Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Friday, March 31, 2023

POTENSI EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA WILAYAH MALIOBORO YOGYAKARTA

 


Sejarah Malioboro Sebagai Wisata Belanja

Identifikasi Daya Tarik Malioboro

Identifikasi potensi wisata belanja Malioboro yang didasarkan pada daya tarik wisatawan difokuskan untuk mengetahui seberapa besar daya tarik Malioboro sehingga disebut sebagai wisata belanja. Dalam dunia pariwisata terdapat istilah yang menyebutkan bahwa pariwisata identik dengan berbelanja, setiap orang yang berwisata pasti melakukan aktivitas berbelanja, sehingga tujuan utama orang melakukan kegiatan pariwisata pasti berujung untuk belanja. Malioboro sebagai wisata belanja sejak tahun 1970. Keberadaan Malioboro yang tumbuh dari aktivitas perdagangan dan jasa menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata belanja.

Lokasi Malioboro

Malioboro berada di lokasi yang strategis, berada di pusat pemerintahan dan perkotaan Yogyakarta. Aksesibilitas menuju Malioboro mudah, dapat di jangkau dengan berbagai moda kendaraan seperti stasiun Tugu, bus trans Jogja, taxi dari Bandara maupun dari akses manapun. Malioboro juga berdekatan dengan objek-objek wisata lainnya yaitu: Keraton Yogyakarta, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, Gedung Senisono, Museum Sono Budoyo, Taman Sari, dan lainnya. Berada di pusat pemerintahan dan perkantoran, gedung DPRD dan Kompleks Kepatihan memperkuat fungsi pemerintahan.

Malioboro sebagai kawasan perdagangan dan jasa yang menawarkan berbagai macam atraksi wisata untuk menarik wisatawan. Jalan Malioboro berbentuk sumbu linier yang memanjang, sepanjang kurang lebih 2 km. Batas Jalan Malioboro dimulai dari ujung jalan dekat dengan Stasiun Tugu hingga memasuki kawasan ini sampai dengan ujung bermuara di Keraton Yogyakarta.

Setelah berada di kawasan Malioboro wisatwan dapat berkeliling dengan berjalan kaki untuk melihat-lihat aktivtas yang ada di dalamnya. Selain itu juga wisatawan dapat disuguhkan dengan para penarik becak dan andong yang selalu standby dipinggir-pinggir jalan. Para bapak-bapak bersiap untuk mengantarkan wisatawan Malioboro melihat- lihat dan bahkan mengantarkan untuk mencari penginapan yang ada di dekat Malioboro. Wisatawan merasa senang denganpelayanan yang ditawarkan. 

Keunikan Wisata Belanja Malioboro Malioboro memiliki keunikan sebagai

icon Yogyakarta. Dibuktikan dengan dokumen perda Kota Yogyakarta yang menerangkan tentang peranan objek wisata di Yogyakarta. Malioboro telah berkembang menjadi tempat pertemuan aktivitas sosial dan ekonomi. Percampuran tersebut menjadikan Malioboro memfasilitasi kegiatan perdagangan dan jasa bagi para pedagang. Sepanjang 2 km disuguhkan dengan berbagai macam pedagang yang menawarkan barang dagangannya. Produk yang dijual berbeda dengan lainnya, sebagian besar produk yang dijual para pedagang merupakan hasil produksi Yogyakarta dan sekitarnya. Beraneka-ragam produk yang dijual oleh PKL yaitu: souvenir khas, pernak-pernik, kerajinan dari bamboo dan anyaman, batik-batik, kaos, gantungan kunci, aksesoris dan lainnya.

Jumlah pedagang kaki lima yang menghiasi gerobak-gerobak di sepanjang Jalan Malioboro jumlahnya semakin bertambah setiap tahun. Para pedagang menawarkan berbagai barang dagangan. Para wisatawan dapat menawar harga yang telah ditentukan oleh pedagang, sehingga ada aktivitas antara pedagang dan pembeli. Keunikan inilah yang semakin menambah rasa ingin tahu para wisatawan untuk terus kembali dan kembali ke Yogyakarta. Harga yang ditawarkan juga terbilang murah, mulai dari harga yang paling

murah hingga harga yang termahal, barang- barang yang diperoleh nantinya sesuai dengan budget wisatawan.

Malioboro sebagai primadona bagi wisatawan Yogyakarta, adanya istilah “belum ke Yogyakarta sebelum datang ke Malioboro”. Hal ini diungkapkan oleh sebagian wisatawan. Para wisatawan dapat menemukan galeri seniman yang memamerkan hasil karyanya melalui para pedagang yang menjual karya seni. Malioboro telah menciptakan pola hubungan saling ketergantungan antara pedagang dan wisatawan.


Atraksi Wisata Belanja Malioboro

Berdasarkan hasil analisis ketertarikan wisatawan Malioboro dipengaruhi oleh atraksi wisata yang ditawarkan. Malioboro memiliki ciri khas tersendiri dari segi bentuk bangunan yang masih dipertahankan hingga sekarang. Sepanjang Jalan Malioboro merupakan hasil peninggalan arsitektur pada masa kolonial Belanda yang bercampur dengan komersialiasi pedagang Cina. Malioboro memiliki atraksi bagi wisatawan, kumpulan PKL, wisatawan bisa menemukan makanan khas Yogyakarta dengan nuansa yang menarik. Terjadi pada aktivitas malam, keramaian mulai melingkupi. Para pedagang makanan menawarkan makanan dengan warung-warung tenda lesehan diiringi oleh alunan musik khas Yogyakarta. Wisatawan terhibur dengan nuansa pengamen yang menjual suaranya.

Daya Saing Wisata Belanja Malioboro Malioboro sebagai lokasi tujuan

utama wisatawan Yogyakarta menjadi suatu kebanggaan bagi penduduk asli. Malioboro sebagai surga belanja bagi pecinta belanja. Malioboro sebagai tolak ukur penentuan lokasi wisata di Kota Yogyakarta. Malioboro dijadikan sebagai patokan dalam mengunjungi lokasi-lokasi tujuan wisata lainnya.

Malioboro memiliki daya saing dengan wisata belanja lainnya, dengan kedatangan turis asing ke Malioboro. Keberadaan lokasi dan penginapan disekitarnya memiliki ketertarikan, sehingga memunculkan turis untuk datang, sebab di belakang Malioboro tepatnya di Jalan Sosrowijayan itu merupakan kampung internasional. Keberadaan turis asing hanya pada musim-musim waktu liburan Eropa pada bulan Mei-Oktober, banyak turis asing yang berdatangan untuk berwisata ke Yogyakarta.

Identifikasi Malioboro Sebagai Bagian Dari Industri Pariwisata

Pariwisata sebagai bagian dari “industri”, terdapat batasan-batasan yang menyebutkan istilah tersebut. Industri pariwisata menyediakan jasa-jasa yang berhubungan dengan kegiatan wisata, daya tarik dan sarana wisata. Industri pariwisata bertujuan untuk memberikan daya tarik bagi pelaku usaha, pariwisata dianggap sebagai sesuatu hal yang penting bagi perkembangan ekonomi daerah menjadi tujuan wisata. Produk industri pariwisata berupa kumpulan produk oleh perusahaan jasa wisata yang memberikan pelayanan secara langsung.

Keberadaan Malioboro sebagai wisata belanja yang ada di Kota Yogyakarta, memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Malioboro memfasilitasi pertumbuhan berbagai sektor didalamnya untuk berkembang. Malioboro sebagai wisata belanja oleh wisatawan mampu menyediakan sarana dan prasarana penunjang aktivitas wisatawan. Keberadaan industri pariwisata sejalan dengan pertumbuhan kegiatan komersial yang berada di Jalan Sosrowijayan dan Dagen yang merupakan perluasan dari Malioboro. Segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pariwisata mampu tumbuh dan berkembang dengan baik seiring dengan kebutuhan wisatawan. Hal ini terjadi di Jalan Sosrowijayan dan Dagen, mulai tumbuh jasa akomodasi berupa hotel-hotel, penginapan dan jasa penunjang kebutuhan wisatawan. Sepanjang jalan terlihat ramai oleh lalu lalang aktivitas wisata dan beberapa pelaku usaha.

Pada umumnya kecenderungan suatu daerah untuk mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi kemajuan wisata dan perkembangan ekonomi daerah. Industri pariwisata yang mulai tumbuh di Malioboro terlihat dari adanya bangunan kegiatan komersial berupa jasa akomodasi. Industri pariwisata menyangkut apasaja yang perlu disediakan dalam pemenuhan kebutuhan wisatawan. Malioboro disebut sebagai kawasan komersial yang sedang mengembangkan industri jasa akomodasi wisatawan. Implikasinya dapat dilihat pada titik-titik keramaian yang ada di sekitarnya.

Kecenderungan memanfaatkan segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai potensi daerah yang menjadi lokasi tujuan wisata. Ketertarikan penduduk disekitar Malioboro untuk memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk dibangun jasa-jasa akomodasi yang mendatangkan keuntungan. Semakin dekat dengan Malioboro maka semakin ramai usaha jasa akomodasi. Keuntungan yang diperoleh semakin tinggi. Industri pariwisata dan komersialisasi merupakan bagian dari sebuah investasi, dengan melakukan segala cara untuk dapat mengembangkan usahanya.


Industri pariwisata menjadi bagian dari Malioboro yang mampu menumbuhkan peningkatan ekonomi dari berbagai sektor dan mampu mengalahkan kegiatan ekonomi. Perkembangan Malioboro sebagai industri pariwisata mampu mendatangkan keuntungan bagi pelaku usaha, mendatangkan peluang terbukanya lapangan pekerjaan baru.


1. Analisis Karakteristik Jasa Akomodasi di Jalan Sosrowijayan dan Jalan Dagen

Analisis bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan ciri khusus dari masing-masing jalan untuk melihat pertumbuhan jasa akomodasi dan keterkaitannya. Dalam analisis ini terdapat sub pokok bahasan yang dapat digunakan untuk memperkuat analisis utama.


Analisis Karakteristik Fisik Jasa Akomodasi di Jalan Sosrowijayan dan Jalan Dagen

Jalan Sosrowijayan dan Dagen sebagai perluasan Jalan Malioboro. Kedua jalan ini diperuntukkan bagi penunjang aktivitas wisatawan. Secara fisik Jalan Sosrowijayan dan Dagen memiliki karakteristik sebagai kawasan kegiatan komersial dengan komposisi utama sebagai jasa akomodasi berupa, hotel, losmen, wisma dan home stay. Tingkat hunian di Jalan Sosrowijayan dan Dagen memiliki urutan ke-1. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya tingkat kedatangan wisatawan di kedua jalan dipengaruhi oleh wisatawan Malioboro.

Jasa akomodasi bagian dari kebutuhan wisatawan terdiri dari 3 jenis, yaitu komersil, semi komersil dan non komersil. Keberadaan jasa akomodasi di Jalan Sosrowijayan dan Dagen menyebar melingkupi sepanjang jalan.


Jalan Sosrowijayan

Jalan Sosrowijayan merupakan jalan pertama memasuki Malioboro. Berada di lokasi strategis, dapat dijangkau dengan berbagai moda transportasi. Berjarak 200 meter dari Stasiun tugu. Sosrowijayan dikenal sebagai pusat pertumbuhan jasa akomodasi penunjang kebutuhan wisatawan terhadap penyediaan sarana dan prasarana. Keberadaannya mulai dikenal pada tahun 1970-an setelah perkembangan Malioboro sebagai wisata belanja.

Secara fisik Jalan Sosrowijayan terkenal sebagai kampung internasional karena sebagian besar di huni oleh wisatawan asing dibandingkan wisatawan domestik. Kedatangan wisatawan asing pada musim liburan Eropa pada bulan Mei-Oktober, selebihnya dihuni oleh wisatawan domestik.

Hotel

Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi kondisi dilapangan terdapat 12 buah hotel di Jalan Sosrowijayan dengan kelas berbintang dan melati. Bangunan hotel terdapat di sepanjang Jalan di kedua sisi kanan dan kiri. Keberadaan hotel-hotel diminati oleh wisatawan karena beberapa faktor: lokasi, kondisi lingkungan, fasilitas dan harga yang relatif murah. Bangunan hotel yang ada terlihat bagus-bagus, walaupun hanya sekelas hotel melati namun jangan diragukan untuk fasilitas yang disedikan.yang dipengaruhi karena perluasan dari Jalan Malioboro. Losmen ini memiliki fasilitas dan tarif yang lebih rendah atau jauh lebih murah dibandingkan dengan hotel berbintang.

Wisma

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan Jalan Sosrowijayan memiliki 1 wisma yaitu “Wisma Gembira”. Bangunan yang ada di Sosrowijayan berbentuk seperti rumah tinggal biasa, namun memiliki fungsi komersial. Bentuk awal bangunan tersebut berupa rumah salah satu penduduk.

Home stay

Berdasarkan hasil pengamatan Jalan Sosrowijayan memiliki 3 home stay yaitu 105 home stay, Chaterina home stay dan Family home stay. Kepemilikan home stay milik penduduk asli. Sebagian besar penduduk asli masih tinggal di dalam satu kawasan home stay. Adanya tarikan dari potensi Malioboro dan kunjungan wisatawan menyebabkan dibukanya usaha jasa akomodasi. Keberadaan home stay berfungsi hampir sama dengan hotel, namun jumlah fasilitas kamar, pelayanan dan harga yang ditawarkan berbeda. Home stay disediakan hanya sebagai tempat tinggal atau tempat menginap dengan harga yang ditawarkan relatif lebih murah dibandingkan dengan hotel pada umumnya.


Losmen

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa Jalan Sosrowijayan memiliki 1 losmen yaitu “Bladok Losmen”. Keberadaan losmen tersebut 85% dihuni oleh wisatawan asing sedangkan sisanya 15% dihuni oleh wisatawan domestik, terkenal sebagai losmen turis. Karakteristik Jalan Sosrowijayan yang sudah melegenda sebagai kampung internasional sejak tahun 1970-an

Jalan Dagen

Jalan Dagen merupakan jalan ke-2 ketika memasuki Jalan Malioboro, tepatnya selatan Jalan Sosrowijayan. Karakteristik fisik Jalan Dagen hampir sama dengan Jalan Sosrowijayan, dikenal sebagai kawasan pertumbuhan jasa akomodasi, keberadaannya berkembang setelah Jalan Sosrowijayan.


Pertumbuhan jasa akomodasi dimulai tahun 1980-an bermula dari adanya perluasan jasa akomodasi, karena Sosrowijayan sudah tidak mampu menampung jasa akomodasi yang terletak di sepanjang jalan utama sehingga melebar ke Jalan Dagen yang berada dalam satu kawasan Malioboro.

Jalan Dagen dikenal sebagai penginapan murah bagi wisatawan, berada di lokasi strategis berdekatan dengan Malioboro dan beberapa objek wisata. Berbeda dengan Jalan Sosrowijayan yang terkenal sebagai kampung internasional, Jalan Dagen dikenal sebagai kawasan wisatawan domestik, hampir 90% wisatawan domestik.

Berikut pembagian jenis-jenis jasa akomodasi di Jalan Sosrowijayan terdiri dari : Hotel

Berdasarkan pengamatan dilapangan Jalan Dagen terdapat 2 wisma yaitu Wisma Persada dan Wisma Nendra. Keberadaan kedua wisma tersebut merupakan penginapan tertua yang ada di Dagen setelah hotel Sriwibowo yang sekarang menjadi Ameera Boutique Hotel. Pendirian wisma mendukung penyediaan sarana bagi kebutuhan wisatawan pendukung aktivitas pariwisata. Secara fisik bentuk bangunan wisma berbentuk seperti rumah tinggal biasa dengan kesan tetap menarik untuk dikunjungi.

Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi kondisi dilapangan terdapat 15 buah hotel di Jalan Dagen. Hotel-hotel mulai tumbuh sejak keberadaan jasa akomodasi di Jalan Sosrowijayan mulai melebar. Bangunan- bangunan hotel di sepanjang jalan terlihat bagus-bagus, sekelas hotel melati jangan diragukan untuk fasilitas yang disedikan.

Daya Tarik dan Lokasi

Rata-rata motivasi pengunjung memilih Jalan Sosrowijayan dan Dagen karena alasan daya tarik Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia. Ketertarikan tersebut menumbuhkan rasa keingintahuan para wisatawan untuk mencoba suasana baru dalam melakukan perjalanan wisata. Tahun 1970-an Kota Yogyakarta terkenal dengan wisata belanja Malioboro yang menarik minat wisatawan. Motivasi wisatawan menginap di Jalan Sosrowijayan atau Dagen memiliki keterkaitan dengan adanya Malioboro, sebab lokasinya masih berada di dalam satu kawasan sehingga mempermudah mobilitas wisata sekaligus menikmati berbelanja. Tingkat hunian di kedua jalan ini selalu ramai walaupun ada masa-masa tertentu yang menjadikan kawasan ini sepi dari pengunjung.

Karakteristik wisatawan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

Wisatawan berduit cenderung mencari hotel berbintang dan yang menawarkan paket perjalanan wisata.

Wisatwan lokal cenderung berwisata dalam jumlah besar, sistem kebersamaan dan kenyamanan dengan memilih hotel kelas melati, wisma dan losmen.

Wisatawan asing cenderung memilih budget murah dan mengutamakan losmen atau home stay, fasilitas standar.


2. Analisis Persebaran Dan Pola Pertumbuhan Jasa Akomodasi di Jalan Sosrowijayan dan Jalan Dagen

Analisis bertujuan untuk mengetahui persebaran dan pola pertumbuhan jasa akomodasi terkait Malioboro.


Analisis Persebaran Jasa Akomodasi di Jalan Sosrowijayan dan Jalan Dagen

Keberadaan jasa akomodasi di Jalan Sosrowijayan dan Dagen dilihat dari kondisi eksisting menunjukkan adanya persebaran jasa akomodasi yang berada di kawasan khusus atau specialized area. Kawasan khusus merupakan kondisi tertentu yang saling berkaitan. Berkembangnya arus jaringan jalan mengakibatkan pertumbuhan jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanfaatan ruang dan mempengaruhi sebagian orang untuk menjadikan lahan bisnis yang bernilai ekonomis.

Pertumbuhan jasa akomodasi secara unplanned (tidak terencana) baik secara fisik maupun non fisik sesuai karakteristik Jalan Sosrowijayan dan Dagen sebagai kawasan komersial, pertumbuhan jasa akomdasi mengikuti keberadaan jalan. Malioboro menjadi tiang utama pertumbuhan.

3. Analisis Perkembangan Wisata Belanja Malioboro

Perkembangan fisik Malioboro ditandai dengan perubahan fungsi-fungsi bangunan disekitarnya. Perkembangan Malioboro cukup pesat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta. Perlu adanya perkembangan peningkatan fasilitas dan sarana prasarana pendukung aktivitas wisata, khususnya wisata belanja Malioboro. Perkembangan Malioboro memberikan implikasi pada pertumbuhan jasa akomodasi yang disediakan untuk wisatawan. Hal

ini terjadi di Jalan Sosrowijayan dan Dagen yang merupakan kedua jalan yang berlokasi dibelakang Jalan Malioboro.

Malioboro sekarang telah menjadi pusat kawasan wisatawan terbesar di Yogyakarta. Bangunan peninggalan arsitektur masa kolonial Belanda masih dipertahankan. Adanya percampuran etnis Cina membawa perubahan menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Sebelum mengalami perkembangan Jalan Malioboro merupakan kawasan dengan dua arah jalur, namun setelah keberadaan stasiun kereta api Jalan Malioboro terbagimenjadi dua, sehingga Jalan Malioboro difungsikan untuk satu arah jalur.

Sebelum berkembang menjadi wisata belanja, Jalan Malioboro terlihat sepi tanpa aktivitas para pedagang. Terlihat selintas aktivitas orang yang sedang berjalan menuju arah utara yaitu menuju Keraton Yogyakarta. Kedatangan penjajah ke Indonesia membawa banyak perubahan, salah satu perubahan positifnya berupa penambahan fasilitas perekonomian yang mendukung aktivitas perdagangan dan jasa yang menjadi citra Malioboro sebagai surga belanja.






DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, R. M. 2011. Wisma, Hotel atau Pondok.http://nasional.kompas.com/r ead/2011/03/18/2375957/about.hml. Ismayanti. 2011. Pengantar Pariwisata.

Jakarta: Grasindo.

Moleong, Lexy. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Soekadijo. 1997. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata sebagai “System Linkage.” Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Timothy, Dallen. J. 2005. Shopping Tourism, Retail and Leisure. Canada: Cromwell Press.

Warpani, S. P., & Warpani, I. P. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB.

Yeates, M., & Garner, B. 1980. The North American City. Thirtd Edition. San Fransisco: Harper and Row Publisher.

Yoeti, Oka. A. 2003. Tour and Travel Marketing. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Yoeti, Oka. A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Cetakan Keenam. Jakarta: PT Pradnya Paramita.


No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts