Beranda

Welcome

Selamat Datang di Blog Sarana Informasi ...... Welcome on this blog...benvenuti nel nostro blog..bienvenue sur notre blog...Willkommen in unserem Blog... bienvenido a nuestro blog...... 블로그에 오신 것을 환영합니다 beullogeue osin geos-eul hwan-yeonghabnida....

Thursday, June 4, 2020

MEDIA DAN ALAT PENGAJARAN DALAM PEMBELAJARAN ANAK AUTIS






A.      PENDAHULUAN
Pembelajaran di semua sekolah merupakan kegiatan yang utama untuk semua peserta didik, termasuk anak-anak yang berkelainan tanpa kekecualian. Hal ini sejalan dengan UUD Negara Republik Indonesia yang sudah diamandemen pasal 31 : (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) setiap warga negara mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Ketiga ayat dalam pasal 31 tersebut mengisyaratkan bahwa pendiikan harus dapat diakses oleh semua warga negara tanpa kecuali, bahkan bagi sekolah dasar pemerintah wajib membiayainya.
Di dalam Undang-undang Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 memuat pasal tersendiri mengenai pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yang disebut dengan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, yaitu pasal 32 yang menyebutkan bahwa (1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. (2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil dan atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. (3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) di atas lebih lanjut dengan peraturan daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka anak-anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus, dalam hal ini salah satunya anak autis perlu diberikan layanan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu sumber pengajaran, media pengajaran, alat pengajaran, baik yang umum maupun yang khusus sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pengajaran. Istilah sumber, media, dan alat pengajaran ketiganya mempunyai kaitan yang sangat erat (Sudirman dkk, 1991:201). Sumber pengajaran dapat dibagi ke dalam lima bagian yaitu manusia (people), bahan (material), lingkungan (setting), alat perlengkapan (tool and equipment), aktivitas (activities), media pengajaran perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware). Kemudian alat pengajaran ada yang bersifat umum dapat digunakan dalam berbagai bidang studi, adapula yang dibuat khusus untuk bidang studi tertentu, bahkan lebih khusus lagi untuk menjelaskan konsep tertenu. Memilih sumber, media dan alat pengajaran sangat perlu memperhatikan program pengajaran (kurikulum), kondisi lingkungan, karakteristik siswa, dan karakteristik sumber pengajaran.
Melalui ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini, banyak ditemukan berbagai kelainan pada anak, dalam hal ini yang muncul dan mengemuka yaitu anak autis. Pengertian autis menurut Saragi (1996:2) berasal dari kata autos, yang berarti diri sendiri atau ketersendirian yang ekstrim. Ahli lain juga berpendapat tentang autis adalah jenis gangguan perkembangan yang kompleks mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi yang tampak sebelum usia tiga tahun. Sedangkan dalam kamus, autis yang artinya terganggu jika berhubungan dengan orang lain.
Melalui pengertian di atas, perlu mencari alternatif pemecahan yang memungkinkan anak autis mau, mampu dan terampil. Salah satu alternatif tersebut dnegan jalan pembelajaran proaktif-kooperatif.
Rasanya tidak terlalu salah atau terlalu terlambat jika semua pihak yang terkait membuka jalan untuk memahami, mendidik, dan memandirikan anak. Dalam hal ini perlu segera sedini mungkin menangani anak autis, dan penanganan ini perlu tim seperti orang tua, dokter, guru, psikolog, terapis dan ahli lain.

B.      SUMBER PENGAJARAN
Pada sistem pengajaran tradisional, penggunaan sumber pengajaran masih terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru dan ditambah sedikit dari buku (Sudirman, 1991:2003). Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya dan sebagainya. Sumber pengajaran itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian yaitu :
a.   Manusia (people)
Sumber belajar yang dimaksud adalah orang yang secara langsung menyampaikan pesan-pesan pengajaran tanpa menggunakan alat lain sebagai perantara (guru, konselor, administrator, tutor dsb).
b.   Bahan (material)
Dalam hal ini, sebagai sumber pengajaran adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Pesan pengajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan alat penampil (buku paket, audio tape, video tape, film, peta, bola dunia, grafik dsb). Ini biasanya disebut media pengajaran (instructional media).
c.    Lingkungan (Setting)
Lingkungan yang dimaksud sumber belajar ialah tempat khusus atau ruangan yang dapat mempengaruhi belajar siswa (ruangan kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, dan auditorium). Sedangkan tempat atau ruangan (lingkungan) yang bukan dirancang secara khusus untuk tujuan pengajaran, namun dapat dimanfaatkan untuk sumber belajar (gedung bersejarahm bangunan industri, lingkungan pertanian, museum, kebun binatang, kebun raya, tempat-tempat suaka).
d.   Alat dan Perlengkapan (tool and equipment)
Alat dan perlengkapan yang dijadikan sumber pengajaran ialah alat dan peralatan untuk produksi dan atau untuk menampilkan sumber-sumber lainnya untuk produksi yaitu kamera untuk membuat foto, recorder untuk merekam, termofex untuk membuat transparency. Sedangkan alat dan perlengkapan yang digunakan untuk menampilkan sumber belajar lainnya (slide projector untuk menampilkan slide program, proyektor film, overhead projector, film strip projector, radio, tv, dsb).
e.   Aktivitas (Activities)
Pengajaran berprogram merupakan kombinasi antara teknik penyajian program (bahan) dengan buku (cetak), dengan contoh lainnya simulasi, karyawisata, sistem pengajaran model.

C.      MEDIA PENGAJARAN
Media pengajaran merupakan bagian dari sumber pengajaran, ada dua unsur yang terkandung dalam media pengajaran yaitu :
  1. Pesan atau bahan pengajaran yang disampaikan termasuk perangkat lunak (software)
  2. Alat peranti atau perangkat keras (hardware)
I.    Nilai praktis media pengajaran
a.      Meletakkan dasar-dasar yang konkrit dari konsep yang abstrak, sehingga mengurangi verbalisme.
b.     Menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas.
c.      Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan sebaliknya.
d.     Terjadi keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa.
e.      Membangkitkan motivasi belajar siswa.
f.      Dapat mengontrol dan mengatur tempo belajar siswa.
g.     Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya (sumber belajar).
h.     Bahan pelajaran dapat diulang sesuai dengan kebutuhan dan atau disimpan untuk digerakkan pada saat yang lain.
i.       Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa gerhana matahari total, binatang yang hidup di kutub.
j.       Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya bakteri, sel dengan menggunakan mikroskop.
II.  Pembagian Media Pengajaran
a.      Dilihat dari jenisnya media dibagi kedalam :
1.     Media auditif: mereka yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja (radio, kaset, rekorder, piringan audio)
2.     Media visual: media yang harus mengandalkan indera penglihatan (film seri/rangkaian, slide/film bingkai, foto, gambar atau lukisan).
3.     Media audiovisual: media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar (audio visual diam, audio visual gerak, audio visual murni, audio visual tak murni).
b.     Dilihat dari daya liputnya, media dibagi ke dalam:
-        Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak (TV dan Radio).
-        Media yang mempunyai daya liput yang terbatas (sound slide/film strip).
-        Media untuk pengajaran individual (modul berprogram, pengajaran melalui komputer).
c.      Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi ke dalam:
-        Media yang disederhanakan yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
-        Media yang kompleks yaitu media yang bahan alatnya dan pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya.

D.      ALAT PENGAJARAN
Di dalam proses belajar mengajar, diperlukan alat pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak dan tujuan pembelajaran. Alat pengajaran adalah segala alat yang dapat menunjang keefektifan dan efisiensi pengajaran (Sudirman, 1991:208). Alat pengajaran ini ada yang bersifat umum dan dapat dipergunakan dalam berbagai bidang studi, ada juga yang bersifat khusus untuk bidang studi tertentu, bahkan lebih khusus lagi untuk menjelaskan konsep tertentu.
Alat pengajaran yang bersifat umum misalnya papan tulis, papan planel, papan magnetic (papan putih), dsb. Adapun alat pengajaran yang dirancang khusus untuk bidang studi tertentu misalnya balok, kubus, persegi panjang, jajaran genjang, yang dibuat dari kayu untuk pengajaran matematika. Sedangkan alat pengajaran yang lebih khusus lagi yang dapat dan mampu digunakan untuk hal-hal tertentu bagi anak berkelainan termasuk anak autis, misalnya mobil-mobilan, modifikasi binatang, benda bergerak, benda berputar, benda meloncat, berwarna mencolok, dsb. Hal ini terjadi pada anak autis dan tergantung pada mood.
Alat pengajaran apabila dirancang, diatur dan digunakan secara tepat, maka alat pengajaran dapat mempermudah, mempercepat dan meningkatkan keefektifan pencapaian tujuan pengajaran, contoh untuk bidang studi ilmu pengetahuan alam misalnya avometer untuk mengukur arus dan tahanan listrik, barometer untuk mengukur tekanan udara, thermometer untuk mengukur suhu badan.
Alat pengajaran ini ada yang bisa dirancang oleh guru sendiri karena bahan dan alatnya mudah diperoleh serta tidak sulita membuatnya. Akan tetapi banyak pula alat pengajaran yang pembuatan atau pengadaannya di luar batas kemampuan guru, sehingga harus didatangkan dari luar atau dibeli di toko-toko.

E.      MEMILIH SUMBER, MEDIA, DAN ALAT PENGAJARAN
I.                 Memilih Sumber Pengajaran
Informasi diperoleh dari guru secara langsung tanpa melalui perantara, para therapis sebagai ahli yang dengan sengaja diundang ke sekolah atau berkunjung ke tempatnya. Mungkin pula informasi itu diperoelh melalui media komunikasi (Alat penampil) seperti film, tape recorder, pembingkai, film rangkai, buku, dsb.
Sumber pengajaran secara optimal oleh para guru bergantung pada motivasi dan kemampuan yang dimiliki para guru di dalam menggunakannya. Keanekaragaman sumber pengajaran yang digunakan secara terencana dan teratur akan mengakibatkan keanekaragaman aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga proses pengajaran akan lebih efektif lagi.
Patokan-patokan yang dapat dijadikan sebagai pegangan oleh para guru di dalam menentukan pilihan sumber pengajaran yaitu :
a.        Program pengajaran (kurikulum)
Langkah awal yang harus ditempuh oleh guru sebelum menentukan pilihan sumber pengajaran yang akan digunakan adalah mempelajari garis-garis besar program pengajaran, dengan cara ini guru akan dapat menghindari kesalahan memberikan materi pelajaran yang belum waktunya diajarkan berdasarkan urutan logisnya.
b.       Kondisi Lingkungan
Menginventarisasi sumber-sumber pengajaran yang ada baik di sekolah maupun di masyarakat, yang dapat dimanfaatkan untuk pengajaran. Di samping itu juga, perlu diketahui oleh guru pihak-pihak mana saja yang harus dihubungi, bagaimana prosedurnya dan kapan saat yang tepat untuk menghubunginya.
c.        Karakteristik siswa
Unsur pokok dalam pengajaran adalah siswa yang harus menerima atau mencari informasi pengajaran, sehinga terjadi perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan pengajaran, oleh karena itu siswa harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, kesempurnaan fisik, kemampuan berfikir, emosi, interaksi sosial, tingkah laku, termasuk anak-anak yang berkelainan dari yang tunggal sampai ganda atau majemuk. Dengan demikian, guru tidak boleh memaksakan kehendak atau menyamakan siswa di dalam pembelajaran.
Agar sumber pengajaran yang digunakan sesuai dengan tingkat kelainan dan kemampuan siswa, minat, bakat, dsb, alangkah baiknya kalau pemilihan sumber pengajaran melibatkan ahli yang terkait seperti therapist, orang tua, termasuk siswa, psikolog, dokter dsb.
d.       Karakteristik Sumber Pengajaran
Ada sumber pengajaran yang cocok untuk pengajaran klasikal, tetapi ada juga sumber pengajaran khusus individual, ada sumber pengajaran yang tidak terbatas ruang dan tempat termasuk jumlah siswa yang banyak, tetapi ada pula sumber pengajaran yang dibatasi oleh ruang dan tempeh dan jumlah siswa pun terbatas. Ada pula sumber pengajaran yang bersifat elektrik sehingga penggunaannya dipengaruhi oleh aliran listrik dan sebaliknya dan masih banyak lagi sumber pengajaran yang lebih khusus sesuai dengan kebutuhan, dsb.

F.       ANAK AUTIS
Pada dasarnya anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang kompleks, seperti gangguan interaksi sosial, perilaku, komunikasi, emosi, dsb yang gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia tiga tahun.
Dengan adanya gangguan tersebut, maka anak autis mengalami berbagai kesulitan dalam proses belajarnya dan dipandang perlu untuk segera menanganinya secara tepat oleh para tim ahli.
Ada beberapa jenis anak autis menurut Budiman diantaranya :
  1. Autis Disorder
Jenis ini menunjukkan kelemahan dalam interaksi sosial, komunikasi, permainan imajinatif, memiliki perilaku ketertarikan/minat dan aktivitas yang stereotype.
  1. Asperger’ s Disorder
Jenis ini menunjukkan tidak terlihat keterlambatan bahasa, memiliki daya ingat yang menakjubkan, memiliki intelektualitas rata-rata, bahkan di atas rata-rata.
  1. Perpasive Development Disorder, Not Otherwise Specified (PDD-NOS)
Kecenderuangan mengulang-ulang simbol, kesulitan dalam konsep abstrak, minatnya terbatas, terampil mengulang-ulang permainan.
  1. Childhood Disintegrative Disorder
Berkembang normal sampai dua tahun, kemudian kehilangan kemampuan yang dimiliki termasuk bahasa.
  1. Fragile X Syndrome
Anak mentally retarded yang memiliki perilaku autistic, lambat perkembangan bahasa, lemah kontak mata, sering bertepuk tangan dan mengalami masalah jantung.
  1. Landau – Kleffner Syndrome
Menolak bersosialisasi, perilaku rutinitas dan masalah pada bahasa
  1. Ress Syndrome
Hilangnya kemampuan bicara, suka menggerakkan anggota badan secara berulang-ulang, hilangnya kemampuan yang pernah dimiliki, menggoncang-goncangkan tubuh dan menolak bersosialisasi.
  1. William’s Syndrome
Terhambat dalam perkembangan bahasa, menurunnya perhatian dan masalah sosial, anak ini lebih bisa bersosialisasi jika dibandingkan dengan anak autis lainnya.
  1. Autism Spectrum Disorder
Anak ini mengalami gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kekakuan dalam berpikir. Sebagian dari mereka cukup mampu mengikuti pendidikan di sekolah umum dengan kerja keras orang tuanya. sebagian yang lain membutuhkan kesediaan dan kerja sama sekolah dan orang tua dalam penanganannya, sisanya terpaksa sekolah di SLB (Agustina, 2003:5).

G.     ALTERNATIF PEMBELAJARAN PRO-AKTIF KOOPERATIF
Strategi pembelajaran proaktif-kooperatif bermaksud memberikan pelayanan pengajaran yang menunjukkan semangat yang tinggi dalam menstimulasi anak, menggunakan metode alat yang bervariasi dan menghasilkan nilai tambah atau kemajuan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai serta kerjasama saling mengisi dalam aktivitas belajar.
Strategi pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan dan diharapkan bisa diterapkan pada anak autis yang ringan seperti yang dikemukakan oleh Abdurahman (1999:124) bahwa :
a.      Strategi pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan yaitu :
1.     Dapat meningkatkan prestasi
2.     Merangsang daya ingat (retensi)
3.     Mendorong timbulnya motivasi intrinsik
4.     Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen
5.     Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif
6.     Meningkatkan keterampilan hidup, bergotong royong
7.     Memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
b.     Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif
1.     Kurang cocok untuk anak yang berkemampuan homogeny
2.     Pelaksanaannya memerlukan waktu yang relatif lama
3.     Sulit menentukan jumlah siswa dalam kelompok yang bersedia bekerja sama
4.     Kurang dapat meningkatkan kompetisi individu

Rumusan strategi pembelajarna kooperatif untuk anak autis ringan. Di dalam pembelajaran kooperatif ini diberikan kepada anak yang heterogen dalam suatu sistem pendidikan inklusif, dimana dalam belajarnya dibentuk kelompok belajar, sehingga anak yang mampu diharapkan akan membantu anak yang kurang mampu dengan menggunakan alat pengajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Di dalam kelompok itu anak yang mampu diberi kesempatan berbicara, menoleh ke arah suara, menunjukkan mainan, bertepuk tangan dsb. Sehingga anak-anak lainnya termasuk anak autis yang ringan akan mendengar, melihat, meraih benda dan diharapkan terstimulus dan termotivasi. Maka secara tidak langsung anak autis mulai terangsang (visual, auditif, motorik, sensorik, emosi, sosial dan perilaku).
Strategi pembelajaran kooperatif yang diupayakan dalam membantu meningkatkan interaksi sosial anak autis yang ringan terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1)     Tahap Persiapan
-      Menentukan tujuan (berdasarkan karakteristik anak, fisik, emosi, sosial, inteligensi, komunikais, interaksi, perilaku dsb). Tujuan ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak sehingga pembelajaran diharapkan berjalan secara efektif dan efisien.
-      Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan harus ada keteraturan waktu yang tepat/jadwal pembelajaran yang sesuai (mulai jam berapa, lama waktunya), dan akhir kegiatan perlu adanya unsur kepuasan anak.
-      Menetapkan cara pelaksanaan
Pembelajaran menggunakan pendekatan klasikal/kelompok, individual, dan diindivualisasikan, serta menggunakan strategi pembelajaran kooperatif yang disesuaikan dengan kemampuan anak yang heterogen.

2)     Tahap Pelaksanaan
a.      Menetapkan lingkungan belajar, diantaranya (ruangan bersih, nyaman, cahaya/terang, warna cat ruangan). Belajar tidak dipaksa dan tidak dilarang tetapi berilah makna apa yang dilakukan anak.
b.     Pelaksanaan Pembelajaran
-      Pembelajaran penuh keakraban (keintiman) terjadi relasi yang hangat, menyenangkan, penuh perhatian, tulus.
-      Pembelajaran terjadi interaksi tatap muka dengan cara mengatur tempat duduk anak.
-      Pembelajaran diciptakan hubungan interpersonal , aktivitas kerja sama, membimbing, dan membantu anak yang memerlukan bantuan.
-      Pembelajaran menerima siswa yang heterogen. Apa adanya sesuai karakteristik dan kemampuannya.
c.      Motivasi anak autis
Untuk memotivasi anak autis dalam pembelajaran kooperatif disediakan fasilitas, media, sumber, dan alat pembelajaran yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, kelainannya. Agar anak termotivasi perlu diberikan reinforcement.
d.     Mengadakan supervisi/pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam pembelajaran anak bertujuan untuk memantau interaksi perilaku, bantuan, bimbingan dan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama dengan cara memberi nasehat, petunjuk kea rah yang diharapkan.

3)     Tahap evaluasi
a.      Evaluasi Proses
Evaluasi proses bertujuan untuk menilai segala sesuatu sosial, perilaku, kemampuan, emosi, dsb selama pembelajaran berlangsung.
b.     Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil bertujuan untuk menilai daya serap anak terhadap pelajaran baik secara lisan, tulisan, maupun pembuatan.






DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman (1999). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka.

Budiman (2001). Harapan bagi Penyandang Autis. Internet Service by Radnet Media Service 3-4.

Terje Magnungson Watterdal (2003). Strategi-strategi Dalam Mendukung Ingklusi.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: PT. Firman Resama.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2003). Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum Jakarta Penjelasan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Depdiknas (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Iim Wasliman. Anak Cacat Bisa Ikut Sekolah Di Sekolah umum. Pikiran Rakyat, 20 November 2002.

Saragi (1996). Berkenalan dengan Anak Autis dan Penanganannya. Jakarta: Makalah Autis.

Sudirman dkk (1991). Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Yang diamandemen.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.

Yayasan Autisme Indonesia (1997). Gangguan Perkembangan Pada Anak. Jakarta.







No comments:

Post a Comment

About

Popular Posts