BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menjadi sebuah hal yang menarik
adalah ketika muncul pertanyaan seberapa pentingkah sejarah perjanjian lama
dalam ruang lingkup kehidupanorangKristen? Mungkin akan muncul berbagai macam
pendapat ada yang mengatakan penting ada juga yang menganggap sudah berlalu.
Jika kita pelajari dengan baik
Yesus Kristus menggunakan PL dalam mengajar di pelayanan-Nya. Para murid Yesus
juga menggunakan PL dalam memberitakan injil atau dalam pelayanannya. Hal itu
menjadikan PL menjadi hal yang sangat penting dalam membangun dan membentuk
konsep dalam pelaksanaan pelayanandalam kehidupan orang Kristen. Pemahaman
tersebut tentunya dilandasi bahwa bagaimana sejarah kehidupan orang Kristen
dalam perjanjian lama.
Berdasarkan hal tersebut dapat
kita katakan bahwa sejarah PL memiliki peranan penting untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan pelayanan Agama Kristen pada masa dulu (pada kehidupan
bangsa israel).
B.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Dapat
mengetahui bagaima sejarah Perjanjian Lama, khususnya pada masa sejarah bangsa
israel.
2. Dapat
mengerti maksud dan rencana Allah yang turut campur tangan dalam sejarah
manusia.
3. Mengetahui
kejadian-kejadian dalam Alkitab untuk melihat bagaimana Allah berkarya,
menyatakan Diri-Nya dan bagaimana Ia bertindak dan berhubungan dengan manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat Perjanjian Lama
Seperti yang telah disinggung
sebelumnya bahwa sebagian besar Kitab-kitab dalam Perjanjian Lama berisi cerita
sejarah, khususnya tentang sejarah bangsa Israel. Cerita-cerita tsb. bukanlah
cerita yang sekedar kita dengar lalu kita lupakan, karena ada makna teologis
yang dapat ditarik kalau kita mempelajari dengan teliti dan dengan tujuan yang
benar.
Mempelajari sejarah PL harus
dimulai dengan kerinduan untuk mengerti maksud dan rencana Allah berintervensi
(turut campur tangan) dalam sejarah manusia. Hal inilah juga yang mendorong
para ahli Alkitab untuk meneliti dan menyusun urutan kejadian-kejadian dalam
Alkitab untuk melihat kembali bagaimana Allah berkarya, menyatakan Diri-Nya dan
bagaimana Ia bertindak dan berhubungan dengan manusia. Tindakan Allah dalam
sejarah ciptaan-Nya ini membuktikan akan penyertaan dan pemeliharaan Allah
terhadap ciptaan-Nya. Apa yang Allah kerjakan dan tunjukkan di masa lampau
dalam sejarah Perjanjian Lama, memberikan dampak dan pengharapan bagi kita yang
hidup pada masa kini.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah hal-hal
penting yang perlu diketahui dalam mempelajari sejarah PL ini.
1. Hal-Hal
Penting Yang Perlu Diketahui Dalam Mempelajari Sejarah Perjanjian Lama (PL)
a. Sejarah PL adalah Sejarah Kehidupan Manusia Yang
Nyata
Sejarah PL bukanlah cerita-cerita
usang belaka dari suatu bangsa yang hanya rekaan manusia. Sejarah PL adalah kisah
dari sebuah bangsa yang betul-betul ada di dunia, yang telah dipilih Allah
untuk menjadi saluran kasih-Nya. Setiapkejadian yang ada dalam sejarah PL
merupakan sebuah mata rantai sejarah Keselamatan Allah yang panjang yang saling
menyambung, karena kisah yang ada dalam PL tsb. satu dengan yang lain memiliki
hubungan/kaitan yang sangat erat, baik hubungan sebagai kelanjutan cerita, tapi
juga hubungan akan penggenapan atas nubuat yang telah diberikan sebelumnya.
b. Sejarah PL adalah Pekerjaan Allah
Alkitab PL bukan saja meliputi
cerita kronologis bangsa Israel dari permulaan pemilihan sampai jaman Yesus
Kristus, tapi adalah sejarah pekerjaan Allah yang terus menerus dinyatakan di
dalam kehidupan orang-orang Israel agar mereka mengerti tujuan pekerjaan dan
rencana karya Allah untuk keselamatan mereka serta menjadikan mereka rekan
kerja Allah.
c. Sejarah PL adalah Sejarah Keselamatan
Dari peristiwa-peristiwa yang
disusun secara kronologis maka terlihatlah suatu benang merah berita inti dalam
seluruh sejarah umat manusia, yaitu Sejarah Keselamatan yang Allah anugerahkan
kepada manusia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa dan terputus hubungan
dengan Allah diberikan pengharapan baru; dan pada setiap generasi, sejarah
mencatat, Allah selalu mengulangi panggilan-Nya agar manusia berbalik dan
menerima keselamatan yang dari Tuhan.
