oleh masing-masing sektor merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan, karena keterpaduan dalam penerapan teknologi pengelolaan akan menghasilkan luaran yang jauh berlipat ganda dibandingkan jika dilaksanakan secara sendiri-sendiri.  Keterpaduan penerapan teknologi ini merupakan cerminan akan tingkat kerjasama ilmiah yang berkualitas akademis. Kondisi yang diharapkan adalah sinergi penerapan teknologi  yang menyebabkan lepasnya ketergantungan yang tinggi kepada negara lain. Penyeragaman penerapan teknologi diharapkan akan mengurangi ketergantungan masing-masing sektor terhadap teknologi asing, dengan menggunakan kekuatan teknologi bangsa sendiri diharapkan akan terjadi saling keterikatan antar pengguna teknologi sehingga akan memperkokoh sinergi pengelola. Selain itu, penggunaan teknologi yang tidak seragam menyebabkan ketergantungan teknologi asing baik software maupun hardware termasuk sparepart. Sebagai contoh adalah penerapan DOS System IBM compatible, Machintos, Lynux, dsb. Hal yang sama dengan penerapan Sistem Informasi Geografis (GIS) pada peta-peta tematik kelautan akan mempermudah akses dalam memperoleh Informasi secara cepat dan akurat. Walaupun kondisi penguasaan teknologi pengelolaan sumber kekayaan laut masih belum cukup memadai tetapi upaya-upaya untuk menerapkannya telah mulai dirintis dan dilaksanakan. Dengan demikian, diharapkan bahwa sinergi penerapan teknologi dalam mengelola sumber kekayaan alam di laut ini akan menjadi pengikat sinergitas untuk kerjasama lintas sektoral lainnya.
c.   Meningkatnya     Sinergi          Antar    Sektor    Pembangunan    Terkait   yang   Berbasis    pada    Pembangunan Berkelanjutan
Peningkatan sinergi lintas sektor pembangunan dalam pengelolaan sumber kekayaan laut terutama yang terkait, kompeten dan mempunyai kepentingan merupakan harapan yang harus diwujudkan bersama. Kelemahan masa lalu dimana masing-masing sektor pembangunan melaksanakan pengelolaan SKA di laut hanya bertumpu pada kepentingan sektornya saya akan segera dihapuskan dan digantikan dengan konsepsi sinergi lintas sektor pembangunan yang saling terikat, terintegrasi dan saling menunjang. Diharapkan, sinergi lintas sektoral ini akan menghasilkan hasil luaran yang berlipat ganda. Konsepsi ”one data for all” merupakan upaya untuk memangkas biaya inventarisasi data kelautan sehingga dapat digunakan secara bersama-sama.
Untuk mencapai harapan terwujudnya peningkatan sinergi pengelolaan SKA di laut ini maka perlu wacana yang dapat menampung berbagai kepentingan. Salah satu wacana yang diharapkan adalah terbentuknya semacam lembaga Koordinator atau Dewan Kelautan yang lebih bersifat operasional, sehingga lebih mudah untuk melaksanakan koordinasi dan sinergi secara teknik. Dengan demikian, maka peta kekuatan pengelola sumber daya kelautan ini akan terpetakan secara lebih rinci, sehingga lebih mudah dalam menyusun prioritas perencanaan pengelolaan yang diarahkan pada konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
d.  Terjalinnya  sinergi  Antar Stakeholder Pengelola SKL yang Berbasis Saling  Menguntungkan
Sinergi antar stakeholder yang bergerak dalam pengelolaan sumber kekayaan laut ini meliputi investor (pengusaha), pemerintah, dan masyarakat yang secara langsung menjadi pelaku pengelolaan. Kondisi sinergi antar Stakeholder pengelola yang diharapkan adalah terwujudnya sinergi antar stakeholder dalam suatu ikatan kerjasama yang saling menguntungkan dengan konsepsi yang jelas, sistematik dan terencana. Dengan demikian, konsepsi kemitraan saling menguntungkan dapat diterapkan secara menyeluruh sehingga kegiatan masing-masing stakeholder ini lebih berorientasi pada kepentingan bersama dan saling menunjang dalam wadah konsorsium yang sehat dan dinamis, serta mengikut sertakan seluruh masyarakat kelautan termasuk organisasi profesi seperti ISOI, HAGI, IAGI, IATMI, MAPIN, PERHAPI, Himpunan Nelayan Indonesia (HNI), dsb.
Kepentingan masyarakat di daerah lebih diprioritaskan dan diarahkan agar memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, sehingga dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap Stakeholder sebagai bagian dari masyarakat. Konsep sinergi antar stakeholder ini akan memberikan manfaat yang besar bagi para stakeholder dan juga masyarakat akan mendapatkan manfaat atas kegiatan yang dilaksanakan baik secara langsung melalui keterlibatan dalam kegiatan pengelolaan ataupun secara tidak langsung melalui hasil-hasil pembangunan di daerah.
e.  Terbinanya  sinergi  anta  Pengelolaan  Wilayah Garapan/Wilayah Kerja yang Berwawasan Lingkungan
Sinergi pengelolaan Wilayah Garapan sumber kekayaan alam di laut masih manjadi persoalan berkepanjangan, karena wilayah pengelolaan sumber kakayaan alam di laut melibatkan wilayah perairan yang relatif sangat luas dan sulit dikadasterkan (dipilah-pilah sebagai peta tematik). Sebagai contoh Wilayah pengelolaan perikanan tangkap (9 wilayah kadaster) atau wilayah garapan hayati terutama ikan tangkap memperlihatkan wilayah yang selalu tumpang tindih, karena dinamisnya pergerakan ikan-ikan tangkap tersebut. Hal ini terjadi karena wilayah penangkapan ikan ini biasanya dinamis tergantung dari posisi kelompok ikan yang menjadi sasaran penangkapan. Dengan demikian, penangkapan ikan secara operasional tidak dapat dibatasi oleh batas wilayah garapan karena merupakan sumber kekayaan alam yang dinamis. Sebaliknya, Wilayah Kerja pengelolaan seperti pasir timah, kromit, “mineral hidrotermal” atau “gas biogenik” di dasar laut dibatasi oleh wilayah kerja yang statis dan menetap.
Sinergi pengelolaan wilayah garapan menyangkut wilayah andalan yaitu yang mempunyai potensi sumber kekayaan alam non-hayati seperti migas dan sumber daya mineral dasar laut juga tidak terlepas dari batas wilayah garapan/wilayah kerja, namun karena sifat keberadaan potensi non-hayati ini statis maka dapat secara tegas dipetakan batas-batasnya pada peta wilayah kerja. Namun demikian, dalam kegiatan pengelolaan sumber kekayaan alam di laut ini harus senantiasa memelihara pelestarian lingkungan laut. Wilayah konservasi yang merupakan wilayah garapan yang terlarang untuk dimanfaatkan dan wilayah pengelolaan tradisional yang dikelola oleh penduduk setempat secara tradisional, diharapkan mempunyai kebijaksanaan tersendiri karena pemanfaatannya terbatas pada kebutuhan hidup sehari-hari sehingga harus mendapat prioritas tersendiri.
Dengan demikian, sinergi pengelolaan sumber kekayaan alam di laut ini,  diharapkan akan menghasilkan luaran yang signifikan terutama memberikan peran yang lebih leluasa kepada Pemerintah Daerah dan Stakeholder dalam memanfaatkan SKA di laut namun dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup. Dalam hal ini, nuansa konsepsi sinergi antar pengelola SKA di laut ini lebih ditekankan pada peran pemerintah sebagai regulator dan fasilitator untuk memprakarsai peningkatan berbagai kerjasama antar berbagai komponen pengelola SKA di laut terutama antar pemerintah Pusat dan Daerah, lembaga-lembaga yang kompeten, Stakeholder, dan masyarakat kelautan. Tentu saja dalam implementasinya diperlukan berbagai regulasi sebagai payung hukum sehingga sinergi dapat dilaksanakan tanpa hambatan legitimasi.
Penutup
Sebagai intisari bahasan tentang sinergi pengelolaan SKA di Laut, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, diantaranya:
Pertama, Potensi sumber daya kelautan baik hayati maupun non-hayati ini jika dikelola secara sinergi (terpadu), proporsional, terencana dan terkendali akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Daerah secara signifikan dan diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap keberhasilan Pembangunan Daerah. Keberhasilan Pembangunan Daerah termasuk kontribusi sektor kelautan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, terutama dalam memberikan kesejahteraan dan keamanan rakyat sehingga mampu memelihara Ketahanan Daerah yang merupakan tumpuan kekuatan dalam memelihara mantapnya integritas NKRI.
Kedua, Perlu melaksanakan penguatan kelembagaan koordinasi kelautan yang kompeten, lebih operasional dan lebih berorientasi pada pemanfaatan SKA di laut yang berwawasan lingkungan dengan cara membangun kemitraan dan kerjasama seluruh komponen pengelola sumber kekayaan alam di laut melalui penataan kembali lembaga koordinasi lembaga non formal dan independen. Selain itu, diperlukan konsepsi kebijakan kelautan (ocean policy) tingkat nasional yang akan menjadi acuan bagi masing-masing sektor dalam melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan dengan cara mengikutsertakan seluruh komponen pembangunan seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, sektor pembangunan, dan Stakehoder sebagai pelaku pengelolaan sumber kekayaan alam, melalui penataan kembali forum-forum masyarakat kelautan Indonesia.
Ketiga, Peningkatan sinergi antar Pemerintah Pusat dan Daerah yang berbasis kesetaraan membawa konsekuensi penting yaitu Daerah dituntut kemampuannya untuk mengidentifikasi potensi dan nilai ekonomi sumber daya kelautan, dan Daerah juga dituntut secara cepat mengikuti prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dengan demikian, tantangan sinergi pengelolaan SKA di laut adalah meningkatkan daya saing pengelolaan sumber kekayaan laut dari ”comparative advantages” menjadi ”competitive advantages”  melalui cara yang elegan.
Keempat, Pembangunan kelautan di Daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional dengan desentralisasi sebagai bagian integralnya. Hal ini akan membangkitkan partisipasi mayarakat di daerah yang secara langsung akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kepercayaan masyarakat merupakan pengungkit dalam membangkitkan partisipasi yang lazimnya direalisasikan dalam bentuk dukungan atau support terhadap kegiatan Pembangunan Nasional. Dengan bertumpu pada partisipasi masyarakat ini maka upaya untuk membangun kewaspadaan nasional akan meningkat terutama dalam menangkal segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG).

Daftar Pustaka
Doctoroff, Michael. 1977.  Synergistic Management. AMACOM Press., New York.
Halbach, P., 2003. Cruise Report: Bandamin II, Submarine Hydrothermalism in the Southern Banda / Flores Sea. Freie Universitat,  Berlin.
Lili Sarmili. 2002. Kandungan Emas dan Perak dalam Mineralisasi Hidrotermal di  Perairan Komba dan Sekitarnya, Laut Flores-Wetar, Kawasan Timur Indonesia. Bulletin Marine Geological Institute, Vol. 2, April 2002, Bandung.
Purnomo Yusgiantoro, 2004. Wawancara Prospek Migas. Harian Metro, Tgl 14 Juni 2004, Jakarta.
Qilun, Yang,. 1995. Preliminary Study of Unstability of East China Floor. The 14th Inqua Congress Berlin. Qingdao Ocean Univ. Press.
Salusu, J., 2004. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Senge, M. P. 1996. Disiplin kelima: Seni dan Praktek dari Organisasi Pembelajaran. Ed. Lyndon Saputra. Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta. 
Sirower, Mark, L. , 1998. The Synergy Trap. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Subaktian Lubis, 2002. Sejarah Penyelidikan Geologi Kelautan di Kawasan Indonesia Timur Indonesia Sebagai ”The Last Frontier”. Forum Balitbang Energi dan Sumber Daya Mineral. Balitbang ESDM, Jakarta.
Toto Pandoyo, 1994. Wawasan Nusantara dan Implementasinya dalam UUD 1945 serta Pembangunan Nasional. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

KEBERSIHAN PANGKAL KESEHATAN

 






            Pada minggu yang lalu, temanku yang bernama Asep mengalami sakit Demam Berdarah. Ia dirawat di rumah sakit Bayu Asih selama beberapa hari. Aku dan teman-teman menengoknya ke rumah sakit. Ia terlihat sangat lemah dan pucat sekali mukanya.
            Karena hal tersebutlah kemudian di sekolahku digalakkan gerakan untuk memberantas nyamuk demam berdarah. Guru-guru memerintahkan kepada seluruh murid-murid untuk melakukan kebersihan di lingkungan sekolah. Ada yang menyapu halaman, ada yang membersihkan selokan, ada yang mengumpulkan barang-barang bekas, ada yang membakar sampah dan membersihkan daun-daun yang bertebaran di halaman sekolah.
            Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi dengan datangnya musim hujan. Biasanya dengan datangnya musim hujan, nyamuk-nyamuk demam berdarah akan sangat mudah untuk berkembang biak di dalam air yang tergenang. Air yang tergenang terdapat pada saluran air yang macet serta menggenang di dalam kaleng bekas dan lain-lain.

            Untuk menjaga seluruh warga sekolah agar tidak terkena dampak dari menjangkitnya penyakit demam berdarah, maka seluruh warga sekolah mulai dari murid hingga guru diharuskan selalu menjaga kebersihan baik kebersihan pribadi maupun kebersihan lingkungan. Karena kebersihan pangkal kesehatan. Dengan menjaga kebersihan kita akan terhindar dari segala penyakit.

Wednesday, October 27, 2021

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA DI KELAS VI

 



A. Kajian Materi Pembelajaran IPA
Untuk menanggapi kemajuan era global dan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kurikulum sains termasuk IPA terus disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk terus menyelaraskan dengan perkembangan jaman maka kita dituntut untuk terus memajukan ilmu pengetahuan tersebut.
Sehubungan dengan hal itu, sains memegang peran yang cukup signifikan dalam peningkatan kualitas sumber daya teknologi karena di dalamnya dipelajari berbagai sumber, asal, pemberdayaan serta pemanfaatan teknologi baik yang berasal dari alam maupun rekayasa manusia.
1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosialhumaniorateologi, dan seni.
2. Fungsi IPA di Sekolah Dasar
Dalam kehidupan sehari-hari IPA berfungsi sebagai media untuk menguasai konsep dan manfaat IPA serta memberikan bekal pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
  1. Untuk menekankan pemahaman tentang pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
  2. 7
     
    Untuk membangun imaginasi dan rasa ingin tahu siswa dan agar bisa bersikap positif menanggapi kemajuan sains dan teknologi.
  3. Untuk meningkatkan kompetensi siswa untuk menyelidiki alam sekitarnya, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan.
  4. Ikut serta dalam memelihara dan menjaga lingkungan alam.
4. Ruang Lingkup
Di tingkat sekolah dasar (SD), Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi dua aspek diantaranya:
  1. Pemahaman konsep dan penerapannya dalam kehidupan.
  2. Penyelidikan atau penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreatifitas, dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah sebagai kerja ilmiah.
  3. Pemahaman konsep dan penerapannya.
Pendek kata, untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran IPA guru, siswa, alat peraga adalah faktor penting yang sangat mendukung keberhasilan. Selain itu penggunaan strategi pembelajaran yang relevan atau sesuai dengan materi pembelajaran juga merupakan faktor penunjang untuk bisa memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

B. Metode Pembelajaran
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih baik.
Metode pembelajaran dipilih berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan disampaikan, serta sarana dan kondisi siswa yang dihadapi oleh para pengajar. Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode mengajar adalah:
  1. Tidak ada satu metode yang terbaik yang dapat digunakan untuk segala situasi dan tujuan pengajaran.
  2. Setiap metode yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
  3. Penggunaan metode yang bervariasi akan membuat situasi pembelajaran menjadi lebih efektif (Suroso, 1999:19-20).
Ismawati (2011:100) mengemukakan bahwa tidak semua metode yang ada baik dan bisa dipakai. Karena itu sebelum memutuskan metode yang akan dipergunakan, guru harus mempertimbangkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1.    Metode harus bervariasi.
2.    Metode harus menarik dan merangsang siswa untuk belajar.
3.    Metode harus menggiatkan siswa secara mental dan fisik dalam belajar, dapat berwujud latihan, praktik, atau pertanyaan-pertanyaan.
4.    Metode harus mengarahkan kegiatan belajar siswa ke arah tujuan pengajaran.
5.    Metode harus mengembangkan kreativitas siswa.

C. Metode Demonstrasi
1.                  Definisi
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mendemontrasikan (guru, peserta didik, atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan (Ramayulis, 2004: 244).
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian.  Metode Demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain.  (Cecep, 2005).  Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2000). 
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Djamarah, 2000).  Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa metode demonstrasi merupakan tehnik mengajar yang memperagakan suatu barang atau alat yang menggambarkan suatu proses atau kejadian berkenaan dengan materi pelajaran yang dipelajari.
Dalam penggunaan metode ini guru bisa menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain yang ahli dalam bidang pelajaran itu.  Metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan rangsangan visual siswa. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini (contoh :  Pembulatan Biodiesel) bagaimana cara membuatnya?, terdiri dari bahan apa?, bagaimana proses mengerjakannya?)
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda (Ramayulis, 2004:244). Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mendemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.
2.        Kebaikan Metode Demonstrasi
  1. Keaktifan peserta didik akan bertambah, lebih-lebih kalau peserta didik diikutsertakan.
  2. Pengalaman peserta didik bertambah karena peserta didik turut membantu pelaksanaan suatu demonstrasi sehingga ia menerima pengalaman yang bisa mengembangkan kecakapannya.
  3. Pelajaran yang diberikan lebih tahan lama. Dalam suatu demonstrasi, peserta didik bukan saja mendengar suatu uraian yang diberikan oleh guru tetapi juga memperhatikannya bahkan turut serta dalam pelaksanaan suatu demonstrasi .
  4. Pengertian lebih cepat dicapai. Peserta didik dalam menanggapi suatu proses adalah dengan mempergunakan alat pendengar, penglihatan, dan bahkan dengan perbuatannya sehingga memudahkan pemahaman peserta didik dan menghilangkan sifat verbalisme dalam belajar.
  5. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan dan titik yang dianggap penting oleh guru dapat diamati oleh peserta didik seperlunya. Sewaktu demonstrasi perhatian peserta didik hanya tertuju kepada suatu yang didemonstrasikan sebab peserta didik lebih banyak diajak mengamati proses yang sedang berlangsung dari pada hanya semata-mata mendengar saja.
  6. Mengurangi kesalahan-kesalahan. Penjelasan secara lisan banyak menimbulkan salah paham atau salah tafsir dari peserta didik apalagi kalau penjelasan tentang suatu proses. Tetapi dalam demonstrasi, di samping penjelasan lisan juga dapat memberikan gambaran konkrit.
  7. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan atau masalah dalam diri peserta didik dapat terjawab pada waktu peserta didik mengamati proses demonstrasi.
  8. Menghindari ”coba-coba dan gagal”  yang banyak memakan waktu belajar, di samping praktis dan fungsional. Khususnya bagi peserta didik yang ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau jalannya sesuatu.
  9. Metode ini membutuhkan kemampuan yang optimal dari pendidikan untuk itu perlu persiapan yang matang.
  10. Sulit dilaksanakan kalau tidak ditunjang oleh tempat, waktu dan peralatan.
3.    Kelemahan Metode Demonstrasi
a.                                                         Memerlukan waktu yang cukup banyak
b.        Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
c.         Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
d.        Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
e.         Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif.
4.    Mempersiapkan Suatu Demonstrasi
Suatu demonstrasi yang baik membutuhkan persiapan yang teliti dan cermat. Sejauh mana persiapan itu dilakukan amat banyak tergantung kepada pengalaman yang telah dilalui dan kepada macam atau demonstrasi apa yang ingin disajikan. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa untuk melakukan demonstrasi yang diperlukan:
  1. Perumusan tujuan instruksional khusus yang jelas yang meliputi berbagai aspek, sehingga dapat diharapkan peserta didik itu akan dapat melaksanakan kegiatan yang didemonstrasikan itu setelah pertemuan berakhir. Untuk itu hendaknya guru mempertimbangkan:
1)   Apakah metode itu wajar dipergunakan dan merupakan cara paling efektif untuk mencapai tujuan intruksional khusus tersebut.
2)   Apakah alat-alat yang diperlukan itu mudah diperoleh dan sudah dibacakan terlebih dahulu atau apakah kegiatan-kegiatan fisik bisa dilakukan dan telah dilatih kembali sebelum demonstrasi dilakukan.
3)    Apakah jumlah peserta didik tidak terlalu besar yang memerlukan tempat dan tata ruang khusus agar semua peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif.
  1. Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum demonstrasi, guru sudah mencobakannya lebih dahulu agar demonstrasi itu tidak gagal.
1)    Apakah guru terbiasa atau memahami benar terhadap semua langkah-langkah atau tahap-tahap dari demonstrasi yang akan dilakukan.
2)   Apakah guru mempunyai pengalaman yang cukup untuk menjelaskan setiap langkah demonstrasi itu.
3)   Apakah tidak membutuhkan latihan lanjutan untuk menguasai demonstrasi itu.
  1. Mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan. Hendaknya guru sudah merencanakan seluruh waktu yang dipakai maupun batas waktu untuk langkah demonstrasi yang akan dilakukan sehingga pertanyaan-pertanyaan di bawah ini terjawab.
1)    Apakah kendalanya juga sudah termasuk waktu untuk memberi kesempatan kepada peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi?
2)  Berapa lama waktu yang dipakai untuk memberi rangsangan atau motivasi agar peserta didik berpartisipasi dan melakukan observasi ulang, baik sebagian maupun keseluruhan?
3)  Apakah ke dalamnya juga termasuk waktu untuk mengadakan demonstrasi ulang, baik sebagian maupun keseluruhan?
  1. Selama demonstrasi berlangsung guru dapat mempertanyakan kepada diri sendiri apakah:
1)  Keterangan-keterangan itu dapat didengar jelas oleh peserta didik.
2)  Kedudukan alat atau kedudukan guru sendiri sudah cukup baik sehingga semua peserta didik dapat melihatnya dengan jelas.
3)  Terdapat cukup waktu dan kesempatan untuk membuat catatan seperlunya bagi peserta didik.
  1. Mempertimbangkan penggunaan alat bantu pengajaran lainnya, sesuai dengan luasan makna dan isi dari demonstrasi. Untuk itu  dapat dipertanyakan hal-hal berikut:
1)  Adakah guru menyimpulkan kegiatan dari setiap langkah-langkah pokok demonstrasi itu.
2)  Bagaimana dan kapan dilakukan semua hal-hal itu, sebelum, sesudah atau selama demonstrasi itu berlangsung.
  1. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Seringkali perlu telebih dahulu dilakukan diskusi-diskusi dan peserta didik mencobakan kembali atau mengadakan demonstrasi ulang untuk memperoleh kecakapan yang lebih baik.

D.   Konsep Prestasi Belajar
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan prestasi belajar, tidak mudah memberikan jawaban dengan begitu saja, mengingat banyak komponen dan faktor yang ikut melatarbelakanginya. Faktor tersebut baik yang berasal dari luar diri peserta didik, ataupun berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri seperti faktor psikologis dan pisiologi. Untuk lebih memudahkan dalam memahami pengertian prestasi belajar terlebih dahulu dijelaskan tentang beberapa pengertian belajar.
Pada dasarnya kehidupan sekolah tidak ubahnya dengan kehidupan sosial yang sangat luas. Sekolah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para peserta didik yang belajar berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.
Interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di sekolah. Faktor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (ekstern) secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin dalam perubahan pola-pola perilaku mereka.
Keputusan untuk melakukan kegiatan belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada kekuatan motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat maka keputusan utuk melakukan kegiatan belajar juga tinggi. Hanya kekuatan motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang merupakan faktor pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri menekankan pada autoaktifitas peserta didik dalam belajar yang penuh dengan tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya (Nasution, 2001:25).
Dalam setiap usaha dan kejadian yang dilakukan, manusia selalu mendambakan keberhasilan. Begitu juga dalam proses belajar mengajar di sekolah. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar mrengajar selalu mendapatkan keberhasilan belajar. Dalam dunia pendidikan keberhasilan itu disebut prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan wujud dan keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran yang menuntut ketekunan dan kesungguhan dalam pelaksanaan belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sesuai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapannya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Oleh karena itu belajar adalah proses yang aktif, belajar proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.

Monday, October 25, 2021

Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan

 



1) Menggunakan keterampilan kreatif dan menyenangkan
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru pada saat mengajar yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap mengajar guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban anak/peserta didik.
2) Memberi penguatan
            Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan non verbal, dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, bermakna dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian.
            Contoh : Bagus, tepat, Ibu puas dengan hasil kalian.
Sedangkan secara nonverbal dapat dilakukan dengan gerakan mendekati peserta didik.
Contoh : sentuhan, acungan jempol
Penguatan bertujuan untuk :
a)      Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
b)      Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar anak
c)      Meningkatkan kegiatan belajar dan membina perilaku yang produktif
Penguatan harus diberikan secara sungguh-sungguh, memiliki makna.
3) Mengadakan variasi
            Variasi dalam mengajar bertujuan untuk :
a)      Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan.
b)      Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat anak didik terhadap hal baru dalam pembelajaran.
c)      Memupuk perilaku positif anak terhadap pembelajaran.
d)     Memberi kesempatan kepada anak untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
Ø  Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara:
-          Variasi cara rendah, tinggi, besar,kecil
-          Memusatkan perhatian
-          Membuat kesenyapan sejenak
-          Menggunakan kontak pandangan anak
-          Variasi gerakan badan dan mimik
Ø  Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar :
-          Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
-          Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
-          Variasi alat dan bahan yang dapat diraba
1)        Menjelaskan
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru setiap mengajar. Oleh karena itu, keterampilan menjelaskan kepada anak usia dini perlu ditingkatkan agar dapat mencapai hasil yang optimal. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan di dalam mengajar :
-          Penjelasan dapat diberikan pada setiap awal kita mengajar, di tengah kita mengajar, maupun di akhir kita mengajar
-          Penjelasan harus menarik perhatian anak dan sesuai dengan materi
-          Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan anak
2)        Membimbing diskusi kelompok kecil
Hal-hal yang diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah memusatkan perhatian anak pada tujuan dan topik diskusi memperluas urusan pendapat, menganalisa pandangan anak, meningkatkan partisipasi anak, menyebarkan kesempatan berpartisipasi dan menutup diskusi. Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu tujuan yang dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok dan dapat mengembangkan kreatifitas anak. 
3)        Mengelola Kelas
Dalam mengajar pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru dan guru dapat mengendalikan jika terjadi gangguan dalam mengajar. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan mengajar kelas.
a)      Kehangatan dan keantusiasan
b)      Tantangan
c)      Bervariasi
d)     Luwes
e)      Penekanan pada hal-hal positif
f)       Penanaman disiplin diri
Keterampilan sebagai mengelola dalam mengajar memiliki komponen sebagai berikut :
-         Menunjukkan sikap dengan cara : memandang, mendekati, memberikan pertanyaan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas.
-         Membagi perhatian secara visual dan verbal
-         Memberi petunjuk yang jelas
-         Memberi teguran secara bijaksana
4)        Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka dan menutup merupakan dua kegiatan rutin dalam mengajar yang dilakukan guru untuk mengakhiri pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian anak secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman anak terhadap materi yang telah dipelajari serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.

About

Popular Posts