Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Tuesday, April 16, 2019

Makalah Sejarah Perjanjian Lama


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Menjadi sebuah hal yang menarik adalah ketika muncul pertanyaan seberapa pentingkah sejarah perjanjian lama dalam ruang lingkup kehidupanorangKristen? Mungkin akan muncul berbagai macam pendapat ada yang mengatakan penting ada juga yang menganggap sudah berlalu.
Jika kita pelajari dengan baik Yesus Kristus menggunakan PL dalam mengajar di pelayanan-Nya. Para murid Yesus juga menggunakan PL dalam memberitakan injil atau dalam pelayanannya. Hal itu menjadikan PL menjadi hal yang sangat penting dalam membangun dan membentuk konsep dalam pelaksanaan pelayanandalam kehidupan orang Kristen. Pemahaman tersebut tentunya dilandasi bahwa bagaimana sejarah kehidupan orang Kristen dalam perjanjian lama.
Berdasarkan hal tersebut dapat kita katakan bahwa sejarah PL memiliki peranan penting untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelayanan Agama Kristen pada masa dulu (pada kehidupan bangsa israel).

B.       Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.       Dapat mengetahui bagaima sejarah Perjanjian Lama, khususnya pada masa sejarah bangsa israel.
2.       Dapat mengerti maksud dan rencana Allah yang turut campur tangan dalam sejarah manusia.
3.       Mengetahui kejadian-kejadian dalam Alkitab untuk melihat bagaimana Allah berkarya, menyatakan Diri-Nya dan bagaimana Ia bertindak dan berhubungan dengan manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Singkat Perjanjian Lama
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa sebagian besar Kitab-kitab dalam Perjanjian Lama berisi cerita sejarah, khususnya tentang sejarah bangsa Israel. Cerita-cerita tsb. bukanlah cerita yang sekedar kita dengar lalu kita lupakan, karena ada makna teologis yang dapat ditarik kalau kita mempelajari dengan teliti dan dengan tujuan yang benar.
Mempelajari sejarah PL harus dimulai dengan kerinduan untuk mengerti maksud dan rencana Allah berintervensi (turut campur tangan) dalam sejarah manusia. Hal inilah juga yang mendorong para ahli Alkitab untuk meneliti dan menyusun urutan kejadian-kejadian dalam Alkitab untuk melihat kembali bagaimana Allah berkarya, menyatakan Diri-Nya dan bagaimana Ia bertindak dan berhubungan dengan manusia. Tindakan Allah dalam sejarah ciptaan-Nya ini membuktikan akan penyertaan dan pemeliharaan Allah terhadap ciptaan-Nya. Apa yang Allah kerjakan dan tunjukkan di masa lampau dalam sejarah Perjanjian Lama, memberikan dampak dan pengharapan bagi kita yang hidup pada masa kini.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah hal-hal penting yang perlu diketahui dalam mempelajari sejarah PL ini.
1.       Hal-Hal Penting Yang Perlu Diketahui Dalam Mempelajari Sejarah Perjanjian Lama (PL)
a. Sejarah PL adalah Sejarah Kehidupan Manusia Yang Nyata
Sejarah PL bukanlah cerita-cerita usang belaka dari suatu bangsa yang hanya rekaan manusia. Sejarah PL adalah kisah dari sebuah bangsa yang betul-betul ada di dunia, yang telah dipilih Allah untuk menjadi saluran kasih-Nya. Setiapkejadian yang ada dalam sejarah PL merupakan sebuah mata rantai sejarah Keselamatan Allah yang panjang yang saling menyambung, karena kisah yang ada dalam PL tsb. satu dengan yang lain memiliki hubungan/kaitan yang sangat erat, baik hubungan sebagai kelanjutan cerita, tapi juga hubungan akan penggenapan atas nubuat yang telah diberikan sebelumnya.
b. Sejarah PL adalah Pekerjaan Allah
Alkitab PL bukan saja meliputi cerita kronologis bangsa Israel dari permulaan pemilihan sampai jaman Yesus Kristus, tapi adalah sejarah pekerjaan Allah yang terus menerus dinyatakan di dalam kehidupan orang-orang Israel agar mereka mengerti tujuan pekerjaan dan rencana karya Allah untuk keselamatan mereka serta menjadikan mereka rekan kerja Allah.
c. Sejarah PL adalah Sejarah Keselamatan
Dari peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis maka terlihatlah suatu benang merah berita inti dalam seluruh sejarah umat manusia, yaitu Sejarah Keselamatan yang Allah anugerahkan kepada manusia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa dan terputus hubungan dengan Allah diberikan pengharapan baru; dan pada setiap generasi, sejarah mencatat, Allah selalu mengulangi panggilan-Nya agar manusia berbalik dan menerima keselamatan yang dari Tuhan.
Dari tiga hal di atas jelaslah bahwa untuk mempelajari sejarah PL kita harus melihat keseluruhan beritanya dalam konteks yang tepat. Sejarah PL bukan berisi perintah-perintah yang harus kita ikuti atau cerita yang bisa kita ambil dan mengerti secara terpisah- pisah, karena masing-masing peristiwa memiliki latarbelakang historis yang menuju ke satu berita utama, yaitu berita Keselamatan. Oleh karena itu mempelajari sejarah PL akan menolong kita secara langsung untuk mempelajari konteks dalam menafsirkan berita PL secara benar.
2. Kronologis Sejarah PL
Sebelum memberikan garis besar sejarah seluruh PL, perlu terlebih dahulu kita mengerti bagaimana para ahli Alkitab dan sejarah menentukan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa tsb. secara kronologis.
Penentuan waktu kronologis sejarah PL (dari masa penciptaan, Adam dan seterusnya) tidak begitu mudah untuk dipastikan, karena Alkitab sendiri tidak ditulis untuk maksud memberikan catatan kronologis yang urut dan lengkap. Tujuan Alkitab mencatat peristiwa-peristiwa penting adalah untuk memberikan gambaran sehubungan dengan bagaimana Allah bertindak terhadap manusia pada tempat dan waktu saat itu. Salah satu cara menentukan waktu kejadian penciptaan Adam adalah dengan teori Ussher (sekalipun sekarang teori ini tidak populer), yaitu dengan cara menjumlahkan kebelakang genealogi- genealogi (silsilah) dan data-data kronologis lain yang terdapat dalam PL (dengan asumsi bahwa silsilah-silsilah PL semua lengkap dan berurutan). Dengan cara ini ditentukan bahwa waktu penciptaan Adam adalah thn. 4004 SM (Sebelum Masehi). Banyak orang masih memakai pedoman pentarikhan waktu Ussher ini sebagai pedoman pengurutan kronologisnya saja, sedangkan penentuan tahunnya tidak diikuti.
Berikut ini adalah garis besar pembagian sejarah PL secara kronologis:
a.      Jaman Adam sampai Abraham (kira-kira 5000 - 4000 SM)
Jaman ini oleh beberapa sarjana ditempatkan dalam ruang waktu antara 5000-4000 SM, walaupun ada banyak pandangan yang berbeda- beda tentang penetapan waktu ini.
Dalam jaman ini dicatat dua peristiwa besar:
1. Air bah - 3000 SM, tahun ini ditentukan dengan memperhatikan kesamaan antara Air Bah di dalam Alkitab dengan sebuah kisah air bah yang berasal dari Babel.
2. Menara Babel - 3000-2000 SM, karena kejadiannya ini tidak lama sesudah air bah, (dimana semua manusia masih tinggal di satu daerah).
b. Jaman Patriakh-Patriakh (kira-kira 2000 - 1400 SM)
Kisah pengembaraan Abraham dalam Kejadian 12-50 dapat diyakinkan dari berbagai keterangan yang cocok sekali dengan lingkungan kebudayaan periode tahun 2000-1600 SM, dimana cara hidup orang-orang jaman itu adalah mengembara (nomandik). Tanah Palestina saat itu masih jarang penduduknya sehingga pengembaraan masih dapat dilakukan dengan bebas di daerah-daerah yang subur, bahkan dari daerah Mesopotamia (tempat asal Abraham) ke Palestina.
c. Jaman Keluaran/Eksodus dari Mesir (kira-kira 2000 - 1400 SM)
Ada dua periode besar pada jaman ini yang berjalan kira-kira 430 tahun. Pertama adalah masa Abraham dipanggil Tuhan sampai Yakub masuk ke Mesir. Dan kedua adalah masa bgs. Israel di Mesir sampai keluar dari Mesir. Thn. 1290 SM diperkirakan sebagai tahun keluarnya (Eksodus) bangsa Israel dari Mesir. Saat itu diperkirakan umur Musa adalah 80 tahun.



d. Jaman Hakim-Hakim (kira-kira 1400-1050 SM)
Jaman ini adalah masa sesudah kematian Yosua. Dalam periode ini ada 13 hakim yang ditunjuk Tuhan untuk memimpin bangsa Israel hidup di Tanah Perjanjian. (Daftar Hakim-hakim lihat di bahan Referensi).