Dari tiga hal di atas jelaslah
bahwa untuk mempelajari sejarah PL kita harus melihat keseluruhan beritanya
dalam konteks yang tepat. Sejarah PL bukan berisi perintah-perintah yang harus
kita ikuti atau cerita yang bisa kita ambil dan mengerti secara terpisah-
pisah, karena masing-masing peristiwa memiliki latarbelakang historis yang
menuju ke satu berita utama, yaitu berita Keselamatan. Oleh karena itu
mempelajari sejarah PL akan menolong kita secara langsung untuk mempelajari
konteks dalam menafsirkan berita PL secara benar.
2. Kronologis Sejarah PL
Sebelum memberikan garis besar
sejarah seluruh PL, perlu terlebih dahulu kita mengerti bagaimana para ahli
Alkitab dan sejarah menentukan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa tsb. secara
kronologis.
Penentuan waktu kronologis sejarah
PL (dari masa penciptaan, Adam dan seterusnya) tidak begitu mudah untuk
dipastikan, karena Alkitab sendiri tidak ditulis untuk maksud memberikan
catatan kronologis yang urut dan lengkap. Tujuan Alkitab mencatat
peristiwa-peristiwa penting adalah untuk memberikan gambaran sehubungan dengan
bagaimana Allah bertindak terhadap manusia pada tempat dan waktu saat itu.
Salah satu cara menentukan waktu kejadian penciptaan Adam adalah dengan teori
Ussher (sekalipun sekarang teori ini tidak populer), yaitu dengan cara
menjumlahkan kebelakang genealogi- genealogi (silsilah) dan data-data
kronologis lain yang terdapat dalam PL (dengan asumsi bahwa silsilah-silsilah
PL semua lengkap dan berurutan). Dengan cara ini ditentukan bahwa waktu
penciptaan Adam adalah thn. 4004 SM (Sebelum Masehi). Banyak orang masih
memakai pedoman pentarikhan waktu Ussher ini sebagai pedoman pengurutan
kronologisnya saja, sedangkan penentuan tahunnya tidak diikuti.
Berikut ini adalah garis besar pembagian sejarah PL
secara kronologis:
a. Jaman Adam sampai
Abraham (kira-kira 5000 - 4000 SM)
Jaman ini oleh beberapa sarjana
ditempatkan dalam ruang waktu antara 5000-4000 SM, walaupun ada banyak pandangan
yang berbeda- beda tentang penetapan waktu ini.
Dalam jaman ini dicatat dua peristiwa besar:
1. Air bah - 3000 SM, tahun ini ditentukan dengan
memperhatikan kesamaan antara Air Bah di dalam Alkitab dengan sebuah kisah air
bah yang berasal dari Babel.
2. Menara Babel - 3000-2000 SM, karena kejadiannya
ini tidak lama sesudah air bah, (dimana semua manusia masih tinggal di satu
daerah).
b. Jaman Patriakh-Patriakh (kira-kira 2000 - 1400 SM)
Kisah pengembaraan Abraham dalam Kejadian 12-50 dapat
diyakinkan dari berbagai keterangan yang cocok sekali dengan lingkungan
kebudayaan periode tahun 2000-1600 SM, dimana cara hidup orang-orang jaman itu
adalah mengembara (nomandik). Tanah Palestina saat itu masih jarang penduduknya
sehingga pengembaraan masih dapat dilakukan dengan bebas di daerah-daerah yang
subur, bahkan dari daerah Mesopotamia (tempat asal Abraham) ke Palestina.
c. Jaman Keluaran/Eksodus dari Mesir (kira-kira 2000
- 1400 SM)
Ada dua periode besar pada jaman ini yang berjalan
kira-kira 430 tahun. Pertama adalah masa Abraham dipanggil Tuhan sampai Yakub
masuk ke Mesir. Dan kedua adalah masa bgs. Israel di Mesir sampai keluar dari
Mesir. Thn. 1290 SM diperkirakan sebagai tahun keluarnya (Eksodus) bangsa
Israel dari Mesir. Saat itu diperkirakan umur Musa adalah 80 tahun.
d. Jaman Hakim-Hakim (kira-kira 1400-1050 SM)
Jaman ini adalah masa sesudah
kematian Yosua. Dalam periode ini ada 13 hakim yang ditunjuk Tuhan untuk
memimpin bangsa Israel hidup di Tanah Perjanjian. (Daftar Hakim-hakim lihat di
bahan Referensi).
Masa Hakim-hakim ini dianggap
sebagai masa gelap bangsa Israel, diungkapkan sebagai masa dimana "setiap
orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." Pada masa ini
sepertinya Tuhan tidak bekerja, baik melalui mujizat maupun tanda-tanda lain
yang menyertai. Kehidupan bangsa Israel sangat mundur bukan hanya secara rohani
tapi juga dalam hal keamanan dan kesejahteraan jasmani. Mereka sering
dikalahkan, dirampok dan diperlakukan sangat buruk oleh bangsa-bagsa lain yang
lebih kuat. Kunci dari masalah ini adalah karena dosa-dosa yang diperbuat oleh
bangsa Israel, sehingga Tuhan meninggalkan mereka.
e. Jaman Kerajaan Bersatu (kira-kira 1050 - 931 SM)
Dalam rangkaian sejarah bangsa
Israel, periode jaman ini dapat dikatakan sebagai jaman yang paling gemilang
dan makmur. Israel menjadi bangsa yang memiliki derajat tinggi diantara bangsa-
bangsa di sekitarnya. Hal ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai
dalam berbagai bidang (ilmu pengetahuan, kesusasteraan, pembangunan dll.)
Tapi pada pihak yang lain sistem
pemerintahan "Teokrasi", yaitu kepemimpinan langsung oleh Tuhan,
mulai ditinggalkan oleh bangsa Israel. Tuhan mengijinkan mereka memiliki raja
sendiri untuk memerintah karena kedegilan hati bangsa ini. Tetapi Tuhan memberikan
peringatan yang jelas bahwa mereka akan menyesal dikemudian hari. (Daftar
Raja-raja Israel dapat dilihat di bahan Referensi).
f. Jaman Kerajaan Terpecah (kira-kira 930 - 586 SM)
Kejayaan kerajaan Israel berakhir
setelah pemerintahan raja Salomo, karena kemudian kerajaan ini mulai pecah dan
runtuh sedikit demi sedikit dan akhirnya hancur karena kejahatan mereka di mata
Tuhan dan penyembahan-penyembahan mereka kepada patung- patung berhala.
Karena janji dan kesetiaan Tuhan
pada bangsa ini maka tak henti-hentinya Tuhan berbicara dengan mengirimkan
utusan-utusan-Nya. Pada jaman ini beberapa nabi dibangkitkan Tuhan untuk
menyampaikan Firman-Nya kepada raja dan rakyat dari kedua kerajaan yang pecah
ini. (Daftar nabi-nabi dapat dilihat di bahan Referensi).
g. Jaman pembuangan di Babel dan kembali ke tanah
Israel (kira-kira 587 B.C).
Periode pertama jaman ini adalah
masa yang sulit bagi bangsa Israel. Mereka berkali-kali jatuh ke tangan bangsa
lain, dijajah dan ditindas, bahkan mereka sempat dibuang ke tanah asing untuk
menjadi bangsa tawanan. Hal ini Tuhan ijinkan terjadi karena Tuhan sedang
menghukum bangsa Israel atas dosa dan kejahatan mereka dengan harapan supaya
mereka mengoreksi diri lalu berbalik kepada Tuhan.
Pada saat yang sama Tuhan juga
mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk berbicara tentang janji kesetiaan Tuhan bahwa
Tuhan tidak akan meninggalkan mereka asal mereka mau berbalik dan mentaati
perintah Tuhan.
Di tanah pembuangan inilah bangsa
Yahudi dan Yudaisme dilahirkan. Orang-orang yang Tuhan pakai, seperti Ezra dan Nehemia,
berhasil memimpin bangsa ini untuk kembali menegakkan "monotheisme"
dan menghargai Firman Tuhan yang diajarkan oleh nenek moyang dari
generasi-generasi sebelumnya, termasuk di dalamnya adalah Hukum Taurat sebagai
pusat pengajaran mereka.
Periode kedua dari jaman ini
adalah kembalinya bangsa Yahudi ke tanah Palestina yaitu setelah tahun 539 SM,
ketika Raja Koresy dari Persia menaklukkan Babel dan bangsa Israel pulang ke
tempat asal dan membangun bangsa dan tempat ibadah mereka kembali.
• Rombongan pertama dipimpin oleh seorang yang
bernama Sesbazar 538 SM dimana fondasi Bait Suci diletakkan.
• Rombongan kedua dipimpin oleh Hagai dan Zakharia
520 SM berjumlah 42.360 orang. Bait Suci selesai dibangun.
• Tahun 458 SM ada pengutusan dilakukan oleh Ezra beserta
serombongan besar orang Yahudi dan tahun 445 SM Nehemia datang ke Yerusalem
menyelesaikan pembangunannya.
Pada akhir sejarah Perjanjian Lama
kita ketahui bahwa orang-orang Yahudi yang pulang ke tanah air mereka memiliki
komitmen untuk menjunjung tinggi Hukum Taurat dan tempat ibadah Bait Suci
karena mereka memiliki keyakinan yang teguh bahwa merekalah umat pilihan Allah.
Sampai pada permulaan sejarah Perjanjian Baru kita masih melihat bahwa bangsa
dan agama Yahudi berkembang terus dengan subur.
B.
Tinjauan Sejarah Masa Perjanjian Lama Kronologi
Sepatah kata tentang kronologi
perlu untuk suatu tinjauan sejarah masa Perjanjian Lama. Para pembaca
barangkali bertanya-tanya bagaimana tanggal-tanggal dapat ditetapkan untuk
semua peristiwa dan tokoh dari sejarah dahulu kala bilamana catatan-catatan,
paling banter, hanya mengetengahkan sebuah ungkapan seperti "Dalam tahun
ketiga pemerintahan raja X." Ada banyak sumber dari Israel dan Timur Dekat
Kuno yang memberikan kronologi yang relatif (tahun ketiga seorang raja anu
adalah tahun pertama raja yang lain), dan dari data tersebut maka suatu
kerangka yang berkenaan dengan berbagai orang dan peristiwa dapat disusun.
Untuk menetapkan suatu kronologi yang pasti (raja mulai pemerintahannya pada tahun
465 SM), suatu waktu yang pasti harus ditentukan yang dapat dikaitkan dengan
jaringan kronologi yang relatif itu.
Untuk Timur Dekat Kuno, waktu yang
pasti ini disediakan oleh daftar Eponim dari Asyur. Daftar Eponim setiap
tahunnya mencatat pejabat tertentu yang mendapatkan penghargaan dengan menamai
tahun itu menurut nama pejabat tersebut. Dalam daftar tersebut namanya dicatat
bersama- sama dengan satu atau dua peristiwa yang paling penting dari
tahun"nya", biasanya aksi militer. Secara kebetulan, dalam tahun
Ishdi- Sagale, gubernur Guzana, daftarnya melaporkan terjadinya gerhana
matahari. Para ahli astronomi dapat menghitung kapan gerhana matahari terjadi,
oleh karena itu tahun Ishdi-Sagale dapat ditentukan dengan pasti sebagai tahun
763 SM. Ini merupakan tautan utama untuk kronologi yang pasti dari Timur Dekat
Kuno, dan hal itu tidak ditentang. Sebagai akibatnya, dapat dipastikan bahwa
daftar Eponim meliputi tahun 893-666 SM. Karena setiap raja Asyur selama masa
ini (sudah dapat dikethaui termasuk diantara orang-orang yang dihormati, maka
tanggal-tanggal kerajaan Asyur dapat ditetapkan untuk masa yang lebih dari dua
abad itu. Ini adalah zaman Kerajaan Neo-Asyur, jadi semua peristiwa dari
kebanyakan bangsa Timur Dekat Kuno disinkronisasikan dengan Asyur pada waktu itu.
Dengan demikian Asyur sudah menjadi dasar untuk kronologi Timur Dekat Kuno.
Akan tetapi, kita tidak boleh
menganggap bahwa dengan demikian semua persoalan kronologis terpecahkan.
Seringkali data yang bertentangan dengan skema kronologi relatif yang memperkenalkan
ketidakpastian untuk penentuan tanggal yang pasti. Dalam kesempatan lain
berbagai peristiwa atau tokoh tidak berhubungan dalam materi naskah dengan
jaringan kronologi relatif - misalnya kelalaian kitab Keluaran untuk
menyebutkan nama firaun yang memerintah waktu itu. Persoalan-persoalan lain
lagi terjadi manakala sumber-sumber kuno tidak mencatat secara memadai
kerumitan dari suatu keadaan - misalnya berbagai kesenjangan dalam kronologi,
pemerintahan oleh seorang wali dinasti atau penguasa yang memerintah dalam
waktu yang bersamaan dengan dinasti atau penguasa lain dalam negara yang sama.
Yang terakhir, beberapa sumber
menyediakan informasi mengenai jangka waktu yang lebih panjang. Misalnya, dalam
catatan Tiglat-Pileser I dari Asyur dinyatakan bahwa bait suci yang dibangun
oleh Shamshi-Adad I sudah mau runtuh dalam waktu lebih dari 641 tahun; dalam
doa Salomo yang tercatat bahwa 480 tahun sudah berlalu antara peristiwa
Keluaran dan Penahbisan bait Allah oleh Salomon. Fakta-fakta ini dapat
menimbulkan berbagai masalah jika tidak bertautan dengan informasi yang
disediakan oleh jaringan kronologi relatif.
Akibatnya ialah bahwa masih ada
banyak ketidakpastian tentang kronologi yang tepat. Dalam hal raja-raja Israel
dan Yehuda, ketidakpastian itu biasanya hanya sekitar satu atau paling banyak
dua tahun, walaupun kadang-kadang sebanyak dua belas tahun membedakan teori
yang satu dari yang lain. Semakin jauh seseorang kembali ke dalam sejarah,
semakin banyaklah ketidakpastian yang terjadi. Peristiwa paling awal dari
Perjanjian Lama yang dapat disinkronkan dengan seseorang yang dikenal dari
catatan Timur Dekat Kuno adalah serangan yang dilakukan oleh Sisak (Sheshonk
I), raja Mesir, terhadap Yerusalem pada tahun kelima masa pemerintahan Rehabeam
(925 SM). Dengan demikian, maka masa hakim-hakim dan oleh karena itu masa para
bapa leluhur, tetap terselubung dalam misteri kronologis dan karenanya
dijadikan sasaran dari banyak penetapan yang spekulatif.
C. Sejarah
Perjanjian Lama dan Bangsa Israel
Pada bagian ini, kita akan melihat
mengenai tradisi-tradisi sejarah dalam PL. Apakah maksud tradisi-tradisi ini,
bagaimanakah apabila kita membandingkannya dengan rekonsturuksi ilmiah para
ahli terhadap sejarah Israel kuno, dan apa yang terjadi apabila sang ahli
modern itu merasa perlu “memperbaiki” laporan yang disajikan dalam PL? Inilah
pertanyaan-pertanyaan yang utama di sini.
Telah banyak diketahui bahwa
Perjanjian Lama mengandung banyak kitab yang mengisahkan sejarah bangsa Israel
kuno. Memang Perjanjian Lama kadang-kadang dikritik karena terlalu banyak
berisi sejarah. Dari keenambelas kitab Perjanjian Lama yang pertama dalam
urutannya dalam kitab kita (Kejadian sampai Nehemia-urutan dalam Alkitab Ibrani
berbeda) hanya Imamat, Ulangan dan Rut tidak begitu banyak memberi sumbangan
bagi sejarah bangsa Ibrani dan masa Abraham (sekitar 1750) sampai akhir abad
ke-5 SM. Dalam kitab Perjanjian Lama lainnya, khususnya kitab nabi-nabi
kadang-kadang ada acuan pada peristiwa-peristiwa sejarah. Misalnya, latar
belakang Yesaya 7 adalah usaha raja-raja Damsyik dan Samaria pada
tahun 733 SM untuk memaksa Raja Ahaz dari Yehuda mengadakan persekutuan dengan
mereka melawan Asyur.
Mengingat kenyataan bahwa antara
sepertiga sampai setengah bagian Perjanjian Lama berkaitan langsung dengan
sejarah Israel tidaklah mengherankan bahwa banyak silabus universitas dan
sekolah tinggi memuat mata-mata kuliah yang membahas tradisi-tradisi sejarah
Perjanjian Lama dalam satu atau lain cara. Mata-mata kuliah demikian bermanfaat
dalam memberikan kerangka sejarah guna mempelajari sejarah dan teologi
Perjanjian Lama.
Tradisi sejarah Perjanjian Lama
ini biasanya dipelajari dengan pertolongan buku-buku teks modern yang diberi
judul Sejarah Israel. Tetapi buku-buku teks demikian bukanlah pengisahan cerita
Alkitab dalam kata-kata para sarjana modern. Mereka menyajikan fakta-fakta
sejarah Perjanjian Lama dalam suatu carasehingga sebagian pokoknya berbeda sama
sekali dengan laporan Alkitab. Dan tidak diragukan lagi bahwa hal ini
menciptakan banyak kesulitan bagi para mahasiswa.
Sebuah pendekatan yang lebih
radikal dapat ditemukan dalam buku Martin Nort, The History of Israel,
khususnya dalam pembahasan tentang periode awal. Noth tidak mulai dari mana
Perjanjian Lama mulai dengan sejarah Ibrani – dengan Abraham. Noth mulai dengan
pemukiman bangsa Israel di Kanaan pada periode setelah 1200 SM, ia mempunyai
alas an yang kuat untuk itu. Ia menulis sejarah Israel dan ia percaya
bahwa nama “Israel” pertama-tama dilahirkan oleh suatu konfederasi
suku-suku Kanaan pada abad ke-12 SM. Tetapi Noth juga percaya bahwa kerangka
dasar kisah bangsa Ibrani sebelum pemukimanitu tidak historis. Ia
tidak menyangkal bahwa sebagian orang Ibrani melarikan diri dari Mesir, atau
bahwa sebagian dari mereka tinggal beberapa waktu di padang gurun di selatan
Yehuda. Tetapi ia percaya bahwa kerangka dasarnya: Para leluhur-
Penindasan di Mesir-Keluaran- Pengembaraan di padang gurun-Penaklukan, sebagai
kisah yang terjadi terhadap bangsa Ibrani secara keseluruhan, adalah suatu
kerangka yang artifisial (tidak historis), yang membeku pada suatu proses
pembentukan konfederasi suku di Kanaan.
Pandangan Noth mengenai asal usul
tradisi-tradisi Perjanjian Lama yang paling awal dan rekontruksi histori yang
didasarkan pada tradisi-tradisi ini, adalah sangat berbeda dengan
laporan-laporan Perjanjian Lama sehingga bagian dari Historis-nya kemungkinan
besar akan melahirkan reaksi kuat bahkan dari para mahasiswa yang sama sekali
tidak menentang pembahasan Perjanjian Lama yang hati-hati dan kritis.
Kemungkinan besar mereka akan bertanya apakah memang mungkin, berdasarkan
bukti satu-satunya yang kita miliki (teks Perjanjian Lama), merekontruksi
dengan penuh kepastian sebuah laporan sejarah yang sangat berbeda dengan bukti
tersebut. Reaksi negatif dari pihak-pihak lain agaknya didasarkan pada satu
atau lebih pertimbangan berikut ini.
Pertama, kita barangkali merasa
ingin membela Perjanjian Lama bukan karena alasan doktriner tertentu apapun,
melainkan karena kesetiaan kepada sebuah lembaga yang tua hingga kita tidak ingin
melihatnya diperkosa. Mungkin kita memiliki kisah-kisah dari Perjanjian Lama
ketika kita masih kecil, dan kita tidak mau dengan mudah berpisah dengan apa
yang pernah memberikan kepada kita kesenangan dan pesona. Kalau ini alasan
utama kita untuk bereaksi negative terhadap keilmuan historis, maka saya harap
saya dapat menunjukkan bahwa kita dapat menerima hasil-hasil penelitian
sejarah, dan bahwa hasil-hasil itu akan membawa kita pada penghargaan yang
lebih baik terhadap kisah-kisah Perjanjian Lama sebagaimana adanya.
Kedua, keberatan kita barangkali
mempunyai dasar-dasar moral atau teologis. Apabila kita berdebat bahwa
kenyataan-kenyataan berbeda dengan apa yang dikatakan oleh para penulis Alkitab
(mis. apabila kita berdebat bahwa Nehemia muncul sebelum Ezra, sementara
Perjanjian Lama mengatakan yang sebaliknya) tidaklah kita menuduh bahwa para
penulis Alkitab tidak kompeten atau jujur, dan ini tidak adil karena mereka
tidak mampu membela diri? Keberatan-keberatan teologis mengambil nada yang
bahkan lebih serius.Apabila Alkitab dianggap sebagai karya Allah, maka Allah
sendirilah pengarang yang dituduh tidak kompeten atau tidak jujur. Apabila kita
mengakui bahwa Alkitab mengandung kesalahan-kesalahan dalam pembeberan
sejarahnya, bagaimana kita dapat yakin akan ketepatannya, ketika ia melukiskan
pekerjaan dan perkataan-perkataan Allah.
D. Kisah
Sejarah Sebagai Sejarah
Istilah sejarah
sekurang-kurangnya memiliki tiga pengertian yang umum dipakai dalam bahasa
inggris. Pertama, ia bisa berarti “rangkaian fakta”, yaitu peristiwa-peristiwa,
kejadian-kejadian dalam sejarah. Kedua, ia bisa berarti catatan atau laporan
tentang rangkaian fakta. Ketiga, ia bisa berarti suatu studi tentang faktau
atau, lebih tepat studi mengenai catatan-catatan berisi fakta. Dalam pembahasan
dibawah ini, kita akan membahas ketiganya, namun terutama akan mengarah pada
kategori kedua (catatn tentang rangkaian fakta), dan kita akan menyoroti
bagaimana menurut pengertian ini kitab-kitab sejarah cocok untuk dimasukkan ke
dalam pembahasan umum tentang “sejarah”.
Sejarawan menawarkan
bermacam-macam definisi tentang sejarah seperti telah mereka perlihatkan dalam
tugas keprofesiannya.Memang, banyak yang tidak memberikan definisi, atau
memberikan definisi yang kurang akurat atau tidak jelas. Berikut adalah empat
definisi representative yang menetapkan arti kedua dari sejarah:
1.
Sejarah ialah ilmu yang tugas utamanya
menyelidiki kemudian mencatat aktivitas-aktivitas manusia pada masa lalu
berdasarkan perkembangan dan hubungan sebab akibat, sebagaimana mereka adanya
pada waktu dan tempat tertentu, kaitannya dengan kemasyarakatan dan arti
pentingnya bagi masyarakat.
2.
Sejarah ialah cerita tentang pengalaman
orang-orang hidup dalam masyarakat beradab.
3.
Sejarah ialah jenis ilmu pengetahuan dimana satu
peradaban memberikan laporan tentang keadaan sendiri di masa lalu.
4.
Sejarah adalah pekerjaan memberikan laporan
mengenai peristiwa-peristiwa penting tertentu dimasa lalu, peristiwa mana
terjadi secara khusus dan saling berkaitan satu dengan yang lain serta
mempengaruhi kehidupan manusia.
E. Sejarah
Sebagai Rangkaian Fakta
Definisi pertama dari sejarah
berarti peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian sejarah. Ini adalah sesuatu yang
pernah dilakukan dan dialami manusia, yaitu proses sejarah atau realitas yang
telah lewat.Kita pasti ingat beberapa hal mengenai peristiwa-peristiwa sejarah
seperti itu. Pertama, kejadian-kejadian itu selalu di luar jangkauan, kecuali
tepat pada saat kejadian itu berlangsung.
Kita mengetahui kejadian-kejadian
itu melalui catatn-catatan ataupun laporan tentangnya. Kedua, bukti
mengenai peristiwa seperti itu selalu terbatas, bukan tidak terbatas.Tidak
adanya bukti bukan berarti peristiwa tersebut tidak pernah terjadi, maksudnya
bahwa tidak ada catatan atau bukti yang siap digunakan.Ketiga, jika bukti
seperti itu ada maka harus ditafsirkan agar dapat dipahami.
F. Sejarah
Sebagai Catatan Mengenai Rangkaian Fakta
Mengenai tulisan sejarah sebagai
suatu catatan atau cerminan dari peristiwa-peristiwa, bukan peristiwa-peristwa
itu sendiri dapat diilustrasikan dengan gambar sebuah apel. Betapapun
realistisnya gambar yang menunjukkan apel tersebut, namun ia bukanlah apel dan
tidak dapat dimakan. Sebaliknya, ia mewakili sebuah apel. Demikian juga dengan
peristiwa-peristiwa sejarah dan penulisan sejarah.Apa yang kita pelajari adalah
catatan-catatan tentang peristiwa-peristiwa. Saat membicarakan pengertian
sejarah seperti ini kita harus ingat tidak sembarang catatan tentang masa
lalu disebut “sejarah.” Kumpulan buku pengecek berisi catatan-catatan tentang masa
lalu, namun tidak ditulis dengan maksud membuat peristiwa-peristiwa masa lalu
yang penting artinya bagi masyarakat.
G. Otoritas
Perjanjian Lama
Pola otoritas dan prinsip-prinsip
penafsiran yang diperbincangkan dapat diterapkan dengan mudah pada tulisan-tulisan
Perjanjian Baru lainnya, seperti surat Ibrani, Yakobus, dan Kitab
Wahyu. Kita-kitab itu banyak memakai kiasan dan kutipan Perjanjian Lama dan
masing-masing dengan caranya sendiri. Yakobus, misalnya, amat bergantung pada
tulisan-tulisan hikmat Israel, khususnya pada teknik pengajaran dan pemikiran
Kristus, Sumber hikmat itu. Pengarang Surat Ibrani mempergunakan
ayat-ayat dan macam-macam bukti dari Perjanjian Lama untuk memperlihatkan
keunggulan Kristus yang nyata dan perjanjian-Nya yang baru. Yohanes dalam Kitab
Wahyu, yakin bahwa Kristus adalah Alfa dan Omega. Ia melukiskan puncak
sejarah alam semesta dengan kata-kata yang diambil dari gambaran Perjanjian
Lama tentang karya Allah dalam anugerah dan penghakiman. Dengan demikian,
kitab itu menyatakan bahwa puncak sejarah itu adalah apa yang diberitakan dan
dirindukan oleh nabi, yakni kemenangan Kerajaan Allah.
Dengan mengikuti teladan
Yesus dalam mematuhi otoritas Kitab Suci, para penulis PerjanjianBaru menemukan
bahwa didalam Kitab suci tidak terdapat huruf yang mematikan tetapi kesaksian
yang diilhami Allah mengenai karya keselamatan-Nya yang hanya membawa
kehidupan. Mereka membaca Kitab Suci bukan sebagai kumpulan beku dari
hokum-hukum yang memperbudak hidup mereka, tetapi sebagai adegan awal
dalam drama penyelamatan yang pemeran utamanya adlaah Yesus Kristus. Pembaca
modern juga amat membutuhkan pengetahuan tentang awal adegan-adegan awal itu,
karena didalamnya terlihat karya Allah dan berbagai respons yang ditimbulkan
oleh karya-Nya itu berupa penyerahan diri ataupun pemberontakan.Apa yang
penting dan mengandung otoritas bagi Tuhan Yesus dan jemaat Kristen mula-mula,
tidak kurang pentingnya pada masa kini.
Dalam penelitian kita, seperti
halnya dalam peribadatan, kita juga memerlukan seluruh penyataan Allah, yaitu
Alkitab. Perjanjian Lama bukan miliki bangsa Yahudi saja, tetapi miliki semua
orang. Kitab tersebut menceritakan bagaimana Allah bekerja. Di dalamnya tampak
ringkasan tuntutan-Nya, persiapan-Nya akan kedatangan Kristus, hubungannya dengan
umat manusia dari abad kea bad. Singkatnya, Perjanjian Lama adalah dasar yang
tidak dapat diabaikan dan di atasnya di bangun Perjanjian Baru. Untuk memahami
Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci orang Kristen, kita harus melihatnya
dari sudut pandang Yesus dan rasul-rasul-Nya. Merekalah yang diilhami secara
khusus oleh Roh Allah untuk memahami arti serta tujuan firman dan karya-Nya.
Meskipun demikian, kita juga harus
mencoba melihat nats-nats Perjanjian Lama menurut maksudnya semula. Kita harus
bertanya, “Apakah yang dikatakan oleh penulis Perjanjian Lama kepada
orang-orang sezamannya?” Kita harus duduk dengan para pendengar di pasar,
gerbang kota, Rumah Allah, atau rumah-rumah ibadat dan berusaha memahami
kata-kata para penulis itu sebagaimana para pendengarnya mengertinya. Kita
harus melihat Allah melalui sudut pandang mereka dan memperhatikan rencana-Nya
dalam hidup mereka.
Dengan kata lain, kita harus peka
terhadap konteks asli dari Perjanjian Lama. Mengapa hal itu harus ditulis
dan kapan? Masalah apa yang menimbulkan tulisan tersebut? Pertanyaan apa yang
semula hendak dijawab? Hal baru apa yang dikatakannya kepada orang mengenai
kehendak dan cara-cara Allah atau tentang tanggung jawab mereka? Hanya jika
kita memahami maksud suatu bacaan dalam zaman penulisnya, barulah kita dapat
menangkap arti sepenuhnya dari bacaan tersebut bagi iman dan kehidupan Kristen.
Konteks Perjanjian Lama tidak menjelaskan segala sesuatu yang perlu kita
ketahui tentang arti suatu bacaan. Namun kalau tidak mulai dari situ, akan
mudah sekali bagi kita untuk memutarbalikkan Kitab Suci demi kepentingan kita
sendiri. Maksud masing-masing pengarangnya haruslah dipahami untuk menangkap
arti yang ditempatkan dalam Perjanjian Lama oleh Pengarangnya yang utama, yaitu
Roh Allah yang berfirman melalui seluruh Kitab Suci serta membuatnya
berotoritas bagi umat-Nya.
BAB
III
KESIMPULAN
Referensi Teologis:
Seperti yang terlihat dalam
pembahasan sejarah perjanjian lama di atas, masalah arti sejarah dan bagaimana
para ahli mempunyai berbagai kesimpulan tentang hal itu. Di balik sejarah
terdapat fakta-fakta, yaitu peristiwa yang benar-benar terjadi. Tentu mustahil
untuk mencatat semua setiap peristiw. Namun, mencatat peristiwa-peristiwa yang
dianggap utama atau yang paling penting saja, segera menempatkan si pencatat
serta pendapatnya tentang apa sejarah utama dan penting di antara fakta-fakta
tersebut.
Ada anggapan bahwa tulisan-tulisan
sejarah yang hanya memuat peristiwa-peristiwa utama seperti itu tidak dapat di
sebut sejarah, melainkan catatan atau jurnal saja. Dengan demikian, boleh
dikatakan bahwa peristiwa tersebut bukanlah sejarah yang ditulis oleh sejarawan
modern, melainkan sejarah yang di karang dari sudut pandang sendiri.
Walaupun demikian, pandangan tadi
tidak meremehkan nilai historis Alkitab. Setiap sejarawan harus memilih
fakta-fakta yang diceritakannya dan pasti menulis dengan tujuan tertentu.
Seorang sejarawan mempunyai tujuan dalam pemilihan bahannyan dan ia harus
memilih sesuai dengan tujuannya tersebut.
Pada umumnya kini diakui bahwa
Perjanjian Lama berisi lebih banyak bahan historis. Penemuan-penemuan
arkeologis berkali-kali telah memperlihatkan ketepatan historisnya. Meskipun
demikian, unsur historis dalam sejaraah yang pertama dan juga seluruh sejarah
Perajanjian Lama di nomorduakan oleh berita teologisnya.
DAFTAR
PUSTAKA
(Diktat) Pembimbing & Pengetahuan Perjanjian
Lama, (Palangka Raya : STAKN.2013)
Jhon Rogerson, Studi Perjanjian Lama bagi Pemula, (Jakarta
: GunungMulia 2011).
David M. Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian
Lama, (Malang : Gandum Mas 2009).
F.W. Bush, D. A. Hubbard & W.S. Lasor, Pengantar
Perjanjian Lama: Taurat & Sejarah, (Jakarta : Gunung Mulia 2012).
No comments:
Post a Comment