Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Wednesday, October 22, 2025

PENERAPAN CONCEPTUAL CHANGE TEXT (CCT) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN DI TAMAN KANAK-KANAK

A. Latar Belakang Masalah Miskonsepsi atau pemahaman yang salah terhadap konsep-konsep fisika sering kali muncul di antara siswa. Miskonsepsi ini dapat mempengaruhi pemahaman siswa serta menghambat pembelajaran yang efektif. Miskonsepsi atau kesalah pahaman konsep adalah konsep awal siswa hasil dari konstruksi mengenai pengetahuannya yang tidak sesuai atau berbeda dengan konsep para ilmiah (Nasir, 2020). Sehingga keberhasilan siswa dalam capaian belajar juga akan sangat terganggu. Hal ini merupakan masalah besar dalam pembelajaran yang tidak bisa diabaikan (LWahyudi & Maharta, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan pada penelitian (Febrianti et al., 2019) diketahui rata-rata pemahaman konsep siswa TK Pertiwi dengan kategori paham konsep adalah sebesar 5,92%, paham konsep tetapi tidak yakin sebesar 0,89%, siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 57,85%, dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 35,34%. Penelitian yang serupa pada (Yolanda, 2021) berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti di TK Negeri Bukit Tinggi yang menunjukkan banyak siswa mengalami miskonsepsi tentang konsep bilangan, sebanyak 84% siswa miskonsepsi konsep bilangan, 75% siswa belum memahami kebermaknaan materi konsep bilangan dalam kehidupan sehari-hari, miskonsepsi siswa tentang konsep bilangan. Miskonsepsi ini tergolong dalam tingkatan sedang. Miskonsepsi terjadi disebabkan pemilihan media dan model pembelajaran yang kurang tepat dalam penyampaian materi konsep bilangan. Siswa sering kali kesulitan dalam mengaitkan konsep bilangan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman mendalam dan cenderung menghafal daripada memahami konsep secara aplikatif. Penyebab miskonsepsi bersumber dari beragam hal. Secara umum, penyebab miskonsepsi bersumber dari diri siswa, guru, konteks pembelajaran, metode pembelajaran, serta buku teks (Suparno, 2013). Guru mungkin belum sepenuhnya memahami atau terlatih dalam menggunakan strategi CCT dan media interaktif seperti Interactive Flat Panel (IFP), sehingga implementasinya di kelas belum maksimal. Dalam rangka mengatasi miskonsepsi dan memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam juga memerlukan strategi. Pendekatan conceptual change muncul sebagai alternatif yang menjanjikan. Pendekatan ini bertujuan untuk menggantikan konsep yang salah dengan konsep yang benar melalui pengembangan pola pikir baru yang lebih sesuai dengan pandangan ilmiah. Dalam konteks ini, penggunaan teks conceptual change (CCT) menjadi strategi potensial. Strategi konflik kognitif yang ada di dalam CCT membuat siswa akhirnya mengalami pengubahan konsepsi dan pengetahuan baru yang diperoleh menjadi ilmiah (Özkan & Selçuk, 2013). Penggabungan antara CCT dengan menggunakan bahan komputer seperti simulasi komputer, animasi, slide proyeksi, dan video juga dapat memudahkan dan mempercepat proses pengubahan konsepsi (Yumuşak et al., 2015). Proses pengubahan konsepsi salah satunya menggunakan media pembelajaran untuk lebih memudahkan siswa. Media pembelajaran sebagai sarana penyalur pesan atau pembelajaran yang nanti akan disampaikan oleh guru sebagai sumber pesan kepada siswa atau penerima pesan. Dalam penggunaan media pembelajaran dapat membantu prestasi belajar keberhasilan (Hadiyati & Wijayanti, 2017). Salah satu media pembelajaran adalah multimedia interaktif yang merupakan upaya untuk memenuhi fasilitas pendukung pembelajaran dalam mewujudkan kualitas pembelajaran (Akbar, 2016). Multimedia interaktif memberikan dampak yang dapat diintegrasikan langsung ke dalam media dengan memberikan informasi dengan efektif dan tepat serta mampu meningkatkan gairah belajar siswa dengan adanya multimedia interaktif (Sutarno et al., 2015). Media pembelajaran yang termasuk multimedia interaktif yaitu media pembelajaran berbasis Interactive Flat Panel (IFP) yang dapat digunakan oleh siswa kapan saja secara mandiri. Interactive Flat Panel (IFP) menyediakan berbagai macam fitur untuk menggabungkan dokumen presentasi, contoh tampilan virtual reality (VR), memasukkan PDF, dan lain-lain (Ami, 2021). Dalam fitur aktivitas Interactive Flat Panel (IFP), Aplikasi ini sudah dilengkapi kuis interaktif, memasukkan pertanyaan untuk jawaban panjang, tes memori, mengisi titik-titik, dan menjawab pertanyaan dengan gambar (Minalti & Erita, 2021). Menurut (Fanika et al., 2022) dalam penelitiannya berdasarkan hasil angket melalui google form didapatkan respon yang positif terhadap produk media untuk kegiatan pembelajaran berbasis Interactive Flat Panel (IFP) pada materi konsep bilangan yang telah dikembangkan. Pengembangan kegiatan pembelajaran berbasis media Interactive Flat Panel (IFP) sangat layak dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat membantu mereka dalam belajar secara mandiri di rumah. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Permasalahan utama adalah tingginya tingkat miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam memahami konsep bilangan. Miskonsepsi ini dapat menghambat pemahaman yang benar, mengganggu pembelajaran yang efektif, dan berdampak pada capaian belajar siswa. Penyebab miskonsepsi berasal dari beragam faktor, termasuk strategi pembelajaran dan media yang tidak tepat. Oleh karena itu, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan strategi Conceptual change text (CCT) melalui media interaktif Interactive Flat Panel (IFP) dapat mengurangi tingkat miskonsepsi siswa pada materi konsep bilangan. Berdasarkan paparan diatas peneliti meneliti lebih dalam mengenai penerapan strategi conceptual change text (CCT) melalui media Interactive Flat Panel (IFP) untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi konsep bilangan. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Perumusan Masalah a. Bagaimana penerapan strategi conceptual change text (CCT) melalui media Interactive Flat Panel (IFP) untuk mereduksi miskonsepsi pada materi konsep bilangan? b. Bagaimana efektivitas penerapan media Interactive Flat Panel (IFP) menggunakan strategi conceptual change text (CCT) untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi konsep bilangan? 2. Pembatasan Masalah Adapun pembetasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi konsep bilangan. 2. Penelitian ini dibatasi pada media Interactive Flat Panel (IFP) dan miskonsepsi. 3. Penelitian ini melihat efektivitas media Interactive Flat Panel (IFP) dengan menggunakan strategi conceptual change text (CCT) untuk mereduksi miskonsepsi pada materi konsep bilangan. 4. Responden yang dijadikan sampel penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Plus Al-Maghfiroh C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas penerapan media Interactive Flat Panel (IFP) menggunakan strategi conceptual change text (CCT) untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi konsep bilangan b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui penerapan strategi conceptual change text (CCT) melalui media Interactive Flat Panel (IFP) untuk mereduksi miskonsepsi pada materi konsep bilangan. 2) Untuk mengetahui efektivitas penerapan media Interactive Flat Panel (IFP) menggunakan strategi conceptual change text (CCT) untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi konsep bilangan. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Dapat mendeskripsikan penerapan strategi conceptual change text (CCT) melalui media Interactive Flat Panel (IFP) untuk mereduksi miskonsepsi pada materi konsep bilangan b. Manfaat Praktis Pentingnya pengembangan ini adalah sebagi berikut : a. Bagi peneliti, strategi ini dapat memberikan kontribusi baru terhadap pemahaman kita tentang bagaimana siswa memahami konsep bilangan dan bagaimana miskonsepsi dapat diatasi. b. Bagi guru, guru mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pemahaman siswa terhadap konsep bilangan, membantu mereka merancang strategi pengajaran yang lebih efektif. c. Bagi siswa, melalui interaksi dengan teks-teks conceptual change, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis dalam menghadapi konsep - konsep kompleks. d. Bagi peneliti lain, peneliti lain dapat membandingkan hasil penelitian mereka dengan hasil yang diperoleh dari instrumen ini, memungkinkan adanya pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan dan kesamaan pemahaman konsep siswa. D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana penerapan strategi conceptual change text (CCT) melalui media Interactive Flat Panel (IFP) untuk mereduksi miskonsepsi pada materi konsep bilangan? 2. Bagaimana efektivitas penerapan media Interactive Flat Panel (IFP) menggunakan strategi conceptual change text (CCT) untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi konsep bilangan? E. Kajian Pustaka 1. Landasan Filosofis Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan yang tersendiri tersendiri. Karakterisitik dan keunikan yang dimiliki anak usia dini itulah yang membedakan setiap anak dengan usia di atasnya, sehingga pendidikannya pun dipandang perlu di khususkan. Pendidikan anak usia dini berbeda dengan pendidikan yang lainnya, dalam pedidikan anak usia dini, guru memfasilitasi atau mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Anak usia dini yang berkembang pada masa peka, selalu aktif dalam beraktifitas dan rasa ingin tahunya yang besar maka pada masa tersebut segala potensi dan perkembangan anak usia dini harus dioptimalkan perkembangannya (Wiratna, 2020). Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut Depdiknas Santrock dan Hasan (2010), mengemukakan bahwa PAUD menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional, bahasa, dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Salah satu bentuk satuan PAUD yang terdapat pada jalur pendidikan formal adalah taman kanak-kanak (TK). 2. Landasan Sistem Nilai Hakekat pendidikan TK adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pembelajaran matematika pada anak merupakan salah satu pembelajaran yang berkaitan dengan salah satu dari pengembangan multiple intelligences. Menurut Gardner dalam (Agustin, 2018) menyebutkan kecerdasan dalam multiple intelligences adalah kecerdasan yang meliputi kecerdasan verbal- linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar dan warna), kecerdasan musikal (cerdas musik dan lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri) kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat). Keterampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Keterampilan adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Sedangkan Susanto mengatakan bahwa keterampilan berhitung berkaitan dengan perkembangan berpikir anak. Keterampilan berhitung juga mencakup koordinasi memegang atau menunjuk benda, menyebutkan angka, mengingat urutannya, dan menghubungkan benda dengan bilangan. Ketika anak melakukan perhitungan dengan menggunakan bilangan, maka anak harus mengerti bahwa angka atau bilangan akhir yang ditunjuk merupakan jumlah dari kumpulan benda yang dihitung (Mutmainah et al., 2021). 3. Landasan Teori/Konsep Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai model kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru sesuai dengan konteks, berdasarkan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, lingkungan dan tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran merupakan sejumlah model, metode dan cara alternatif penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, yang merupakan pola umum kegiatan yang harus diikuti oleh guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan (Harmita et al., 2022). Strategi pembelajaran adalah suatu cara yang berbeda dalam proses pembelajaran serta hasil pencapaian yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda (Tabroni & Qutbiyah, 2022). Media merupakan salah satu alat yang dapat membantu kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan media merupakan aspek yang harus mendapat perhatian dalam setiap kegiatan pembelajaran (Nurfadilah et al., 2019). Media merupakan komponen yang digunakan di lingkungan audiens agar dapat merangsang audiens untuk kegiatan belajar. Media dapat berupa perantara berupa orang, dokumen, atau peristiwa yang memudahkan perolehan pengetahuan, keterampilan, atau sikap siswa (Maghfiroh & Suryana, 2021). Peran media dalam proses belajar-mengajar sangat penting dalam pendidikan masa kini, karena dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima informasi Media (Tafonao, 2018). Media yang digunakan yaitu media interaktif. Media interaktif merupakan media yang dilengkapi dengan pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang diinginkannya untuk proses selanjutnya (Andrizal & Arif, 2017). Conceptual Change Text (CCT) merupakan teks yang memuat pertanyaan awal untuk mengidentifikasi konsep awal peserta didik, miskonsepsi yang sering muncul pada konsep tersebut teori yang menjelaskan setiap konsep dan pertanyaan akhir untuk menilai perubahan konsep peserta didik dalam menyajikan isi konsep ilmiah (Dagdelen & Oksterelioglu, 2015). Conceptual Change Text merupakan perubahan konseptual sebagai perjalanan pembelajaran yang terhubung dengan konsep-konsep kunci atau ide-ide alternatif yang dikembangkan melalui pengajaran konseptual ilmuwan (Beerenwinkel et al., 2011). Conceptual Change Text merupakan teks tertulis yang mengidentifikasi kesalahpahaman umum tentang fenomena alam dan fenomena langsung membantah kesalahpahaman dengan memberikan ide-ide yang dapat diterima secara ilmiah dengan bertanya kepada peserta didik untuk membuat prediksi tentang sejumlah situasi (Anam et al., 2020). Conceptual Change Text (CCT) muncul melalui proses yang memberikan pemahaman konseptual (Ozmen & Guven, 2022). Oleh karena itu, penggunaan metode ini dapat memberikan dampak positif terhadap pemahaman konsep dan pengetahuan ilmiah peserta didik. Tujuan dari CCT untuk membantu peserta didik dalam menyadari kelemahan dalam prasangka mereka dan membantu mereka mengubah konsepsi menjadi pengetahuan ilmiah baru (Fauzannur et al., 2022). . Menurut Kumalaningtias & Sukarmin (2019) terdapat 4 fase atau struktur pada strategi conceptual change text, yaitu : (1) menunjukkan konsep awal pada peserta didik, (2) membuat konflik kognitif terhadap konsepsi peserta didik, (3) proses ekuilibrasi atau penjelasan konsep yang benar, (4) rekonstruksi konsep. Salah satu apek penting dalam perkembangan anak usia dini adalah aspek kemampuan berhitung. Kemampuan berhitung untuk anak usia dini disebut pula kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5 sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus (Maria et al., 2019). 4. Landasan Kebijakan Pendidikan anak usia dini di Taman Kanak-Kanak merupakan satu di antara jenjang pendidikan pada jalur formal. Peran pokok Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan beragam pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual supaya mampu melakukan adaptasi dengan kegiatan yang sesungguhnya di Sekolah Dasar. Hal ini juga sesuai dengan amanat Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu tindakan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani supaya anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Hamsiani & Pajarianto, 2022)

No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts