Pra aksara adalah zaman dimulai
sejak adaanya manusia disuatu wilayah dan berakhir ketika manusia itu mengenal
tulisan. Manusia pra aksara memiliki tradisi pewarisan peninggalan yaitu denga
cara :
- Dengan
pelatihan
- Dengan
karya-karya
- Certita/tradisi
lisan
Zaman Batu Tua
Zaman batu tua (palaeolitikum)
disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara
kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya,
periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya
masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam.
Zaman batu tua berlangsung pada 50.000-10.000 SM. Zaman praaksara ini disebut sebagai zaman batu tua karena pada saat itu manusia menggunakan alat-alat batu yang masih dibuat secara kasar dan sederhana. Pada zaman praaksara ini manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dalam kelompok kecil (10-15 orang) untuk mencari makanan.
Pada zaman praaksara ini, manusia hanya
mengenal berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buah dan umbi-umbian),
mereka belum mulai memasak atau bercocok tanam. Mereka berlindung dari alam dan
hewan buas dengan tinggal di dalam gua. Pada masa ini, manusia purba sudah
mengenal api.
Berdasarkan penemuan fosil, jenis manusia purba yang hidup
di zaman paleolitikum, antara lain:
– Pithecanthropus Erectus
– Meganthropus paleojavanicus
– Homo Erectus
– Homo Soliensis
– Homo Wajakensis
– Homo Floresiensis
Di Indonesia sendiri khususnya di Jember,
berdasarkan asumsi di era paleolitikum terbagi menjadi tiga periodisasi yaitu
awal, tengah, dan akhir. Dimana terdapat beberapa peninggalan yang menjadi
bukti akan hal tersebut yang dapat kamu baca pada buku Babad Bumi Sadeng Mozaik
Historiografi Jember Era Paleolitik oleh Zainollah Ahmad.
Terdapat dua kebudayaan yang
merupakan patokan zaman ini, yaitu:
- Kebudayaan
Pacitan (Pithecanthropus)
- Kebudayaan
Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)
- Alat-alat
yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan
chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan
Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)
Zaman Batu Tengah
1. Ciri zaman Mesolithikum
- Nomaden
dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
- Alat-alat
yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih
merupakan alat-alat batu kasar.
- Ditemukannya
bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah
dapur)
- Alat-alat
zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek
(hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu
kali yang dibelah.
- Alat-alat
diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Flores.
- Alat-alat
kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur
yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata
panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.
2. Tiga bagian penting kebudayaan
Mesolithikum
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan
kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
b. Bone-Culture (alat kebudayaan
dari Tulang)
c. Flakes Culture (kebudayaan alat
serpih dari Abris Saus Roche)
Hasil budaya lain yang menonjol
yaitu lukisan gua berupa cap tangan yang diyakini sebagai bagian dari ritual
agama, dianggap memiliki kekuatan magis. Lukisan tersebut banyak ditemukan di
gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan. Cap jari tangan warna merah diperkirakan
sebagai simbol kekuatan dan perlindungan dati roh-roh jahat, sementara cap
tangan jadi jarinya tidak lengkap diperkirakan merupakan ungkapan duka atau
berkabung.
3. Manusia pendukung kebudayaan
Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid
Zaman Batu Muda
Ciri utama pada zaman batu Muda
(neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis
sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
- Kapak
persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan
- Kapak
batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
- Perhiasan
(gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
- Pakaian
dari kulit kayu
- Tembikar
(periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
- Manusia
pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia
(Khamer-Indocina)
Zaman Batu Besar
Kebudayaan pada zaman praaksara
megalitikum diperkirakan berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman
perunggu. Manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan menghasilkan
bangunan-bangunan dari batu besar. Mereka telah membuat berbagai macam bangunan
batu untuk kepentingan upacara keagamaan dan mengubur jenazah. Manusia
pendukung pada zaman praaksara ini didominasi oleh Homo Sapiens.
Menurut Von Heine Geldren,
kebudayaan megalitikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang. Pertama
adalah Megalitikum Tua (2500-1500 SM) yang menyebar ke Indonesia pada zaman
neolitikum dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu).
Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, arca-arca
statis.
Sedangakan masa Megalitikum Muda
(1000-10 SM), menyebar pada zaman perunggu dibawa oleh pendukung Kebudayaan
Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalitikum adalah peti kubur batu,
dolmen, waruga , sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Hasil kebudayaan zaman megalitikum:
– Menhir: tiang atau tugu batu untuk
pemujaan dan peringatan akan roh nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di
Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi Tengah.
– Punden berundak: bangunan yang
tersusun bertingkat, berfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Punden
berundak bertingkat tiga yang memiliki makna tersendiri. Tingkat pertama
melambangkan kehidupan saat masih dikandungan ibu, tingkat kedua melambangkan
kehidupan didunia dan tingkat ketiga melambangkan kehidupan setelah meninggal.
Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibedug, Banten Selatan.
– Dolmen: meja batu tempat
meletakkan sesaji untuk persembahan pada roh nenek moyang. Dolmen yang
merupakan tempat pemujaan ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.
Di bawah dolmen sering ditemukan kubur batu untuk meletakkan mayat.
– Sarkofagus: peti kubur batu yang
terdiri dari wadah dan tutup, pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan. Sarkofagus
memiliki jenis bentuk dan ornamen yang berbeda. Di dalamnya ditemukan
tulang-tulang manusia dan bekal kubur berupa periuk, beliung persegi, perhiasan
dari perunggu dan besi. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali.
– Kubur batu: peti mati yang
dibentuk dari 6 papan batu. Paling banyak ditemukan di daerah Sumba dan
Minahasa.
– Waruga: Kubur batu khas Minahasa,
kebanyakan berupa kotak batu dengan tutup berbentuk segitiga mirip bangunan
rumah sederhana.
– Arca batu: patung-patung dari batu
berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan yaitu gajah,
kerbau, harimau dan monyet. Daerah penemuannya yaitu di Pasemah (Sumatera
Selatan), Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur.
Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat
membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal
teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik
pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut
bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue.
Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul
golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini
dibagi atas:
Ada 2 teknik pembuatan alat logam,
yaitu dengan cetakan batu (bivalve) dan dengan cetakan tanak liat dan lilin (a
cire perdue). Zaman logam dibagi menjadi 3 zaman yaitu zaman tembaga, zaman
perunggu, dan zaman besi, namun zaman tembaga tidak terjadi di Indonesia.
Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang
disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini
manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3
: 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini
antara lain :
- Kapak
Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di
Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
- Nekara
Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan
di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
- Benjana
Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
- Arca
Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor
(Jawa Barat)
Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur
besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik
peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab
melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan
antara lain:
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di
Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman
logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman
logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab
kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Antara zaman neolitikum
dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang
menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan
megalitikum justru pada zaman logam.
No comments:
Post a Comment