Masa Hakim-hakim ini dianggap sebagai masa gelap bangsa Israel, diungkapkan sebagai masa dimana "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." Pada masa ini sepertinya Tuhan tidak bekerja, baik melalui mujizat maupun tanda-tanda lain yang menyertai. Kehidupan bangsa Israel sangat mundur bukan hanya secara rohani tapi juga dalam hal keamanan dan kesejahteraan jasmani. Mereka sering dikalahkan, dirampok dan diperlakukan sangat buruk oleh bangsa-bagsa lain yang lebih kuat. Kunci dari masalah ini adalah karena dosa-dosa yang diperbuat oleh bangsa Israel, sehingga Tuhan meninggalkan mereka.
e. Jaman Kerajaan Bersatu (kira-kira 1050 - 931 SM)
Dalam rangkaian sejarah bangsa Israel, periode jaman ini dapat dikatakan sebagai jaman yang paling gemilang dan makmur. Israel menjadi bangsa yang memiliki derajat tinggi diantara bangsa- bangsa di sekitarnya. Hal ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam berbagai bidang (ilmu pengetahuan, kesusasteraan, pembangunan dll.)
Tapi pada pihak yang lain sistem pemerintahan "Teokrasi", yaitu kepemimpinan langsung oleh Tuhan, mulai ditinggalkan oleh bangsa Israel. Tuhan mengijinkan mereka memiliki raja sendiri untuk memerintah karena kedegilan hati bangsa ini. Tetapi Tuhan memberikan peringatan yang jelas bahwa mereka akan menyesal dikemudian hari. (Daftar Raja-raja Israel dapat dilihat di bahan Referensi).
f. Jaman Kerajaan Terpecah (kira-kira 930 - 586 SM)
Kejayaan kerajaan Israel berakhir setelah pemerintahan raja Salomo, karena kemudian kerajaan ini mulai pecah dan runtuh sedikit demi sedikit dan akhirnya hancur karena kejahatan mereka di mata Tuhan dan penyembahan-penyembahan mereka kepada patung- patung berhala.
Karena janji dan kesetiaan Tuhan pada bangsa ini maka tak henti-hentinya Tuhan berbicara dengan mengirimkan utusan-utusan-Nya. Pada jaman ini beberapa nabi dibangkitkan Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya kepada raja dan rakyat dari kedua kerajaan yang pecah ini. (Daftar nabi-nabi dapat dilihat di bahan Referensi).
g. Jaman pembuangan di Babel dan kembali ke tanah Israel (kira-kira 587 B.C).
Periode pertama jaman ini adalah masa yang sulit bagi bangsa Israel. Mereka berkali-kali jatuh ke tangan bangsa lain, dijajah dan ditindas, bahkan mereka sempat dibuang ke tanah asing untuk menjadi bangsa tawanan. Hal ini Tuhan ijinkan terjadi karena Tuhan sedang menghukum bangsa Israel atas dosa dan kejahatan mereka dengan harapan supaya mereka mengoreksi diri lalu berbalik kepada Tuhan.
Pada saat yang sama Tuhan juga mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk berbicara tentang janji kesetiaan Tuhan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka asal mereka mau berbalik dan mentaati perintah Tuhan.
Di tanah pembuangan inilah bangsa Yahudi dan Yudaisme dilahirkan. Orang-orang yang Tuhan pakai, seperti Ezra dan Nehemia, berhasil memimpin bangsa ini untuk kembali menegakkan "monotheisme" dan menghargai Firman Tuhan yang diajarkan oleh nenek moyang dari generasi-generasi sebelumnya, termasuk di dalamnya adalah Hukum Taurat sebagai pusat pengajaran mereka.
Periode kedua dari jaman ini adalah kembalinya bangsa Yahudi ke tanah Palestina yaitu setelah tahun 539 SM, ketika Raja Koresy dari Persia menaklukkan Babel dan bangsa Israel pulang ke tempat asal dan membangun bangsa dan tempat ibadah mereka kembali.
• Rombongan pertama dipimpin oleh seorang yang bernama Sesbazar 538 SM dimana fondasi Bait Suci diletakkan.
• Rombongan kedua dipimpin oleh Hagai dan Zakharia 520 SM berjumlah 42.360 orang. Bait Suci selesai dibangun.
• Tahun 458 SM ada pengutusan dilakukan oleh Ezra beserta serombongan besar orang Yahudi dan tahun 445 SM Nehemia datang ke Yerusalem menyelesaikan pembangunannya.
Pada akhir sejarah Perjanjian Lama kita ketahui bahwa orang-orang Yahudi yang pulang ke tanah air mereka memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi Hukum Taurat dan tempat ibadah Bait Suci karena mereka memiliki keyakinan yang teguh bahwa merekalah umat pilihan Allah. Sampai pada permulaan sejarah Perjanjian Baru kita masih melihat bahwa bangsa dan agama Yahudi berkembang terus dengan subur.

B.     Tinjauan Sejarah Masa Perjanjian Lama Kronologi
Sepatah kata tentang kronologi perlu untuk suatu tinjauan sejarah masa Perjanjian Lama. Para pembaca barangkali bertanya-tanya bagaimana tanggal-tanggal dapat ditetapkan untuk semua peristiwa dan tokoh dari sejarah dahulu kala bilamana catatan-catatan, paling banter, hanya mengetengahkan sebuah ungkapan seperti "Dalam tahun ketiga pemerintahan raja X." Ada banyak sumber dari Israel dan Timur Dekat Kuno yang memberikan kronologi yang relatif (tahun ketiga seorang raja anu adalah tahun pertama raja yang lain), dan dari data tersebut maka suatu kerangka yang berkenaan dengan berbagai orang dan peristiwa dapat disusun. Untuk menetapkan suatu kronologi yang pasti (raja mulai pemerintahannya pada tahun 465 SM), suatu waktu yang pasti harus ditentukan yang dapat dikaitkan dengan jaringan kronologi yang relatif itu.
Untuk Timur Dekat Kuno, waktu yang pasti ini disediakan oleh daftar Eponim dari Asyur. Daftar Eponim setiap tahunnya mencatat pejabat tertentu yang mendapatkan penghargaan dengan menamai tahun itu menurut nama pejabat tersebut. Dalam daftar tersebut namanya dicatat bersama- sama dengan satu atau dua peristiwa yang paling penting dari tahun"nya", biasanya aksi militer. Secara kebetulan, dalam tahun Ishdi- Sagale, gubernur Guzana, daftarnya melaporkan terjadinya gerhana matahari. Para ahli astronomi dapat menghitung kapan gerhana matahari terjadi, oleh karena itu tahun Ishdi-Sagale dapat ditentukan dengan pasti sebagai tahun 763 SM. Ini merupakan tautan utama untuk kronologi yang pasti dari Timur Dekat Kuno, dan hal itu tidak ditentang. Sebagai akibatnya, dapat dipastikan bahwa daftar Eponim meliputi tahun 893-666 SM. Karena setiap raja Asyur selama masa ini (sudah dapat dikethaui termasuk diantara orang-orang yang dihormati, maka tanggal-tanggal kerajaan Asyur dapat ditetapkan untuk masa yang lebih dari dua abad itu. Ini adalah zaman Kerajaan Neo-Asyur, jadi semua peristiwa dari kebanyakan bangsa Timur Dekat Kuno disinkronisasikan dengan Asyur pada waktu itu. Dengan demikian Asyur sudah menjadi dasar untuk kronologi Timur Dekat Kuno.
Akan tetapi, kita tidak boleh menganggap bahwa dengan demikian semua persoalan kronologis terpecahkan. Seringkali data yang bertentangan dengan skema kronologi relatif yang memperkenalkan ketidakpastian untuk penentuan tanggal yang pasti. Dalam kesempatan lain berbagai peristiwa atau tokoh tidak berhubungan dalam materi naskah dengan jaringan kronologi relatif - misalnya kelalaian kitab Keluaran untuk menyebutkan nama firaun yang memerintah waktu itu. Persoalan-persoalan lain lagi terjadi manakala sumber-sumber kuno tidak mencatat secara memadai kerumitan dari suatu keadaan - misalnya berbagai kesenjangan dalam kronologi, pemerintahan oleh seorang wali dinasti atau penguasa yang memerintah dalam waktu yang bersamaan dengan dinasti atau penguasa lain dalam negara yang sama.
Yang terakhir, beberapa sumber menyediakan informasi mengenai jangka waktu yang lebih panjang. Misalnya, dalam catatan Tiglat-Pileser I dari Asyur dinyatakan bahwa bait suci yang dibangun oleh Shamshi-Adad I sudah mau runtuh dalam waktu lebih dari 641 tahun; dalam doa Salomo yang tercatat bahwa 480 tahun sudah berlalu antara peristiwa Keluaran dan Penahbisan bait Allah oleh Salomon. Fakta-fakta ini dapat menimbulkan berbagai masalah jika tidak bertautan dengan informasi yang disediakan oleh jaringan kronologi relatif.
Akibatnya ialah bahwa masih ada banyak ketidakpastian tentang kronologi yang tepat. Dalam hal raja-raja Israel dan Yehuda, ketidakpastian itu biasanya hanya sekitar satu atau paling banyak dua tahun, walaupun kadang-kadang sebanyak dua belas tahun membedakan teori yang satu dari yang lain. Semakin jauh seseorang kembali ke dalam sejarah, semakin banyaklah ketidakpastian yang terjadi. Peristiwa paling awal dari Perjanjian Lama yang dapat disinkronkan dengan seseorang yang dikenal dari catatan Timur Dekat Kuno adalah serangan yang dilakukan oleh Sisak (Sheshonk I), raja Mesir, terhadap Yerusalem pada tahun kelima masa pemerintahan Rehabeam (925 SM). Dengan demikian, maka masa hakim-hakim dan oleh karena itu masa para bapa leluhur, tetap terselubung dalam misteri kronologis dan karenanya dijadikan sasaran dari banyak penetapan yang spekulatif.
C. Sejarah Perjanjian Lama dan Bangsa Israel
Pada bagian ini, kita akan melihat mengenai tradisi-tradisi sejarah dalam PL. Apakah maksud tradisi-tradisi ini, bagaimanakah apabila kita membandingkannya dengan rekonsturuksi ilmiah para ahli terhadap sejarah Israel kuno, dan apa yang terjadi apabila sang ahli modern itu merasa perlu “memperbaiki” laporan yang disajikan dalam PL? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang utama di sini.
Telah banyak diketahui bahwa Perjanjian Lama mengandung banyak kitab yang mengisahkan sejarah bangsa Israel kuno. Memang Perjanjian Lama kadang-kadang dikritik karena terlalu banyak berisi sejarah. Dari keenambelas kitab Perjanjian Lama yang pertama dalam urutannya dalam kitab kita (Kejadian sampai Nehemia-urutan dalam Alkitab Ibrani berbeda) hanya Imamat, Ulangan dan Rut tidak begitu banyak memberi sumbangan bagi sejarah bangsa Ibrani dan masa Abraham (sekitar 1750) sampai akhir abad ke-5 SM. Dalam kitab Perjanjian Lama lainnya, khususnya kitab nabi-nabi kadang-kadang ada acuan pada peristiwa-peristiwa sejarah. Misalnya, latar belakang Yesaya 7 adalah  usaha raja-raja Damsyik dan  Samaria pada tahun 733 SM untuk memaksa Raja Ahaz dari Yehuda mengadakan persekutuan dengan mereka melawan Asyur.
Mengingat kenyataan bahwa antara sepertiga sampai setengah bagian Perjanjian Lama berkaitan langsung dengan sejarah Israel tidaklah mengherankan bahwa banyak silabus universitas dan  sekolah tinggi memuat mata-mata kuliah yang membahas tradisi-tradisi sejarah Perjanjian Lama dalam satu atau lain cara. Mata-mata kuliah demikian bermanfaat dalam memberikan kerangka sejarah guna mempelajari sejarah dan teologi Perjanjian Lama.
Tradisi sejarah Perjanjian Lama ini biasanya dipelajari dengan pertolongan buku-buku teks modern yang diberi judul Sejarah Israel. Tetapi buku-buku teks demikian bukanlah pengisahan cerita Alkitab dalam kata-kata para sarjana modern. Mereka menyajikan fakta-fakta sejarah Perjanjian Lama dalam suatu carasehingga sebagian pokoknya berbeda sama sekali dengan laporan Alkitab. Dan tidak diragukan lagi bahwa hal ini menciptakan banyak kesulitan bagi para mahasiswa.
Sebuah pendekatan yang lebih radikal dapat ditemukan dalam buku Martin Nort, The History of Israel, khususnya dalam pembahasan tentang periode awal. Noth tidak mulai dari mana Perjanjian Lama mulai dengan sejarah Ibrani – dengan Abraham. Noth mulai dengan pemukiman bangsa Israel di Kanaan pada periode setelah 1200 SM, ia mempunyai alas an yang kuat untuk itu. Ia menulis sejarah Israel dan ia percaya bahwa  nama “Israel” pertama-tama dilahirkan oleh suatu konfederasi suku-suku Kanaan pada abad ke-12 SM. Tetapi Noth juga percaya bahwa kerangka dasar kisah bangsa Ibrani   sebelum pemukimanitu tidak historis. Ia tidak menyangkal bahwa sebagian orang Ibrani melarikan diri dari Mesir, atau bahwa sebagian dari mereka tinggal beberapa waktu di padang gurun di selatan Yehuda. Tetapi ia  percaya bahwa kerangka dasarnya: Para leluhur- Penindasan di Mesir-Keluaran- Pengembaraan di padang gurun-Penaklukan, sebagai kisah yang terjadi terhadap bangsa Ibrani secara keseluruhan, adalah suatu kerangka yang artifisial (tidak historis), yang membeku pada suatu proses pembentukan konfederasi suku di Kanaan.
Pandangan Noth mengenai asal usul tradisi-tradisi Perjanjian Lama yang paling awal dan rekontruksi histori yang didasarkan pada tradisi-tradisi ini, adalah sangat berbeda dengan laporan-laporan Perjanjian Lama sehingga bagian dari Historis-nya kemungkinan besar akan melahirkan reaksi kuat bahkan dari para mahasiswa yang sama sekali tidak menentang pembahasan Perjanjian Lama yang hati-hati dan kritis. Kemungkinan besar mereka akan bertanya apakah memang mungkin,  berdasarkan bukti satu-satunya yang kita miliki (teks Perjanjian Lama), merekontruksi dengan penuh kepastian sebuah laporan sejarah yang sangat berbeda dengan bukti tersebut. Reaksi negatif dari pihak-pihak lain agaknya didasarkan pada satu atau lebih pertimbangan berikut ini.
Pertama, kita barangkali merasa ingin membela Perjanjian Lama bukan karena alasan doktriner tertentu apapun, melainkan karena kesetiaan kepada sebuah lembaga yang tua hingga kita tidak ingin melihatnya diperkosa. Mungkin kita memiliki kisah-kisah dari Perjanjian Lama ketika kita masih kecil, dan kita tidak mau dengan mudah berpisah dengan apa yang pernah memberikan kepada kita kesenangan dan pesona. Kalau ini alasan utama kita untuk bereaksi negative terhadap keilmuan historis, maka saya harap saya dapat menunjukkan bahwa kita dapat menerima hasil-hasil penelitian sejarah, dan bahwa hasil-hasil itu akan membawa kita pada penghargaan yang lebih baik terhadap kisah-kisah Perjanjian Lama sebagaimana adanya.
Kedua, keberatan kita barangkali mempunyai dasar-dasar moral atau teologis. Apabila kita berdebat bahwa kenyataan-kenyataan berbeda dengan apa yang dikatakan oleh para penulis Alkitab (mis. apabila kita berdebat bahwa Nehemia muncul sebelum Ezra, sementara Perjanjian Lama mengatakan yang sebaliknya) tidaklah kita menuduh bahwa para penulis Alkitab tidak kompeten atau jujur, dan ini tidak adil karena mereka tidak mampu membela diri? Keberatan-keberatan teologis mengambil nada yang bahkan lebih serius.Apabila Alkitab dianggap sebagai karya Allah, maka Allah sendirilah pengarang yang dituduh tidak kompeten atau tidak jujur. Apabila kita mengakui bahwa Alkitab mengandung kesalahan-kesalahan dalam pembeberan sejarahnya, bagaimana kita dapat yakin akan ketepatannya, ketika ia melukiskan pekerjaan dan perkataan-perkataan Allah.
D. Kisah Sejarah Sebagai Sejarah
Istilah  sejarah sekurang-kurangnya memiliki tiga pengertian yang umum dipakai dalam bahasa inggris. Pertama, ia bisa berarti “rangkaian fakta”, yaitu peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian dalam sejarah. Kedua, ia bisa berarti catatan atau laporan tentang rangkaian fakta. Ketiga, ia bisa berarti suatu studi tentang faktau atau, lebih tepat studi mengenai catatan-catatan berisi fakta. Dalam pembahasan dibawah ini, kita akan membahas ketiganya, namun terutama akan mengarah pada kategori kedua (catatn tentang rangkaian fakta), dan kita akan menyoroti bagaimana menurut pengertian ini kitab-kitab sejarah cocok untuk dimasukkan ke dalam pembahasan umum tentang “sejarah”.
Sejarawan menawarkan bermacam-macam definisi tentang sejarah seperti telah mereka perlihatkan dalam tugas keprofesiannya.Memang, banyak yang tidak memberikan definisi, atau memberikan definisi yang kurang akurat atau tidak jelas. Berikut adalah empat definisi representative yang menetapkan arti kedua dari sejarah:
1.            Sejarah ialah ilmu yang tugas utamanya menyelidiki kemudian mencatat aktivitas-aktivitas manusia pada masa lalu berdasarkan perkembangan dan hubungan sebab akibat, sebagaimana mereka adanya pada waktu dan tempat tertentu, kaitannya dengan kemasyarakatan dan arti pentingnya bagi masyarakat.
2.            Sejarah ialah cerita tentang pengalaman orang-orang hidup dalam masyarakat beradab.
3.            Sejarah ialah jenis ilmu pengetahuan dimana satu peradaban memberikan laporan tentang keadaan sendiri di masa lalu.
4.            Sejarah adalah pekerjaan memberikan laporan mengenai peristiwa-peristiwa penting tertentu dimasa lalu, peristiwa mana terjadi secara khusus dan saling berkaitan satu dengan yang lain serta mempengaruhi kehidupan manusia.
E. Sejarah Sebagai Rangkaian Fakta
Definisi pertama dari sejarah berarti peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian sejarah. Ini adalah sesuatu yang pernah dilakukan dan dialami manusia, yaitu proses sejarah atau realitas yang telah lewat.Kita pasti ingat beberapa hal mengenai peristiwa-peristiwa sejarah seperti itu. Pertama, kejadian-kejadian itu selalu di luar jangkauan, kecuali tepat pada saat kejadian itu berlangsung.
Kita mengetahui kejadian-kejadian itu  melalui catatn-catatan ataupun laporan tentangnya. Kedua, bukti mengenai peristiwa seperti itu selalu terbatas, bukan tidak terbatas.Tidak adanya bukti bukan berarti peristiwa tersebut tidak pernah terjadi, maksudnya bahwa tidak ada catatan atau bukti yang siap digunakan.Ketiga, jika bukti seperti itu ada maka harus ditafsirkan agar dapat dipahami.
F. Sejarah Sebagai Catatan Mengenai Rangkaian Fakta
Mengenai tulisan sejarah sebagai suatu catatan atau cerminan dari peristiwa-peristiwa, bukan peristiwa-peristwa itu sendiri dapat diilustrasikan dengan gambar sebuah apel. Betapapun realistisnya gambar yang menunjukkan apel tersebut, namun ia bukanlah apel dan tidak dapat dimakan. Sebaliknya, ia mewakili sebuah apel. Demikian juga dengan peristiwa-peristiwa sejarah dan penulisan sejarah.Apa yang kita pelajari adalah catatan-catatan tentang peristiwa-peristiwa. Saat membicarakan  pengertian sejarah seperti ini kita harus ingat  tidak sembarang catatan tentang masa lalu disebut “sejarah.” Kumpulan buku pengecek berisi catatan-catatan tentang masa lalu, namun tidak ditulis dengan maksud membuat peristiwa-peristiwa masa lalu yang penting artinya bagi masyarakat.

G. Otoritas Perjanjian Lama
Pola otoritas dan prinsip-prinsip penafsiran yang diperbincangkan dapat diterapkan dengan mudah pada tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya,  seperti surat Ibrani, Yakobus,  dan Kitab Wahyu. Kita-kitab itu banyak memakai kiasan dan kutipan Perjanjian Lama dan masing-masing dengan caranya sendiri. Yakobus, misalnya, amat bergantung pada tulisan-tulisan hikmat Israel, khususnya pada teknik pengajaran dan pemikiran Kristus, Sumber hikmat itu.  Pengarang Surat Ibrani  mempergunakan ayat-ayat dan macam-macam bukti dari Perjanjian Lama untuk memperlihatkan keunggulan Kristus yang nyata dan perjanjian-Nya yang baru. Yohanes dalam Kitab Wahyu, yakin bahwa Kristus adalah  Alfa dan Omega. Ia melukiskan puncak sejarah alam semesta dengan kata-kata yang diambil dari gambaran Perjanjian Lama tentang karya Allah dalam anugerah dan penghakiman.  Dengan demikian, kitab itu menyatakan bahwa puncak sejarah itu adalah apa yang diberitakan dan dirindukan oleh nabi, yakni kemenangan Kerajaan Allah.
 Dengan mengikuti teladan Yesus dalam mematuhi otoritas Kitab Suci, para penulis PerjanjianBaru menemukan bahwa didalam Kitab suci tidak terdapat huruf yang mematikan tetapi kesaksian yang diilhami Allah mengenai karya keselamatan-Nya yang hanya membawa kehidupan. Mereka membaca  Kitab Suci bukan sebagai kumpulan beku dari hokum-hukum yang memperbudak hidup mereka,  tetapi sebagai adegan awal dalam drama penyelamatan yang pemeran utamanya adlaah Yesus Kristus. Pembaca modern juga amat membutuhkan pengetahuan tentang awal adegan-adegan awal itu, karena didalamnya terlihat karya Allah dan berbagai respons yang ditimbulkan oleh karya-Nya itu berupa penyerahan diri ataupun pemberontakan.Apa yang penting dan mengandung otoritas bagi Tuhan Yesus dan jemaat Kristen mula-mula, tidak kurang pentingnya pada masa kini.
Dalam penelitian kita, seperti halnya dalam peribadatan, kita juga memerlukan seluruh penyataan Allah, yaitu Alkitab. Perjanjian Lama bukan miliki bangsa Yahudi saja, tetapi miliki semua orang. Kitab tersebut menceritakan bagaimana Allah bekerja. Di dalamnya tampak ringkasan tuntutan-Nya, persiapan-Nya akan kedatangan Kristus, hubungannya dengan umat manusia dari abad kea bad. Singkatnya, Perjanjian Lama adalah dasar yang tidak dapat diabaikan dan di atasnya di bangun Perjanjian Baru. Untuk memahami Perjanjian  Lama sebagai Kitab Suci orang Kristen, kita harus melihatnya dari sudut pandang Yesus dan rasul-rasul-Nya. Merekalah yang diilhami secara khusus oleh Roh Allah untuk memahami arti serta tujuan firman dan karya-Nya.
Meskipun demikian, kita juga harus mencoba melihat nats-nats Perjanjian Lama menurut maksudnya semula. Kita harus bertanya, “Apakah yang dikatakan oleh penulis Perjanjian Lama kepada orang-orang sezamannya?” Kita harus duduk dengan para pendengar di pasar, gerbang kota, Rumah Allah, atau rumah-rumah ibadat dan berusaha memahami kata-kata para penulis itu sebagaimana para pendengarnya mengertinya. Kita harus melihat Allah melalui sudut pandang mereka dan memperhatikan rencana-Nya dalam hidup mereka.
Dengan kata lain, kita harus peka terhadap konteks asli dari Perjanjian Lama. Mengapa  hal itu harus ditulis dan kapan? Masalah apa yang menimbulkan tulisan tersebut? Pertanyaan apa yang semula hendak dijawab? Hal baru apa yang dikatakannya kepada orang mengenai kehendak dan cara-cara Allah atau tentang tanggung jawab mereka? Hanya jika kita memahami maksud suatu bacaan dalam zaman penulisnya, barulah kita dapat menangkap arti sepenuhnya dari bacaan tersebut bagi iman dan kehidupan Kristen. Konteks Perjanjian Lama tidak menjelaskan segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang arti suatu bacaan. Namun kalau tidak mulai dari situ, akan mudah sekali bagi kita untuk memutarbalikkan Kitab Suci demi kepentingan kita sendiri. Maksud masing-masing pengarangnya haruslah dipahami untuk menangkap arti yang ditempatkan dalam Perjanjian Lama oleh Pengarangnya yang utama, yaitu Roh Allah yang berfirman melalui seluruh Kitab Suci serta membuatnya berotoritas bagi umat-Nya. 

BAB III
KESIMPULAN


Referensi Teologis:
Seperti yang terlihat dalam pembahasan sejarah perjanjian lama di atas, masalah arti sejarah dan bagaimana para ahli mempunyai berbagai kesimpulan tentang hal itu. Di balik sejarah terdapat fakta-fakta, yaitu peristiwa yang benar-benar terjadi. Tentu mustahil untuk mencatat semua setiap peristiw. Namun, mencatat peristiwa-peristiwa yang dianggap utama atau yang paling penting saja, segera menempatkan si pencatat serta pendapatnya tentang apa sejarah utama dan penting di antara fakta-fakta tersebut.
Ada anggapan bahwa tulisan-tulisan sejarah yang hanya memuat peristiwa-peristiwa utama seperti itu tidak dapat di sebut sejarah, melainkan catatan atau jurnal saja. Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa peristiwa tersebut bukanlah sejarah yang ditulis oleh sejarawan modern, melainkan sejarah yang di karang dari sudut pandang sendiri.
Walaupun demikian, pandangan tadi tidak meremehkan nilai historis Alkitab. Setiap sejarawan harus memilih fakta-fakta yang diceritakannya dan pasti menulis dengan tujuan tertentu. Seorang sejarawan mempunyai tujuan dalam pemilihan bahannyan dan ia harus memilih sesuai dengan tujuannya tersebut.
Pada umumnya kini diakui bahwa Perjanjian Lama berisi lebih banyak bahan historis. Penemuan-penemuan arkeologis berkali-kali telah memperlihatkan ketepatan historisnya. Meskipun demikian, unsur historis dalam sejaraah yang pertama dan juga seluruh sejarah Perajanjian Lama di nomorduakan oleh berita teologisnya.





DAFTAR PUSTAKA


(Diktat) Pembimbing & Pengetahuan  Perjanjian Lama, (Palangka Raya : STAKN.2013)

Jhon Rogerson, Studi Perjanjian Lama bagi Pemula, (Jakarta : GunungMulia 2011).

David  M. Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama, (Malang : Gandum Mas 2009).

F.W. Bush, D. A. Hubbard & W.S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama: Taurat & Sejarah, (Jakarta : Gunung Mulia 2012).

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts